Jomblo Berkulitas Tinggi
Ngomong-ngomong,
jomblo itu apa sih? Ih… tulalit deh! Kini, jomblo dimaknai sebagai julukan
‘trendi’ buat mereka (baik cowok maupun cewek) yang masih sendiri, belum punya
pacar, dan belum punya gandengan (emangnya truk?). Gitchu. Ehm, apakah kamu
termasuk di dalamnya? Hehehe
Pro-kontra
seputar jomblo
Bagi yang pro, mereka enjoy bilang “its oke to be jomblo”. Predikat itu bukan masalah bagi mereka.
Justru mereka menikmati hidup tanpa pasangan. Sebagai wujud rasa syukur mereka,
ada di antaranya yang bikin perkumpulan dengan nama Jojoba alias Jomblo-jomblo Bahagia. Malah ada juga yang tergabung dalam
komunitas Kelompok Jomblo Ceria yang disingkat Kejora. Ehm, Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut) boleh juga tuh. Ada yang mau gabung?
Pilih yang oke visi, misi, dan programnya (duileee). Wis!
Sementara yang kontra, mereka juga punya
alasan yang nggak kalah dahsyatnya. Bagi mereka, menyandang status jomblo
seperti kutukan (wuiih syerem bener..). Soalnya hidup tanpa curahan kasih
sayang dari lawan jenis ibarat sayur tanpa garam. Apalagi di kalangan remaja
yang menobatkan pacaran sebagai simbol pergaulannya. Alamat bakal tersisih dari
pergaulan dan memanen kata-kata sindiran yang pelan tapi dalem dan bikin kuping
panas. Seperti yang dialami tiga cewek jomblo Gwen, Keke, dan Olin dalam film 30 Hari Mencari Cinta yang dituding lesbian cuma karena nggak
punya gacoan. Gimana nggak gondok? Nggak ku..ku.. deh!
Makanya bagi kaum antijomblo, nggak punya
pasangan bisa bikin depresi. Gejala yang ringan sih mungkin cuma uring-uringan,
mimik mupeng ngeliat temennya yang pacaran, atau krisis
percaya diri karena tak kunjung laku (emangnya jualan?). Tapi, gejalanya bisa
parah. Karena nggak kuat lagi menahan rasa malu, gunjingan atawa sindiran
setan, orang bisa kesetanan atawa malah terdampar di Rumah Sakit Jiwa. Bukannya
kita nakut-nakutin ya, cuma bikin kamu parno (paranoid) aja. Yee…!
Mending
jomblo daripada maksiat
Sobat muda muslim, kian hari opini media
yang memojokkan para jomblo kian tak terkendali. Remaja makin diarahkan untuk
berani maksiat bareng lawan jenis dengan berpacaran. Tayangan-tayangan ghibahtainment yang berseliweran tiap hari di layar kaca,
bikin permasalahan cinta (seolah) menjadi masalah utama dalam kehidupan remaja-remaji.
Kedekatan seorang selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan bumbu
sana-sini biar layak jual. Aksi “penembakan” yang dilakukan remaja diabadikan
dalam “Katakan Cinta”. Perselingkuhan di antara mereka pun sampe melibatkan
detektif H2C atau dengan pembuktian Playboy
Kabel.
Parahnya, remaja mengkonsumsi semua
tayangan di atas setiap minggu. Cinta buta… cinta tuli… dan cinta tipu…. Tiada
hari tanpa obrolan cinta. Otomatis secara psikologi ada desakan tersendiri
dalam jiwa mereka. Malu bin nggak pede dalam kesendiriannya. Merasa terasingkan
ketika kebanyakan temen-temennya udah punya gebetan mesum. Pengaruh media
membuat murid-murid SMP pun udah Saatnya
Mencari Pacar. Berabe
euy!
Maaf, bukan mengajak para jomblo untuk tabbatul (membujang). Tapi kalo upaya pelepasan
predikat jomblo selalu berujung pada perbuatan pacaran, mendingan tetep
istiqomah menyandang status jomblo. Seperti pepatah bilang, biar jomblo asal
selamat dari aktivitas maksiat. Setuju?
High
Quality Jomblo = JI
Sobat muda muslim, istiqomah dengan
predikat jomblo bukanlah sebuah aib yang kudu disesali. Karena derajat manusia
di hadapan Allah tidak dinilai berdasarkan predikat ini. Itu berarti kaum
jomblo punya peluang yang sama besar dengan para alumninya yang udah merit
untuk dapetin pahala Allah yang berlimpah. Jadilah High Quality Jomblo (HQJ) di hadapan Allah. Caranya?
Pertama, HQJ nggak semata dinilai dari penampilan
fisik seperti yang disyaratkan dalam “Katakan Cinta”. Tapi dinilai dari
keterikatannya dengan aturan Allah. Ini berlaku untuk setiap perbuatan dia.
Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sehingga melahirkan sikap anti individualis bin egois. Bersikap tegas tanpa harus
bertindak keras.
Kedua, seorang HQJ nggak dosa punya tampang menawan hati. Itu kan
anugerah dari Allah, ya kudu disyukuri. Tapi bakal dosa kalo anugerah itu
dipake tebar pesona sana-sini. Apalagi sampai diobral. Emangnya produk sisa
ekspor? Nggak lha yauw!
Ketiga, seorang HQJ juga pandai memanfaatkan masa kesendiriannya.
Waktu, pikiran, tenaga, dan isi dompetnya nggak dihabisin buat ngurusin cinta
maksiat. Tapi dioptimalisasi untuk mengekspresikan cinta kepada Allah dan
RasulNya. Ngasih porsi yang lebih besar dari waktu yang dimilikinya untuk
terjun ke dunia dakwah.
Itu sebabnya, doi aktif ngaji, getol dakwah,
sopan, dan taat syariat. Rasul Saw. bersabda: “Tidak layak seseorang, ketika
menyaksikan suatu tempat di dalamnya ada kebenaran, kecuali dia akan
mengatakannya. Sesungguhnya sekali-kali hal itu tidak akan pernah memajukan
ajalnya dan tidak akan mencegah apa yang telah menjadi rezeki baginya” (HR
al-Baihaqi)
Nah sobat, tiap orang pantas menjadi HQJ
seperti di atas (kecuali yang udah merit kali ya). Jangan minder. Kuncinya cuma
satu, ridho ngikutin aturan Allah yang original dalam keseharian kita. Bukan aturan
bajakan yang doyan kompromi ama sekulerisme dan anak cucunya. Sebab cuma buat
yang original Allah bakal ngasih garansi. Nggak cuma seumur hidup, tapi dunia
akhirat. Di akhirat kita selamat, di dunia kita bisa jadi anggota JI.
Hah?! JI?! artinya Jomblo Idaman yang bisa
menjelma jadi CIA (Cowok Incaran Akhwat) atau FBI (Female Bidikan Ikhwan).
Masa’?
Mengakhiri
masa jomblo
Sobat muda muslim, meski telah menjadi
anggota JI, semoga kamu nggak puas dengan predikat itu. Apalagi sampe
mengikrarkan diri untuk menjadi jomblo abadi binti sejati. Jangan deh.
Gimanapun juga, Rasul men-sunnah-kan kita yang sudah mampu untuk
mengakhiri masa jomblo. Dengan menikah, kita turut menambah barisan perjuangan
Islam dan kaum Muslimin. Bagi ikhwan, jangan lewatkan peluang menjadi suami dan
seorang ayah. Betapa nikmatnya memikul tanggung jawab. Terlahir suatu kekuatan
yang mampu menggali potensi untuk keluarga. Dan bagi akhwat, rasakan asyiknya
menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, menjadi madrasah buat jundullah tercinta, atau mendampingi suami meraih
ridho ilahi. Bener lho!
Makanya kudu tetep semangat. Meski usia
sudah masuk kepala tiga atau masih berstatus mahasiswa. Percaya deh, Allah
pasti akan menunjukkan jalan bagi hambaNya yang hendak menikah demi menjaga kehormatannya.
Kuncinya sabar berusaha dan tawakkal.
Sobat muda muslim, perlu dicatet ya, kita
di sini tidak bermaksud manas-manasin para jomblo untuk segera melepaskan
statusnya. Kita cuma mau ngasih informasi yang lengkap seputar pro kontra
status jomblo menurut kacamata Islam. Ehm, moga paham.
Kita udah cukup dewasa untuk menentukan
pilihan. Kalo masih berstatus jomblo, jadilah High Quality Jomblo. Intinya, mari kita sama-sama berusaha
agar keseharian kita tak lepas dari keterikatan dengan aturan Allah. Jomblo
atau mantan jomblo, ya nggak masalah. Betul? Betuuuul!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar