Konspirasi
Global
Terorisme
Konspirasi
Global
Mereka yang mengerti akan sejarah pasti bisa
melihat jelas bahwasanya pada awal abad hijriyah atau abad ke tujuh masehi,
umat Islam begitu disiplin menjalankan hukum Islam yang begitu mulia. Kemuliaan yang mencakup
segala lini kehidupan. Itu terjadi di saat bangsa-bangsa lain tenggelam dalam
keegoisan mereka, yang hanya mementingkan keuntungan-keuntungan materi dan kesesatan
belaka.
Dari sini, bangsa-bangsa lain selalu berusaha
menipu dan menghancurkan umat Islam. Usaha mereka tergantung dengan keadaan.
Kalau umat Islam sedang
kuat dan berjaya, mereka berusaha secara samar-samar. Tapi apabila umat Islam sedang lemah, mereka melakukan usahanya
ini dengan terang-terangan. Inilah lagu lama yang terajadi dalam setiap sejarah
manusia.
Kaum Yahudi dan Nasrani bersekongkol melawan
umat Islam. Mereka memunculkan opini-opini yang merusak.
Sementara itu, untuk memecah belah dan membuat
lemah kekuatan daulah
Islam, orang-orang ini membantu mendirikan berbagai aliran sesat. Mereka selalu
menyulut api peperangan diantara aliran-aliran ini. Bahkan ada yang dengan
terang-terangan mengumumkan perang terhadap suatu aliran. Sebenarnya, tujuan
mereka hanya satu, yaitu menyelewengkan umat Islam dari disiplin menjalankan
syariah dari Allah Swt. dalam semua aspek kehidupan.
Persekongkolan seperti ini sangat banyak dijumpai dan bermacam bentuknya. Di antaranya seperti
berikut;
1. Dari Zaid bin Aslam, ia berkata,
“Syas bin Qais, seorang kakek yang sudah
begitu tua, sangat kufur, begitu benci dan iri terhadap umat Islam melewati
sekelompok sahabat Rasul Saw. dari suku Aus dan Khazraj
yang sedang berkumpul dan saling berbincang. Melihat rasa kasih sayang dan kebersamaan
yang ada pada dua suku ini, ia menjadi tidak suka, marah serta iri hati. Ia
tidak suka melihat dua suku ini dapat berdamai dalam naungan Islam setelah
sebelumnya, pada masa jahiliyah, kedua suku ini saling bermusuhan. Maka ia
berkata, “Keluarga bani Qailah sudah berkumpul di negeri ini. Demi tuhan, kami
tidak akan setuju saat mereka mengambil keputusan bersama.” [Qailah adalah kekek dari Aus dan Khazraj. Kakek
Yahudi ini sengaja menyebut dengan memakai nama kakek mereka untuk menghina]
Setelah itu, kakek ini menyuruh seorang pemuda Yahudi yang dahulu pernah
bersahabat dengan mereka. Ia lalu berkata, “Datangi dan berkumpul-lah dengan
mereka. Ingatkan mereka perihal hari Bu’ats dan pertentangan-pertentangan antar
mereka sebelumnya. Nyanyikan lagu-lagu kebanggaan kedua suku itu.” [Buats adalah nama sebuah pertempuran yang terjadi
antara suku Aus dan Khazraj. Peperangan ini terjadi setahun sebelum hijrah Nabi]
Lalu pemuda itu pergi dan melakukan segala apa yang diperintahkan kakek
tersebut. Terjadilah perbincangan seru yang menjurus pada percekcokan. Kedua
suku saling membanggakan kebaikan masing-masing. Sampai ada dua orang yang
sudah melompat ke punggung kudanya. Dua orang ini adalah Aus bin Qaida, anak
Haritsah bin Harits dari suku ‘Aus, dan seorang lagi bernama Jabbar ibn Sakhr,
anak Salmah dari suku Khazraj. Keduanya saling beradu mulut. Kemudian salah
satu dari mereka berkata kepada teman-temannya, “Jika kalian berkehendak, kita
bisa saja mengumumkan perang besar terhadap suku ini. Maka marahlah dua suku
tersebut dan berkata, “Waktunya untuk angkat senjata!”
Kabar ini pun sampai di telinga Rasul Saw. Nabi lekas mendatangi orang-orang itu bersama para sahabat muhajirin
dan berkata, “Wahai umat Islam. Ingatlah Allah. Ingatlah Allah.
Apakah kalian hendak menuruti ajakan jahiliyah sementara aku ada di antara kalian? Apakah kalian hendak menuruti ajakan jahiliyah setelah
Allah memberi petunjuk Islam, memuliakan kalian semua dengan agama ini, memutuskan segala pertikaian di zaman jahiliah, menyelamatkan kalian dari kufur dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara kalian?" Mendengar ini, sadarlah mereka bahwa semua itu
hanyalah hasutan setan dan tipu daya musuh. Akhirnya, mereka terharu, menangis
dan saling berpelukan. Damailah suku Aus dan Khazraj. Mereka lalu meninggalkan
tempat itu bersama-sama Rasul Saw. dengan penuh taat.
Allah telah mematikan tipu daya musuh-Nya, Syas bin Qais. Kelakuan Syas
bin Qais inilah yang menyebabkan turunnya ayat berikut;
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah,
padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. Katakanlah: "Hai
Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang
telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan".
Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imraan[3]:98-99)
Adapun mengenai sikap Aus bin Qaidi dan Jabbar bin Sakhr beserta
orang-orang yang terhasut oleh Syas bin Qais, turunlah ayat berikut ini;
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari
orang-orang yang diberi Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi
orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir,
padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di
tengah-tengah kamu. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya
ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imraan[3]:100-105) [Cerita ini terdapat
dalam Sirah Ibnu Hisyam 1/555. Juga dalam Tafsir at Thabari mengenai ayat
100-105 surat Ali Imraan]
Begitulah. Orang Yahudi merasa jengkel dan iri hati melihat
keakraban umat Islam, bersatu dengan ukhuwah Islam, bersatu dengan
ideologi Islam (akidah dan syariah Islam) semata. Mereka lalu bersekongkol untuk menanam benih
perpecahan dengan paham kufur tribalisme/sukuisme (termasuk
kebangsaan/nasionalisme). Makar mereka sudah tercipta. Tapi Rasul Saw. cukup menumbangkannya dengan mengingatkan umat Islam terhadap ikatan wajib bagi umat yaitu ideologi Islam serta melarang
ikatan-ikatan lain.
2. Orang Yahudi memang pandai melakukan
intrik. Kali ini mereka mempergunakan orang-orang munafik untuk mencapai
tujuan. Di antara
kelicikan mereka, ada yang bersepakat untuk pura-pura masuk Islam beberapa jam
dan setelah itu murtad dan kembali memeluk agama Yahudi. Hal ini mereka lakukan
untuk menimbulkan kesan bahwa sebenarnya agama Yahudi lebih baik. Maka turunlah
ayat Al Quran yang mengungkap kelicikan mereka ini. Allah Swt. berfirman,
“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu
beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat
Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka
(orang-orang mu'min) kembali (kepada kekafiran). (QS. Ali Imraan[3]:72)
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas
berkata, "Segolongan Yahudi berkata, “Jika kamu bertemu dengan
sahabat-sahabat Muhammad pada permulaan siang maka berimanlah kalian. Kemudian
jika sudah pada akhir siang maka beribadahlah sesuai cara beribadah kalian
dalam agama Yahudi. Siapa tahu mereka akan berkata, “Itu adalah para ahul
kitab. Mereka lebih tahu dari kita.” Siapa tahu para sahabat Muhammad akan
berpindah agamanya.” [Tafsir At Thabari 3/312]
Begitulah persekongkolan kaum Yahudi terhadap
Islam. Dari sini tampak jelas betapa bencinya mereka terhadap Islam dan
kebenaran.
3. Suatu ketika terjadilah konflik antara
khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan yang waktu itu
menjabat wali di
Syam. Kaisar Romawi ingin mempengaruhi
Muawiyah. Penguasa Romawi itu menggerakkan pasukannya mendekati daerah-daerah
perbatasan negara Islam. Ia ingin menguasai wilayah Islam. Melihat gelagat
seperti ini, Muawiyah segera menulis surat kepada kaisar tersebut yang
berbunyi, “Demi tuhan, wahai orang terkutuk, jika perbuatanmu ini tidak segera
kamu sudahi dan engkau kembali ke negaramu, aku dan anak pamanku akan
bersepakat mengusirmu dari seluruh wilayah yang kamu kuasai dan menghimpit bumi
yang dulunya menyambutmu dengan penuh hormat." Seketika takutlah kaisar
Romawi mendengar ancaman ini. Ia kapok dan meminta perdamaian.
Kasus seperti ini menjelaskan betapa besarnya
keinginan Romawi yang beragama Nasrani untuk merusak kekhalifahan Islam dan menguasai
sumber-sumber strategisnya seperti waktu zaman jahiliyah. Hal seperti ini
sangat sering terjadi ketika negara khilafah Islam sedang lemah.
Dari ketiga kasus di atas jelas bahwa
1.
Syas
bin Qais melakukan intrik untuk memecah belah umat Islam.
2.
Orang
Yahudi melakukan tipu daya terhadap umat Islam dengan cara pura-pura masuk
Islam untuk kemudian murtad supaya umat Islam meragukan agamanya.
3.
Kaum
Nasrani berusaha mencampuri
urusan dalam negeri kekhalifahan Islam.
Semua ini menunjukkan bahwa permusuhan kaum
Nasrani dan Yahudi terhadap Islam adalah permusuhan lama yang tak kenal lelah.
Dan bahwa yang melakukan teror adalah kaum Yahudi beserta Nasrani untuk terus berbuat kerusakan di muka bumi menindas umat Islam. Lagi-lagi umat Islam yang terkena teror dari
orang-orang yang tidak suka terhadap kebenaran Islam.
Konspirasi Global Terorisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar