Sultan
Bayazid II dan Diplomasi Barat
Panji-panji Jihad terus berkibar di masa
pemerintahan Sultan Bayazid II. Para musuh menyadari, bahwa mereka tidak akan
sanggup menghadapi pasukan mujahidin Khilafah Utsmani dalam sebuah pertempuran
yang adil dan jujur. Musuh-musuh Islam itu berpaling kepada cara-cara licik
yang dibungkus cover “hubungan diplomatik”. Tujuan mereka ialah membuat keropos
bangunan umat dan menghancurkan masyarakat Islam dari dalam. Pada masa
pemerintahan Sultan Bayazid II, duta besar pertama Rusia datang ke Istanbul,
dan mulai resmi bertugas tahun 898 H/1492 M.
Kedatangan duta Rusia pada tahun itu, pada
masa pemerintahan Duke Moskow (Evan), serta masa-masa sesudahnya; lalu mereka
diberikan hak kekebalan diplomatik, semua itu telah membuka pintu bagi
musuh-musuh Islam untuk menyingkap kelemahan dan aurat pemerintahan Ustmani. Di
samping juga memberi peluang bagi mereka untuk merusakkan dan melakukan
konspirasi, serta melemahkan tatanan akidah di dalam jiwa pemeluk-pemeluknya.
Pada masa pemerintahan Bayazid II, di tahun
886 H, Duke Moskow (Evan III) berhasil melepaskan pemerintahan Moskow dari
tangan kaum muslimin Utsmani. Kemudian mereka mulai melakukan perluasan wilayah
dengan menjadikan wilayah-wilayah Islam sebagai target. (Al-Daulah
fil-Utsmaniyyah, Dr. jamal Abdul Hadi, hlm. 49-50.) Namun demikian, bukan
berarti Sultan Bayazid II tidak berdaya menghadapi berbagai tipu-daya itu.
Kondisi pemerintahan Utsmani ketika itu sedang menghadapi masa-masa sulit untuk
memerangi musuh-musuh Islam di sepanjang kepulauan Anatolia dan Eropa Timur.
Otomatis perhatian terhadap ancaman dari Rusia terabaikan. (AI-Daulah
Al-Utsmaniyyah, Dr. Jamal Abdul Hadi, hlm. 50.)
Kepedulian
terhadap Kaum Muslimin di Andalusia
Konflik memanas di Kepulauan Iberia, membuat
perhatian orang-orang Spanyol terfokus untuk mempertahankan tanah-tanah mereka
dan untuk mencaplok wilayah-wilyah yang dikuasai kaum muslimin. Hal ini terjadi
setelah Spanyol berada di bawah satu kepemimpinan, setelah Ratu Castilla
Isabella menikah dengan Raja Aragon Ferdinand. Saat itu semua kerajaan telah
bersatu untuk merebut Granada, eksistensi kerajaan muslim terakhir di Spanyol.
(Juhud Al-Utsmaniyyin Li Inqadzi Al-Andalus, Dr. Nabil Abdul Hayy, hlm. 125.)
Orang-orang Spanyol melakukan langkah-langkah brutal untuk mengNasranikan kaum
muslimin, serta menyempitkan ruang gerak gerakan mereka. Tujuan akhirnya, kaum
muslimin hengkang dari Kepulauan Iberia.
Dampak dari gerakan kaum Salibis itu, kaum
muslimin (Mursuki) bangkit mengadakan perlawanan dan revolusi, hampir di semua
kota-kota di Spanyol yang di dalamnya terdapat minoritas muslim, khususnya di
wilayah Granada dan Valencia. Namun pemberontakan demi pemberontakan berhasil
dipadamkan dengan tindakan sangat kejam, yang jauh dari rasa kemanusiaan.
Tindakan semacam itu semakin menambah rasa kebencian dan dendam permusuhan yang
sangat besar di dada kaum muslimin.
Dan merupakan hal wajar, jika kaum muslimin
di Spanyol berusaha meminta bantuan Raja-raja muslim di wilayah Barat dan Timur
untuk menyelamatkan hidup mereka. Utusan dan surat mereka datang berkali-kali
kepada sultan-sultan muslim, demi menyelamatkan diri mereka yang saat itu
sangat dizhalimi oleh kalangan Nasrani, baik pemuka agama mereka maupun dewan
penyelidik INQUISISI (ini adalah semacam dewan beranggotakan iblis, yang
menebarkan kerusakan di muka bumi, dan menghalalkan segala bentuk siksaan dan
kekejaman luar biasa). (Risalah Muslim Gharanathah Lis Sulthan, Sulaiman Abdul
Jalil At-Tamimi, Al-Majallah Al-Maghribiyyah, no. 3 hlm. 38.)
Berita tentang kekejaman yang menimpa kaum
muslimin di Andalusia telah sampai ke wilayah Timur, maka bergolaklah dunia
Islam. (Khulasat Tarikh Al-Andalus, Syakib Arselan, hlm. 213.) Raja Asyraf segera
mengutus delegasi kepada Paus dan raja-raja Nasrani dengan mengingatkan mereka,
bahwa orang-orang Nasrani yang berada di bawah pemerintahannya bisa menikmati
kebebasan sebebas-bebasnya. Lalu mengapa orang-orang Islam di Spanyol mengalami
kezhaliman luar biasa? Namun Paus dan dua pemimpin wilayah Katholik itu tidak
merespon positif ancaman raja Asyraf tersebut. Mereka terus melakukan rencana
busuk dalam rangka membersihkan unsur Islam di Andalusia. Kaum muslimin
Andalusia akhirnya meminta bantuan kepada Sultan Khilafah Utsmani, Bayazid II.
Bunyi surat permohonan mereka, antara lain
sebagai berikut:
“Tuan yang terhormat, semoga Allah
melimpahkan kebahagiaan, meninggikan derajat, melebarkan wilayah kekuasaan,
memuliakan orang-orang yang mendukung, dan menghinakan orang yang memusuhi
Tuan. Tuan kami yang terhormat, penopang dunia dan agama kami, sang penolong,
penolong dunia dan akhirat. Sultan Islam dan kaum muslimin, pembungkam musuh
Allah, orang-orang kafir. Gua tempat berlindung Islam, penolong agama Muhammad,
penegak keadilan, yang berlaku adil pada orang yang dizhalimi. Raja orang-orang
Arab dan non-Arab. Raja Turki dan Dailam. Semoga Allah selalu melindung bumi,
Tuan. Tuan adalah penegak Sunnah dan kewajiban-kewajiban. Raja dua daratan dan
Sultan dua lautan. Pelindung kehormatan, pembungkam orang-orang kafir. Wahai
Tuan kami dan junjungan kami, tempat berlindung dan penolong kami. Kerajaan
Tuan selalu berlimpahkan penolong-penolong dan berselimut
kemenangan-kemenangan. Yang kekal bekas dan jejaknya dan menjadi kebanggaan.
Kerajaan Tuan penuh dengan kebaikan-kebaikan yang akan melipatgandakan pahala
di hari akhir dan penuh pujian, serta kemenangan di dunia ini. Ketinggiannya
berselimutkan keutamaan-keutamaan jihad terhadap musuh-musuh yang menentang. Yang
memberikan kelapangan dada dan muka, dan lidah-lidah sebagai senjata, yang
menjadikan remeh barang-barang simpanan berharga di negeri-negeri yang telah
dikuasai. Dengan pedang itulah roh terpisah dari jasadnya. Yang berjalan di
atas jalan orang-orang terdahulu yang penuh kemenangan dengan ridha Allah dan
ketaatan pada-Nya pada saat berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat)." (Azhar
Al-Riyadh fl Akhbar 'Iyadh. Al-Tilimisani,1/108-109.)
Di dalam surat itu terlampir syair yang
memuji pemerintahan Utsmani dan Sultan Bayazid. Selain mendoakan semoga
pemerintahan Utsmani semakin kokoh.
bait-bait syair selanjutnya menggambarkan
betapa berat penderitaan yang dialami kaum muslimin di Andalusia, termasuk
orang-orang yang sudah lanjut usia dan wanita-wanita yang dirusak
kehormatannya. Pada saat yang sama, bait-bait syair itu menggambarkan kegetiran
besar karena mereka menganut agama Islam.
Setelah itu, syair-syair itu menggambarkan
lebih gampang tentang perasaan kaum muslimin terhadap pemerintahan Utsmani,
seraya mengajukan permohanan kepada Sultan.
Syair tersebut kemudian menggambarkan
perihnya tragedi kemanusiaan, konversi agama dan tragedi-tragedi lain.
Setelah itu, kaum muslimin menjelaskan kepada
Sultan Bayazid, bahwa walaupun dengan kondisi yang demikian, mereka masih
berpegang teguh dengan agama mereka. (Surat
penduduk Andalusia pada Sultan Bayazid setelah orang-orang kafir mampu
menguasai semua kepulauan itu. Surat ini bisa didapatkan pada Perpustakaan
Nasional Al-Jazair pada no. 1620. Lihat juga: Akhbar 'Iyadh, 1/109-115, yang
kami nukil dari buku Juhud AI-Utsmaniyyin Li Inqadzi Al-Andalus.)
Sultan Bayazid saat itu dihadapkan pada
banyak persoalan yang menyulitkan posisinya untuk segera mengirimkan pasukan
mujahidin ke Andalusia. Waktu itu Sultan Bayazid mengalami konflik dengan
saudaranya, Pangeran Jem. juga ada perselisihan dengan Kepausan Roma dan
beberapa negara Eropa, ditambah adanya serangan Polandia ke Moldova. Begitu
juga, ada peperangan di Transalvania, Hungaria, Venezia, serta pembentukan
aliansi Salibis baru dalam melawan Kekuasaan Islam Utsmani yang diprakarsai
oleh Paus julius II, Republik Venezia, Hungaria, dan Perancis. Pemerintahan
Utsmani perlu mengerahkan banyak kekuatan untuk menghadapi konflik-konflik itu.
(AI-Daulah Al-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftara Alaiha, 2/903.)
Walaupun menghadapi masalah rumit, Sultan
Bayazid tetap mengirimkan bantuan, serta melakukan kesepakatan dengan Sultan
Mamluk untuk menyatukan kekuatan, sebagai upaya menyelamatkan Granada. Kedua
pemimpin menandatangani kesepakatan yang di dalamnya berisi klausul kewajiban
Sultan untuk mengirimkan armada laut ke Pantai Sicilia, karena ia dianggap
berada di bawah kekuasaan Spanyol. Sedangkan Sultan Mamluk diharuskan
mengirimkan pasukan lain dari Afrika. ('Alaaqat Bainas Syarqi Wal Gharbi, Abdul
QadirAhmad, hlm. 256.) Sultan Bayazid pun mengirimkan pasukan sampai ke
pantai-pantai di Spanyol. Dia mengamanahkan kepemimpinan pasukan kepada Kamal
Reis yang telah menimbulkan rasa takut dan khawatir di kalangan pasukan laut
Nasrani, pada akhir abad ke-15. (Khulashat Tarikh AI-Andalus, Syakib Arselan,
hlm. 212.) Sultan Bayazid juga memotivasi para mujahidin yang berada di lautan.
Para mujahidin itu mulai bergerak membantu menyelamatkan saudara-saudaranya
sesama muslim. Pada saat yang sama, mereka berhasil memperoleh rampasan perang
dalam jumlah besar dari tangan orang-orang Nasrani.
Demikian pula sejumlah besar kaum mujahidin
telah sampai di tempat itu saat terjadi pemberangkatan armada Utsmani dan
mereka bergabung dalam pasukan. Setelah itu pasukan Utsmani mempergunakan
kekuatan lautnya yang baru di bagian Barat Laut Tengah dengan dukungan para
mujahidin. (Fi Ushul Tarikh AI-Utsmani, hlm. 74.) Inilah yang mampu dilakukan
oleh Sultan Bayazid saat itu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu
masalah yang sangat menghambat perluasan wilayah, dan menjadi kerikil tajam
bagi tindakan Sultan, adalah adalah pemberontakan brutal Pangeran jem. Sultan
harus memusatkan perhatian kepada semua berita tentang saudaranya itu dan
berusaha membebaskan diri dari semua gangguannya dengan berbagai cara. (AI-Daulah
AI-Islamiyyah fit Tarikh AI-Islami, hlm. 52.)
Secara umum Sultan Bayazid telah mampu
memperoleh kemenangan terhadap pasukan Venezia di Teluk Lapanto yang berada di
kawasan Yunani, pada tahun 905 H/1499 M. Setahun setelah itu pasukan Utsmani
berhasil menguasai Kota Lapanto. Dengan dikuasainya wilayah-wilayah strategis
di Yunani ini, maka Paus Alexander VI -sesuai permintaan orang-orang Hungaria
segera membentuk aliansi untuk melawan pasukan Utsmani yang terdiri dari
pasukan Perancis dan Spanyol. Dengan demikian pasukan Utsmani berhadapan
sekaligus melawan tiga armada laut: Perancis, Spanyol serta pasukan Paus.
Pasukan Utsmani berhasil melakukan genjatan senjata dengan orang-orang
Hungaria. (AI-Daulah AI-Islamiyyah fit Tarikh AI-Islami, hlm. 52.)
Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof.
Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar