© Ustadz Yudha
Pedyanto
Siapa yang tidak
merinding ketika Khabib meneriakkan pekik Alhamdulillah di panggung UFC yang
gersang dari nilai-nilai luhur. Lebih merinding lagi ketika ia mengucapkannya
berulang-ulang, “I know you don’t like this, Alhamdulillah!”. Lantang, tegas,
berani, tanpa basi-basi, dipekikkan di atas kilauan panggung yang selama
dikenal arogan, congkak dan suka menista Islam.
Dan ghirah itu pun
makin membuncah ketika terbukti Khabib tidak hanya besar mulut, lawannya,
McGregor yang selama ini dikenal rasis dan suka menghina Islam, nyaris pingsan
ditekuknya dan hanya bisa menjulur-julurkan lidahnya kepayahan. Setiap muslimin
pun menyambutnya dengan luapan suka cita dan haru biru. Ada yang mengatakan
Khabib vs Gregor ibarat pertarungan Haq vs Bathil.
Tapi saya tahu, mereka
sebenarnya bukan menanti-nanti lahirnya idola baru seperti Khabib, tapi
menanti-nanti lahirnya kekuatan baru yang berani dan tegas di hadapan
musuh-musuh Islam. Mereka sudah lelah Islam dimana-mana dinista dan dihina,
tanpa ada kemampuan berarti membela marwah kehormatan agama dan saudaranya.
Hadirnya Khabib dengan
kombinasi muslim taatnya dan kekuatan gulatnya, seolah memberikan pelepasan
sementara atas kerinduan hadirnya representasi kekuatan Islam di pentas dunia
yang tak kunjung datang. Seolah memberikan setetes air kesejukan di tengah gersangnya
kezhaliman, penjarahan dan penjajahan yang terus menggerus negeri-negeri Islam.
Saya yakin, bukan
Khabib yang dielu-elukan oleh pemuda Islam seantero jagad raya. Apalagi UFC tak
lain industri entertainment yang sarat umbar maksiyat judi dan aurat. Dan
Khabib pun terlihat takzim dengan Putin, sang pembantai muslim Syiria. Bukan,
bukan Khabib yang sebenarnya dielu-elukan, tapi energi keberanian melawan
kebatilan, tanpa rasa takut dan gentar sedikitpun, karena hanya Allah SWT
satu-satunya yang wajib ditakuti.
Para pemuda kita
nyaris tenggelam dalam kubangan kegetiran nasib umat Islam yang terus menerus
dinista. Mereka tak tahu harus berteriak meminta tolong kepada siapa. Mengadu
kepada siapa. Atau mencari perlidungan ke mana. Ketika Khabib yang "muslim
tulen" hadir melawan McGregor sang penista, seolah-olah mereka mendapat
pelampiasan sementara. Senaif apa pun itu.
Ketika anak-anak dan
muslimah-muslimah Palestina jadi sasaran bom sulfur dan sniper bengis Israel,
para pemuda kita menanti tindakan heroik seperti yang pernah dilakukan
Rasulullah SAW, ketika ada SATU orang muslimah yang hijabnya “hanya"
dipermainkan oleh Yahudi Bani Qainuqa. Lalu Rasulullah mengirim pasukan dan
mengepung Yahudi Bani Qainuqa, dan mengultimatum mereka: Hadapi kami atau
keluar dari Madinah!
Tapi para pemuda kita
bisa tertunduk kecewa karena ternyata tak ada satu pun pemimpin Islam yang
heroik seperti Rasulullah SAW.
Atau ketika bumi-bumi
kaum muslimin yang kaya dijajah dan dijarah, para pemuda kita menanti tindakan
berani seperti yang pernah dilakukan khalifah Harun Al-Rasyid, ketika Kaisar
Romawi Nicephorus menolak membayar jizyah bahkan balik menantang sang khalifah.
Lalu khalifah Harun Al-Rasyid hanya berkata: "Dari Harun ar-Rasyid, Amirul
Mukminin, kepada Nakfur, Anjing Romawi. Aku sudah membaca suratmu, jawabannya
akan kamu lihat, bukan kamu dengar.” Setelah melihat kolosalnya pasukan Islam
long march memasuki ibukota Bizantium, Sang Kaisar Romawi pun akhirnya bertekuk
lutut.
Tapi para pemuda kita
lagi-lagi hanya bisa tertunduk sedih karena ternyata tak ada satu pun pemimpin
Islam yang berani seperti Harun Al-Rasyid.
Atau ketika
berkali-kali pers Barat memuat seni karikatur yang menista Islam dan Nabi
Muhammad SAW, para pemuda kita menanti tindakan tegas seperti yang pernah
dilakukan khalifah Abdul Hamid II, ketika Perancis berencana akan mementaskan
teater karya Voltaire yang menista Nabi Muhammad SAW, Zaid dan Zainab
radhiyallahu anha. Sang khalifah Abdul Hamid II pun hanya berkata: “Jika tidak
dibatalkan, kami akan menggelorakan Jihad al-Akbar.” Akhirnya pementasan teater
itu pun dibatalkan Perancis.
Tapi para pemuda kita
lagi-lagi hanya bisa tertunduk lesu menyaksikan berkali-kali Nabi SAW dan Islam
dinista, tak satupun pemimpin muslim yang berani tegas membelanya.
Para pemuda kita
terlalu lama melihat nabinya, agamanya, bahkan Tuhannya dihina dan dinista. Dan
mereka tak kuasa melakukan apa-apa. Jika Nabi Muhammad SAW masih hidup, mereka
pasti mengadu sambil menangis seunggukan dihadapannya. Jika khalifah Harun Al-Rasyid
masih ada, mereka pasti bisa meminta pertolongannya. Jika Sultan Abdul Hamid
masih memimpin, mereka pasti rela berjihad bersama pasukannya. Tapi semuanya
tadi tidak ada. Yang ada hanyalah para pemimpin dan ulama kaki tangan penjajah
sang durjana.
Mereka tidak tahu
mau berpaling ke mana lagi. Sampai
akhirnya ada tayangan adu manusia UFC yang dijadikan industri entertainment,
yang kebetulan mementaskan muslim taat vs kafir penista rasis. Ketika Khabib
pun menang, para pemuda Islam mengalami euforia. Seolah layak merayakan
kemenangan, kekuatan dan kedigdayaan Islam yang selama ini tak berdaya
dihadapan musuh-musuhnya. Padahal itu hanya ghirah semu yang dikomersialisasi
oleh industri sport dan entertainment kapitalis semata.
Jika ada saudara Anda
yang ikut bersorak merayakan kemenangan Khabib, rangkullah, dan sampaikan
kepadanya: It’s okay. Mungkin dia lelah. Mungkin dia tak tahu lagi kemana mau
mengadu. Atau mungkin dia nyaris kehilangan asa akan kembalinya kewibawaan dan
kedigdayaan Islam. Ingatkan dan bisikkan nubuwah Nabi SAW yang mulia kepadanya:
Tsumma takunu khilafatan ala minhajin nubuwah. PASTI akan kembali khilafah yang
berjalan di atas metode kenabian. PASTI!
Dan ajak dia berjuang
kembali.
Jogjakarta, 8 Oktober
2018
Khilafah, Khabib Vs McGregor
Oleh: Abi Ahsan
Pertarungan antara
Khabib Vs McGregor menyita perhatian dunia karena Isu Agama juga membumbui
pertarungan ini
Aroma Ketaqwaan
ditunjukkan Khabib pemuda muslim ini. Beberapa kali kalimah Alhamdulillah dan
Insyaallah disengaja diucapkan
Barangkali itulah
kenapa terjadi keributan masal diakhir laga laki laki tersebut. Diduga official
McGregor menghina Khabib dgn sebutan Teroris.
Kenapa mereka lancang
menghina Islam? Dan kenapa kita sebut mereka tidak tahu terimakasih?
Menulusuri sejarah
Negara McGregor yakni Irlandia kita akan menemukan sejarah romantis dengan
Islam
Irlandia adalah negara
yang bertahan atas serangan negara adidaya dimasa lalu (Inggris dan Prancis)
hingga sekarang
Dimasa peperangan
tersebut Irlandia terus bertahan dan tidak mau tunduk kepada penjajah. Hingga
suatu masa terjadi musim panceklik dan wabah kelaparan
Dimasa sulit itulah
Khilafah Islam Turki Utsmani berbaik hati membantu Irlandia dengan mengirimkan
ratusan kapal penuh makanan dan sejumlah emas sebagai kebaikan khilafah sebagai
sesama manusia agar terus bertahan
Kebaikan Khalifah ini
mereka kenang dengan mencatatnya disebuah prasasti yang masih terlihat disebuah
tempat disana
Bahkan sebuah klub
sepakbola menjadikan simbol Khilafah di logo klubnya sebagai wujud terimakasih.
Akhiran, mereka hina
Islam padahal mereka ada justru karena Khilafah menolong orang tua mereka
dahulunya.
Baiklah Tak mengapa,
kami sabar. Ketika khilafah Rasyidah hadir lagi kami tetap membantu mereka.
insyaallah. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar