Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 05 April 2013

Dampak Buruk Sistem Ekonomi Kapitalisme

Dampak Buruk Sistem Ekonomi Kapitalisme


{{LANJUTAN DARI ARTIKELSEBELUMNYA}}

2. Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalisme

Kritik biasanya bermula dari ketidakpuasan. Dan itu wajar tatkala kita melihat kegagalan kapitalisme. Berikut akan diuraikan sekilas kegagalan kapitalisme, lalu dilanjutkan kritik terhadap kapitalisme itu sendiri.

a. Kegagalan Kapitalisme

     Kegagalan sistem ekonomi kapitalisme yang paling mencolok adalah munculnya kesenjangan ekonomi antara negara-negara industri maju (kapitalisme) dengan negara-negara miskin (selatan). Kesenjangan ekonomi dunia sudah mulai menggejala sejak Perang Dunia II, saat itu AS memiliki 40 persen dari seluruh kekayaan dunia, padahal berpenduduk hanya 6 persen dari seluruh penduduk bumi (Clinton, 1996: 269).

Menurut laporan World Bank Report pada tahun 1979, Penduduk Amerika dan Eropa Barat yang hanya 16,5 persen dari penduduk dunia,  menguasai dua per tiga kekayaan dunia.

Sedangkan menurut laporan  PBB, sekitar tahun 90-an terjadi sebuah fenomena yang dinamakan negatif tansfer atau revising financial flows.  Fenomena ini menggambarkan bahwa sebenarnya bukan dunia industri  maju yang mengalirkan dana ke dunia berkembang. Melainkan sebaliknya. Dengan pengertian lain, bukan dunia maju yang membantu dunia berkembang, tetapi dunia berkembang yang membantu dunia maju. Jumlah negatif transfer pada tahun 1984-1990 diperkirakan US$ 180 miliar (Gani, 1997).

Amerika Serikat, yang merupakan pendekar utama negara kufur kapitalisme telah menjadi korban dari sistem ekonominya sendiri. Separo dari kekayaan dan keuntungan dari sebanyak 200.420 unit perusahaan industri di Amerika telah dimiliki dan dikuasai oleh hanya 102 unit perusahaan industri raksasa saja (kekayaan rata-rata tiap perusahaan telah lebih dari satu milyar dollar US). Distribusi kemakmuran antar negara bagian juga tidak merata, negara federal sebelah Timur jauh lebih kaya dibandingkan dengan sebelah Barat dan Kepulauan. Perbedaan tingkat kemakmuran per kapita sekitar US$10.000,- per tahun (Zadjuli, 1998: 3).

    Setelah 50 tahun pembangunan yang kapitalistik, Indonesiapun menghadapi kenyataan pahit. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) 1994, dengan garis kemiskinan 500 rupiah per hari, terdapat 28 juta rakyat miskin (2 juta di kota dan 26 juta di desa). Bila garis kemiskinan dinaikkan menjadi 1000 rupiah per hari, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi sekitar 117 juta jiwa atau 65 persen dari jumlah penduduk (Basri, 1995: 105). Dalam sebuah artikel khusus harian Republika dilaporkan bahwa omset tahun 1993 dari 14 konglomerat Indonesia terbesar yang tergabung dalam grup Praselya Mulya, di antaranya Om Liem (Salim Group), Ciputra (Ciputra Group), Mochtar Riady (Lippo Group), Suhargo Gondokusumo (Dharmala Group), Eka Tjipta (Sinar Mas Group) mencapai 47,2 trilyun rupiah atau 83 % APBN Indonesia tahun itu (Republika, 1993).

    Menurut laporan Biro Pusat Statistik tahun1994, bahwa sampai tahun 1992 di Indonesia terdapat 33,5 juta unit usaha formal, 99,8% darinya yaitu sebanyak 33.433.000 unit adalah usaha kecil. Sedangkan 52,4%-nya atau sebanyak 17.485.459 unit, omset  per tahunnya di bawah 1 juta rupiah. Kontribusi dari 99,8% unit usaha kecil tersebut pada Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebesar 38,9%. Sisanya yaitu 0,2% atau sebanyak 66.428 unit adalah usaha menengah dan besar mempunyai kontribusi terhadap PDB sebesar 61,1% (Ishak, 1997).

    Dampak buruk dari sistem ekonomi kapitalisme mencapai klimaksnya dan langsung dirasakan pada tingkat regional Asia, ketika kawasan ini mengalami apa yang disebut sebagai “krisis moneter”. Pada bulan Juli 1997 apa yang disebut mitos ‘Keajaiban Asia’ mulai memudar dari Thailand. Krisis bulan Juli itu langsung memaksa Thailand yang sudah kehabisan cadangan devisa untuk berpaling meminta bantuan kepada IMF. Di luar dugaan krisis ini akhirnya berlarut dan merembet ke seluruh ASEAN termasuk Indonesia. Pada 31 Oktober 1997 Pemerintah RI terpaksa meminta bantuan IMF dan melakukan langkah drastis melikuidasi 16 bank. Pada akhirnya krisis ini melanda hampir di semua negara-negara di kawasan Asia (Wibisono, 1998). Sistem ekonomi kufur kapitalisme sangat rentan krisis dan langganan krisis karena pondasinya lemah, yaitu bursa saham, mata uang kertas, dan riba (bunga/ interest). Krisis mudah terjadi gara-gara sistem judi bursa saham yang membuat aset-aset nilainya bergantung penuh pada selera hawa nafsu para pemain judi (pemain saham, surat utang (obligasi), dan berbagai turunannya yang hina).

Akibat krisis yang melanda tersebut memaksa Indonesia harus mengucapkan kalimat “Selamat tinggal Negara Industri Baru (NIB)”. Berdasarkan pengelompokan, jika pendapatan perkapita sebuah negara sudah mencapai 1.200 dolar AS per tahun, berarti negara tersebut sudah masuk kelompok NIB. Ketika pendapatan per kapita Indonesia sudah mencapai 1.088 dolar, Indonesia sudah tinggal selangkah lagi untuk mencapai predikat itu. Akhirnya keinginan itu kini tinggal impian. Ketika gelombang krisis telah menembus pada angka di atas Rp8000. per dolar, Indonesia bukan lagi menjadi negara miskin tetapi super miskin di bawah India dan setara dengan Kamboja, Kenya atau Bangladesh yang mempunyai pendapatan per kapita di bawah 300 dolar (Utomo, 1998). Perekonomian global dunia saat ini menggunakan sistem kufur kapitalisme dengan riba, mata uang murahan kertas, dan keharaman pasar saham sehingga perekonomian global mudah runtuh dan meruntuhkan.

    Pengamat ekonomi Basri, memprediksikan bahwa tahun 1999 krisis ekonomi akan semakin parah. Krisis itu tidak hanya melanda Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia juga akan terpuruk oleh krisis. Termasuk negara-negara berekonomi maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Prediksi itu didasarkan pada salah satu teori ekonomi yang mengatakan pada siklus 70 tahunan akan membawa ekonomi dunia up and down. Dalam kurun 70 tahun akan terjadi depresi ekonomi yang besar. Terakhir awal depresi besar terjadi pada 1929. Dan 70 tahun berikutnya adalah tahun 1999 (Basri, 1998).

    Jika seluruh negara-negara di dunia ini memasuki apa yang mereka (kafir kapitalisme) sebut sebagai "Tata Ekonomi Dunia Baru" melalui World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia,  organisasi ini akan menguasai secara sempurna seluruh sektor  perdagangan, perekonomian, moneter, perburuhan, pertanian, jasa,  keimigrasian dan perundang-undangan yang berkaitan dengan itu, semua di dunia ini. Seluruh negara-negara di dunia dipaksa untuk  membuka seluruh pasarnya dan harus siap berkompetisi secara bebas dan terbuka, tidak perduli apakah itu negara maju atau negara melarat. Keadaan ini akan memberi peluang yang lebih besar kepada golongan ekonomi kuat, sehingga ketimpangan dengan golongan ekonomi lemah akan semakin meningkat (Sasono, 1995: xi).

    Dengan mulai goyahnya tatanan ekonomi dunia, akhirnya banyak ahli ekonomi yang mempertanyakan sistem kufur ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negara-negara besar itu. Uniknya yang mulai banyak mengkritik sistem ekonomi kapitalisme adalah para pakar dan pendukung utama ekonomi kapitalisme itu sendiri (Basri, 1998).

Dampak Buruk Sistem Ekonomi Kapitalisme

{{BERSAMBUNG KE ARTIKEL LANJUTAN}}

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam