Pembangkitan
Untuk membangkitkan umat, umat perlu meyakini bahwa paradigma
mendasar untuk meraih kebangkitan adalah ideologi (mabda’)
yang merupakan satu kesatuan dari ide (fikrah)
dan metode (thariqah). Islam merupakan
ideologi karena terdiri dari ide dasar (aqidah) dan berbagai sistem kehidupan
(syariah) yang bersumber dari ide dasar tersebut. Selain itu ideologi tersebut
berisi konsep dan metode untuk mewujudkannya.
Pemikiran Islam akan mewujudkan ketinggian berpikir (ar-raqi al-fikr) yang memiliki karakter
mendalam (‘umuq) dan menyeluruh (syumul). Pemikiran Islam adalah setiap
pemikiran yang digali dari Islam. Pemikiran Islam mencakup pemikiran tentang
akidah dan pemikiran tentang syariat. Perubahan pemikiran dengan Islam berarti
mengubah akidah masyarakat menjadi akidah Islam, dan aturannya pun menjadi
aturan Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.
Al-Baqarah: 208)
Kaum sekular Barat mampu bangkit dengan ideologi Kapitalisme.
Uni Soviet mampu bangkit dengan memeluk ideologi Sosialisme. Namun, kebangkitan
dengan kedua ideologi tersebut adalah kebangkitan semu belaka. Fakta empirik
menunjukkan ideologi-ideologi batil ini justru menimbulkan efek kesengsaraan
dan penderitaan bagi umat manusia. Akibatnya, Sosialisme kemudian hancur
setelah berkuasa selama 74 tahun. Ideologi Kapitalisme juga di ambang
keruntuhan. Akidah yang mendasari kedua ideologi itu tidak sesuai dengan fitrah
manusia dan tidak memuaskan akal.
Akidah
dari Sosialisme-komunis adalah materialisme yang menafikan adanya sang
Pencipta. Adapun akidah dari ideologi Kapitalisme adalah sekularisme. Meski
mengakui adanya Tuhan, ideologi ini mengharuskan umat manusia membuat aturannya
sendiri, menolak campur-tangan Tuhan dalam peraturan kehidupan masyarakat dan
negara. Ini juga tidak sesuai fitrah manusia yang serba lemah dan terbatas,
yang sangat membutuhkan aturan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana.
Kebangkitan hakiki adalah yang pernah dialami bangsa Arab
saat mereka mengambil Islam sebagai ideologi individu, masyarakat dan negara.
Kebangkitan ini dipimpin oleh Rasulullah Saw. Bangsa yang dulunya Jahiliyah
berubah menjadi bangsa berperadaban tinggi dan mulia, bahkan kemudian berhasil
menaungi dan menerangi separuh dunia. Kebangkitan ini laksana perubahan dari
kegelapan menuju cahaya.
Islam adalah sistem hidup yang sempurna. Firman Allah Swt.:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ
“Dan Kami
turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu..”
(TQS. An-Nahl [16]: 89)
Perkara
apapun ada hukum Islamnya, dan problematika apa saja, atau apapun tantangan
yang dihadapi kaum Muslim, akan dapat dipecahkan dan dijawab oleh Dinul Islam.
Akidah Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah sekaligus akidah ri’ayah yang haq. Akidah ini memancarkan
sebuah sistem (aturan) kehidupan yang menyeluruh, mengatur urusan pribadi,
keluarga maupun negara; termasuk sistem sosial, pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, politik dalam dan luar negeri, sanksi hukum dan sebagainya. Sebagai
contoh: Islam memerintahkan untuk melakukan shalat dan puasa. Lalu untuk
melangsungkan generasi penerus, Islam memerintahkan supaya menikah dengan lawan
jenis. Dalam rangka untuk menjamin sebuah pernikahan itu, Islam juga
memerintahkan sejumlah sanksi berupa hukum cambuk dan rajam bagi pelaku zina.
Islam juga memerintahkan untuk memperoleh harta secara halal. Lalu untuk
menjamin kepemilikan harta tersebut, Islam memerintahkan hukuman potong tangan
bagi pencuri.
Ideologi Islam telah
menorehkan tinta emas sejarah peradaban umat manusia ketika diterapkan selama
berabad-abad lamanya. Banyak bukti historis
menunjukkan kemajuan peradaban Islam mulai dari bidang politik, ekonomi hingga
sains dan teknologi. Meski kaum orientalis berusaha menyembunyikannya,
kegemilangan peradaban Islam tak mampu ditutupi.
Islam telah mampu mensejahterakan, memberi rasa
nyaman dan memberi kebahagiaan bagi umat manusia. Sejarahwan Barat seperti Will
Durrant sekalipun tak sanggup menahan tutur-katanya untuk memberikan pujian
kekaguman pada peradaban Islam, seperti dia ungkapkan dalam The Story of Civilization.
Telah disadari sepenuhnya bahwa Rasulullah Saw. dahulu
berdakwah kepada orang-orang kafir, dan kita sekarang mengemban dakwah kepada
kaum muslimin agar mereka selalu mengikatkan diri kepada hukum-hukum Islam, dan
berjuang bersama-sama untuk menerapkan kembali sistem Islam termasuk sistem
pemerintahan sesuai dengan hukum-hukum yang telah diturunkan Allah.
Negeri-negeri kaum muslimin sekarang –sangat disayangkan– ternyata tidak
memenuhi syarat sebagai Darul Islam. Masyarakat yang ada di dalamnya tidak hidup
dalam pengaturan sistem Islam.
Saat ini yang menjadi common
enemy bagi umat adalah ideologi kapitalisme. Berakidahkan sekularisme,
kapitalisme beserta berbagai sistemnya menguasai dan menjajah dunia, menjadi
akar masalah dunia saat ini, menyebabkan berbagai macam masalah terus
bermunculan. Mereka menjalankan metode hagemoni baik militer, politik,
pemikiran maupun ekonomi.
Hubungan antara para penguasa dengan bangsa mereka saat ini
berjalan di atas paradigma merendahkan dan mengeksploitasi bangsa-bangsa,
meremehkan berbagai kemaslahatan mereka dan menjauhkan umat dari ideologinya.
Sementara hubungan antara para penguasa di negeri Islam dengan tuan-tuan negara
adidaya mereka tegak di atas landasan bahwa mereka menerapkan apa yang
didiktekan kepada mereka dan menjaga berbagai kepentingan tuan-tuan mereka.
Mereka menjadi alat negara-negara imperialis untuk merusak Islam, mengokohkan
hagemoni pemikiran barat dan membangun peradaban barat dengan segenap
pemahamannya baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi maupun sosial. ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar