18. Penggunaan senjata kimia dalam Perang
Vietnam. Sejak PD I, AS meluncurkan perang biokimia untuk pertama kalinya dalam
perang Vietnam. AS menggunakan gas CS dan defoliant, seperti Agent Orange,
untuk melawan gerilyawan National Liberation Front. Pada tahun 1970, ‘Operation
Ranch Hand’ menumpahkan 12 juta galon Agent Orange ke Vietnam, menghancurkan
4,5 juta hektar tumbuh-tumbuhan di daerah luar kota dan meracuni tanahnya
selama beberapa tahun. Para pendukung Ranch Hand memiliki slogan khas, ‘only
we can prevent forests’. Agent Orange mengandung dioksin, salah satu
bahan kimia penyebab kanker paling mematikan di muka bumi. Digunakannya Agent
Orange oleh AS menimbulkan penderitaan yang mendalam terhadap rakyat Vietnam
dan tentara AS beserta keluarga mereka.
19. Alasan di balik dukungan AS terhadap
konvensi senjata biologi dan kimia. Pada tahun 1972, Presiden Richard Nixon
mengumumkan bahwa AS menghentikan program senjata biologi dan kimia. Hal
tersebut dilakukan bukan karena tujuan kemanusiaan, melainkan karena
pemerintahannya telah menyadari bahwa teknologi yang dibutuhkan dalam
memproduksi senjata semacam itu terlihat akan tersebar demikian luasnya
sampai-sampai pengembangannya tidak akan dapat dihindari. Produksi senjata
biokimia akan jauh lebih murah dan mudah dibandingkan senjata nuklir. Dari sini
akan muncul kesulitan untuk mempertahankan posisi monopolistik terhadap senjata
biokimia tersebut. Segera setelah keputusan AS ini, Biological Weapons
Convention (BWC) ditandatangani pada tanggal 10 April 1972 dan mulai berlaku
terhitung 26 Maret 1975. Sedangkan Chemical Weapons Convention (CWC)
ditandatangani pada tanggal 13 Januari 1993 dan resmi berlaku sejak 29 April
1997. Senasib dengan perjanjian pengendalian senjata nuklir, AS memperlakukan
kedua perjanjian ini secara selektif dan diskriminatif. DK PBB dapat
menyelidiki setiap keluhan, akan tetapi kekuasaan untuk melakukan hal itu tidak
pernah diajukan. Dengan hak veto yang dimilikinya, AS, Inggris, Perancis,
Rusia, dan Cina, mampu memblok setiap keputusan untuk menyelidiki senjata
biologi. Pada bulan Juli lalu, AS menolak penerapan protokol perjanjian BWC
karena dipandang tidak sesuai dengan kepentingannya.
20. Perkembangan senjata biokimia terkini. Pada tanggal
4 September 2001, New York Times mengungkapkan bahwa para peneliti sistem
pertahanan biologi CIA, dengan dalih kepentingan defensif, mengujicoba sampel
bom biologi dan membangun fasilitas produksi senjata biologi di Nevada,
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari penelitian senjata biologi ofensif.
AS merahasiakan aktivitas tersebut dan tidak pula mengungkapkannya dalam confidence
building report kepada BWC. Kajian defensif yang AS lakukan itu dapat
diartikan sebagai pengembangan senjata biologi. Misalnya, serangan anthraks
pada bulan Oktober 2001 di AS, sepertinya diawali oleh ilmuwan domestik dari ahli
laboratorium senjata biologi AS sendiri.
21. Hubungan AS dengan konvensi senjata
biokimia. Menurut CWC, Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons
dapat melakukan inspeksi terhadap laboratorium, pabrik dan mempelajari
kerusakan yang ditimbulkan senjata-senjata kimia. AS kemudian memaksa
organisasi tersebut untuk mengganti direkturnya, Jose Bustani. Kesalahan Jose
Bustani adalah keinginannya untuk memeriksa AS sama seperti negara-negara lain
yang diperiksa, dan mengajak Saddam Hussein menandatangani CWC. Amat kontras
dengan sikapnya yang giat memaksa dilakukannya inspeksi terhadap persenjataan
Irak, AS tidak perlu berpikir lama untuk menolak setiap inspeksi senjata
terhadap negaranya sendiri. Pada tahun 1997, Senat AS meluluskan Chemical
Weapons Convention Implementation Act, yang pada Pasal 307-nya berbunyi: ‘Presiden
berhak menolak permintaan dilakukannya inspeksi terhadap setiap fasilitas di
Amerika Serikat bilamana Presiden menganggap bahwa inspeksi tersebut dapat
menimbulkan ancaman bagi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat’.
22. Dukungan AS terhadap program senjata
biokimia Irak. AS juga berperan dalam pengembangan senjata
biokimia. Pada tahun 1998, siaran berita Channel 4 di Inggris mengklaim
penemuan dokumen intelijen AS, yang menunjukkan bahwa sejumlah 14 pengiriman
bahan-bahan biologi telah diekspor dari AS ke Irak. Termasuk 19 paket bakteri
anthraks dan 15 paket botulinum, organisme yang menimbulkan botulisme.
Siaran berita itu menunjukkan mereka memiliki bukti bahwa Irak telah membeli
sejumlah toksin setelah Irak menggunakan gas untuk menyerang perkampungan Kurdi
di Halajaba yang menewaskan 5000 orang.
Kesimpulan
Dari paparan
di atas, jelas sekali bahwa Barat tidak dapat dipercaya dalam hal kepemilikan
senjata pemusnah massal. Senjata tersebut telah digunakan secara sistematis
oleh Barat terhadap jutaan orang tak berdosa dalam PD I, PD II, Perang Vietnam
dan bahkan terhadap warga mereka sendiri. Hal ini menunjukkan betapa anak-anak
masa kini dan masa depan tidak boleh lagi dijadikan objek pembantaian Barat,
atau dengan meminjam kata-kata Truman, ‘eksperimen’ berikutnya yang akan
mereka hadapi. Kita pun perlu mengingatkan diri kita sendiri akan nilai-nilai
yang muncul dari pemerintahan Kapitalis-Barat dengan menyimak kembali ucapan
Major Foulkes, salah satu arsitek senjata kimia Inggris, tatkala ia dikirim ke
India pada tahun 1919. Sebagai upaya menekan militer Inggris agar menggunakan
senjata kimia dalam perang melawan Afghanistan, ia berargumentasi bahwa ‘‘Kelengahan,
kurangnya instruksi dan disiplin, dan tiadanya perlindungan terhadap sebagian
wilayah Afghanistan dan suku-suku di sana akan meningkatkan korban akibat
penggunaan gas mustard di garis depan’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar