Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam
Kamis, 29 Agustus 2013
Kekuatan Ekstra Parlemen
Karena tren partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pilkada terus menurun, anggota Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Iwan Januar, memprediksi aspirasi ekstra parlemen akan semakin tinggi. “Hal inilah yang ditakutkan kalangan pendukung demokrasi!” ungkapnya kepada mediaumat.com, Selasa (27/8) malam.
Makanya, lanjut Iwan, parpol-parpol besar bekerja keras dengan memanfaatkan media untuk mengangkat citra tokoh dan parpol mereka, agar publik percaya. “Masalahnya, publik sudah berkali-kali ditipu dengan modus yang sama, mereka akan lebih hati-hati, bahkan mungkin sudah mati rasa (apatis).”
Di sisi lain, Iwan pun menyatakan, secara bertahap sebagian orang sudah melihat demokrasi bukan lagi sistem yang bisa diharapkan bisa mensejahterakan rakyat dan melahirkan pemimpin yang independen yang berpihak pada publik tanpa bisa diintervensi kaum kapitalis.
Menurutnya, kelompok masyarakat ini mulai melihat realita bahwa demokrasi melahirkan pemimpin yang terkooptasi oleh para pengusaha kapitalis yang rakus sebagai investor politik, dan juga demokrasi melahirkan banyak pemimpin yang juga korup karena sistem ini padat modal dan high-cost.
“Ini kesempatan bagi kita untuk menyuarakan penegakkan syariat Islam dan Khilafah kepada umat, meyakinkan mereka secara akidah dan realitas politik bahwa hanya Islam yang sanggup menyelesaikan berbagai persoalan bangsa ini,” pungkasnya.
Seperti dilansir republika (27/8), Kemendagri antisipasi golput 2014, mengingat angka golput terus meningkat. Tingkat partisipasi masyarakat 1999 tercatat 92,74 persen, 2004 menjadi 84,7 persen, 2009 71 persen. Sementara menurut Ketua KPU, tren 2014 diduga terus menurun hingga 54 persen. (mediaumat.com, 28/8)
Selasa, 27 Agustus 2013
Pesan Idul Fitri Pemimpin Barat Omong Kosong
Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dan Menteri Luar Negeri Bob Carr keduanya telah mengeluarkan video berisi pesan Idul Fitri yang dirilis untuk menyampaikan “harapan hangat” dan omong kosong yang muluk-muluk tentang bagaimana “memajukan perdamaian dan keharmonisan” dan “menghormati semua agama”. Bob Carr juga masing-masing berbicara setelah Shalat Idul Fitri di masjid Lakemba dan masjid Rooty Hill pada hari Kamis dan Jumat.
Bagi para politisi ini, mereka tentu saja memberi tahu kepada kita hal yang sudah kita ketahui jelas-jelas merupakan kebohongan. Mereka adalah bagian dari tatanan politik yang menggunakan slogan-slogan damai dan harmonis untuk melayani para elit ekonomi dengan mengorbankan massa, dan merupakan suatu bagian dari sistem internasional yang dibangun untuk menipu dan mengeksploitasi, dengan cara menaklukkan negara-negara yang lebih lemah untuk kepentingan orang-orang kaya.
Jika mereka benar-benar menghormati Islam, mereka tidak akan berjuang mati-matian menentang Islam di dunia Muslim, dengan menghabiskan jutaan dollar untuk mencegah tegaknya Islam. Jika mereka menghormati Islam, di sini mereka tidak akan menyamakan Islam sebagai kejahatan, pekan demi pekan, dan menjelek-jelekkan Islam dengan cara mempromosikan Islam versi lokal yang buruk, sekuler, dan apolitis (“Islam moderat”). Tentu saja, kita semua tahu akan realitas ini.
Namun, yang menyedihkan adalah bahwa organisasi-organisasi Islam memberikan para politisi itu platform di masjid-masjid untuk menodai perayaan hari suci kami dengan politik kotor mereka. Jelas bahwa tidak lain mereka hanya mencari jlan untuk mengkuliahi kaum Muslim untuk memajukan agenda-agenda mereka, dan menggunakan komunitas Muslim seperti permainan sepak bola politik dalam pemilihan umum tingkat federal yang sudah dekat. Jadi, mengapa organisasi-organisai Islam memberikan mereka kesempatan untuk melakukan hal ini semua? Seberapa rendahkah kita sehingga kita harus bersedia jatuh hanya untuk mendapatkan sedikit keuntungan materi?
Mengapa masjid-masjid kita telah menjadi tempat-tempat dimana kami tidak bisa membahas isu-isu politik, masalah-masalah dan solusi-solusi bagi umat dari perspektif Islam (karena seringkali politik dijauhkan dari masjid), namun para pemimpin kafir itu malah dapat membawa politik kufur mereka dan menyebarkannya di dalam masjid?
Kapankah terakhir kali Anda mendengar tentang revolusi Suriah atau situasi di Mesir atau Burma dibahas di masjid-masjid kita (selain memberikan infak dan menyampaikan do’a) dari perspektif Islam untuk membahas masalah-masalah itu beserta solusi-solusinya? Atau bahkan mengenai isu politik lokal? Keikutsertaan pasukan Australia di Afghanistan? Undang-undang anti-teror pemerintah atau kebijakan kontra-radikalisasi? Mengapa hal-hal yang sah dan penting itu tidak boleh dibicarakan di dalam masjid-masjid, sementara para politisi dari Partai Buruh dan Partai Liberal dibolehkan merayu suara kaum Muslim?
Kapankah terakhir kali Anda mendengar para politisi itu diminta pertanggung jawaban dari mimbar-mimbar masjid – yang seharusnya menjadi mimbar untuk memberikan bimbingan dan kepemimpinan? Meminta pertanggung jawaban Bob Carr karena mengkriminalisasikan dukungan finansial dan material untuk kaum mujahidin di Suriah misalnya, atau meminta pertanggung jawaban bagi perlakuan mengerikan mereka bagi para pencari suaka?
Masyarakat Islam harus meminta pertanggung jawaban DKM masjid-masjid itu beserta para pemimpin masyarakat Islam yang mengambil jalan seperti ini, dan menyebutnya sebagai kemungkaran sebagaimana adanya. Semoga Allah menuntun dan memberi barakah kepada masyarakat dengan politik yang segar dan lebih bermartabat yang berdasarkan Islam. (rz)
utsman-badar: pesan-idul-fitri-pemimpin-barat-sekedar-basa-basi
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/08/11/utsman-badar-pesan-idul-fitri-pemimpin-barat-sekedar-basa-basi/
Senin, 12 Agustus 2013
Preman Sistem Thoghut Demokrasi Melarang Takbir Keliling
Wakil Sekjen MUI Tengku Zulkarnaen mengatakan, alasan Polda Metro Jaya melarang takbir keliling mengada-ada.
Menurut dia, takbir keliling termasuk salah satu sunah dalam ajaran Islam. Karena perayaan malam Lebaran tidak hanya sekadar dilakukan di mushala dan masjid, bisa juga dilakukan di jalan demi syiar. Karena itu, ia sangat keberatan kalau sampai dilarang.
"Alasan pelarangan takbir keliling ini sama saja pembangkangan terhadap ajaran Islam. Kalau dilarang, ini pengkerdilan agama Islam," kata Tengku, Selasa (6/8).
Ia mengatakan, jika takbir hanya diizinkan dilakukan di mushola, sama saja polisi mengurung umat Islam. Itu lantaran Islam sebagai mayoritas agama masyarakat Indonesia tapi tidak lagi bebas disyiarkan. Tentu hal itu menggelitiknya lantaran tidak adil jika gerak-gerik kaum Muslim malah dibatasi ketika menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tengku mengingatkan, kepolisian hendaknya mencabut larangan takbir keliling. Kalau tidak bisa muncul opini negatif kalau Polri melakukan pandang bulu dalam mengeluarkan kebijakan. Karena pada malam tahun baru, seluruh masyarakat tumpah ruah ke jalan malah tidak dilarang.
Bahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sampai ikut larut dalam perayaan tahun baru. Karena itu, ia menilai aneh ketika umat merayakan tahun baru Islam cenderung dibatasi.
"Polri seperti mengkerangkeng umat Islam, tapi membiarkan umat lain bebas merayakan malam tahun baru," kritik Tengku.
Ia mengaku bisa memahami, kadang ada masyarakat yang berbuat kurang baik ketika melakukan takbir keliling di jalan raya. Namun hal itu lebih baik dikoordinasikan dengan ulama, pengurus masjid maupun ketua RT/RW setempat. Sehingga masyarakat yang ingin mengekspresikan perayaan penyambutan Lebaran bisa menjalankannya dengan baik.
Dengan koordinasi yang baik dan langkah antisipatif, kata dia, segala hal negatif yang muncul bisa ditangani dengan baik. Hal itu sudah dicontohkan semasa kepala Polda Metor Jaya Untung S Rajab yang mau bekerja sama dengan seluruh komponen umat Islam. Sehingga, pada masa itu tidak ada larangan bagi kaum Muslim yang ingin menggelar takbir keliling.
"Ibaratnya kami ingin supaya tertib agar hal negatif bisa diminimalisasi, bukan diberangus seperti sekarang," ujar Tengku. [republika/www.al-khilafah.org]
MUI: Larang Takbir Keliling, Polisi Kerdilkan Islam
Muslim Tertindas Tanpa Sistem Khilafah
Kasus pemecatan seorang buruh yang memprotes pejabat perusahaan yang
melarang shalat di tempatnya bekerja menurut Iwan Januar merupakan
cerminan buruknya perlakuan dunia industri.
“Ini adalah cerminan buruknya perlakuan dunia industri dan ketenagakerjaan terhadap pekerja Muslim,” ungkap anggota Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia tersebut kepada mediaumat.com, Selasa (7/8).
Menurutnya, meski mayoritas penduduk negeri ini Muslim tapi UU Ketenagakerjaan yang ada tidak memberikan perlindungan hak-hak ibadah pekerja Muslim. “Di sana-sini kita masih mendengar ada karyawati yang dilarang berjilbab, dipersulit untuk shalat Jumat, dipaksa mengenakan pakaian natal, termasuk tidak disediakan ruangan untuk shalat,” bebernya.
Alasan efesiensi yang sering dilontarkan manajemen berbagai perusahaan juga dinilai Iwan mengada-ada. “Yang ada adalah kemalasan pengusaha untuk memenej kebutuhan pekerja dengan baik. Kan mereka tahu pekerjanya mayoritas Muslim, harusnya mereka sadar kewajiban ibadah bagi Muslim. Mereka malas dan tidak kreatif karena memang sudah sekuler, yang penting profit. Ini sudah kategori kejahatan terhadap umat Islam.”
Iwan menegaskan ini semua merupakan dampak diterapkannya sistem kapitalisme, sistem yang menyingkirkan agama dalam dunia industri. “Selama mindset perekonomian adalah kapitalisme selamanya kasus seperti ini akan berulang. Solusinya harus kembali pada Islam,” pungkasnya.
Sebelumnya, seorang buruh bernama Lami mengaku di-PHK karena memprotes pejabat perusahaan yang melarang shalat di pabrik tempatnya bekerja di bilangan Cakung, Jakarta Timur. Lami lantas mengadukan masalah tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Rabu (31/7).
“Ini adalah cerminan buruknya perlakuan dunia industri dan ketenagakerjaan terhadap pekerja Muslim,” ungkap anggota Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia tersebut kepada mediaumat.com, Selasa (7/8).
Menurutnya, meski mayoritas penduduk negeri ini Muslim tapi UU Ketenagakerjaan yang ada tidak memberikan perlindungan hak-hak ibadah pekerja Muslim. “Di sana-sini kita masih mendengar ada karyawati yang dilarang berjilbab, dipersulit untuk shalat Jumat, dipaksa mengenakan pakaian natal, termasuk tidak disediakan ruangan untuk shalat,” bebernya.
Alasan efesiensi yang sering dilontarkan manajemen berbagai perusahaan juga dinilai Iwan mengada-ada. “Yang ada adalah kemalasan pengusaha untuk memenej kebutuhan pekerja dengan baik. Kan mereka tahu pekerjanya mayoritas Muslim, harusnya mereka sadar kewajiban ibadah bagi Muslim. Mereka malas dan tidak kreatif karena memang sudah sekuler, yang penting profit. Ini sudah kategori kejahatan terhadap umat Islam.”
Iwan menegaskan ini semua merupakan dampak diterapkannya sistem kapitalisme, sistem yang menyingkirkan agama dalam dunia industri. “Selama mindset perekonomian adalah kapitalisme selamanya kasus seperti ini akan berulang. Solusinya harus kembali pada Islam,” pungkasnya.
Sebelumnya, seorang buruh bernama Lami mengaku di-PHK karena memprotes pejabat perusahaan yang melarang shalat di pabrik tempatnya bekerja di bilangan Cakung, Jakarta Timur. Lami lantas mengadukan masalah tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Rabu (31/7).
Ia datang didampingi pengurus LSM Kontras dan beberapa temannya.
“Saya dipersulit untuk shalat. Saya protes, lalu malah dipecat,” ujar
Lami saat melapor ke Komnas HAM.[] [www.al-khilafah.org]
Selama Mindsetnya Kapitalisme, Pelecehan terhadap Hak Buruh Muslim Terus Berulang
Iran Memusuhi Penduduk Suriah
Presiden baru Iran, Rohani memulai masa pemerintahannya dengan terus memperkuat politik permusuhan negerinya terhadap rakyat Muslim Suriah, dan juga terus mendukung dengan “keras dan tegas” untuk rezim gangster Suriah.
Dalam rangka kedatangan rezim gangster Suriah pada pesta pelantikan Hassan Rohani sebagai Presiden Iran, pada saat presiden Iran yang moderat itu meneriman tugas resminya, dan pada saat ia diambil sumpahnya, hari Ahad (4/8), maka presiden Iran menegaskan dalam pertemuannya dengan Wael al-Halqi, Perdana Menteri rezim tiran Basyar, bahwa “tidak akan ada kekuatan di dunia yang bisa menggoyahkan hubungan antara kedua negara.” Bahkan ia menegaskan bahwa Teheran memberi dukungan dengan “keras dan tegas” untuk Suriah. Ia mengatakan bahwa “apa yang terjadi di Suriah adalah usaha yang gagal untuk menjatuhkan dan menyerang poros perlawanan dan penolakan terhadap rencana Zionis-Amerika melalui dukungan terhadap kelompok terorisme takfiriyin (suka mengkafirkan kelompok lain). Di sisi lain, al-Halqi menyampaikan pesan Basyar pada Rohani, yang isinya menegaskan tentang kuatnya “hubungan strategis” antara kedua sekutu ini.
Wahai kaum Muslim yang mulia di Syam, tempat revolusi Islam melawan kezaliman dan tirani:
Dengan perkataan jahat seperti ini, Presiden baru Iran memulai masa pemerintahannya, dimana ia terus memperkuat politik permusuhan negerinya terhadap rakyat Muslim Suriah, dan terus mendukung dengan “keras dan tegas” untuk rezim gangster Suriah, serta menyatakan bahwa hubungan antara mereka tidak akan digoyahkan oleh kekuatan apapun di dunia. Dengan perkataan seperti ini, hubungan antek Amerika diikat antara rezim yang mengklaim Islami, dan para penguasanya yang mengaku bahwa mereka adalah para pejuang Islam, dengan rezim yang menyatakan sebagai “benteng sekularisme” kafir ateis di bawah slogan “perlawanan” dan “pencegahan” palsu dan keliru terhadap rencana Zionis-Amerika yang diperdagangkannya.
Tidak seorang pun yang terkejut dengan tindakan para penguasa Iran, dan tidak pula dengan pernyataan mereka, bahwa mereka berpenampilan sebagai pembela Islam, namun di balik itu mereka adalah antek Amerika. Pernyataan seperti ini pernah dikatakan oleh mantan Presiden berjubah seperti dirinya, Rafsanjani, dan penguasa berjubah lainnya, yaitu mantan Wakil Presiden, Abtahi, pada saat pendudukan Afghanistan dan Irak, yang mengatakan bahwa “tanpa dukungan Iran, Amerika tidak akan mampu menduduki Afghanistan dan Irak dengan begitu mudah.” Sehingga klaim perlawanan dan pencegahan kosong yang diklaim oleh Iran dan partainya (Hizbullah) di Lebanon, di samping rezim gangster Suriah, benar-benar terbantahkan dengan partisipasi partai Iran (Hizbullah) yang membantu rezim gangster Suriah dan premannya dalam pembantaian kaum Muslim di Suriah. Kami bertanya-tanya: Apakah perlawanan itu di Lebanon, dan premanisme di Suriah?! Bagaimana kamu mengambil keputusan?! Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari?!
Para penguasa Iran adalah antek bagi Amerika. Karena itu tidak mengherankan bahwa Presiden baru ini mengadopsi argumen Amerika untuk memerangi terorisme, dan seruan untuk meleyapkan kelompok takfiriyin (suka mengkafirkan kelompok lain). Mereka sebelumnya menyerahkan Irak pada Amerika, dan menjamin keamanannya. Sementara sekarang mereka menyerahkan Suriah, dan bermain dengan mereka melawan umat dan proyeknya untuk mendirikan Khilafah Rasyidah dengan permainan kebencian sektarian untuk mengahncurkan negara-negara kawasan Timur Tengah dengan “Sykes-Picot” Amerikan yang baru yang tegak dengan menciptakan negara-negara yang beraneka ragam etnis, kelompok, dan aliran, dengan perselisihan yang dibawa dari Irak ke Suriah hingga Turki, dan ke depannya ke Sudan, Libya, Mesir dan Lebanon …
Dalam hal ini, Kami di Hizbut Tahrir wilayah Suriah berlepas diri dari setiap orang yang meletakkan tangannya bersama Namrud era Basyar. Sebaliknya kami berdoa kepada Allah di bulan baik, bulan Ramadhan, semoga laknat Allah atas mereka para pendusta. Dan kami memohon kepada-Nya, semoga dalam waktu dekat kaum Muslim dihibur dengan tegaknya Khilafah Rasyidah, yang akan memuliakan Islam dan pemeluknya, dan sebaliknya menghinakan kekufuran dan para pengikutnya. Allah SWT berfirman:
)لاَ جَرَمَ أَنَّمَا تَدْعُونَنِي إِلَيْهِ
لَيْسَ لَهُ دَعْوَةٌ فِي الدُّنْيَا وَلاَ فِي الآخِرَةِ وَأَنَّ
مَرَدَّنَا إِلَى اللهِ وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّار.
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ
إِنَّ اللهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَاد(
“Sudah pasti bahwa apa yang kamu serukan aku kepadanya bukanlah suatu seruan yang berguna baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya tempat kembali kita pasti kepada Allah, dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itu akan menjadi penghuni neraka. Maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghâfir [40] : 43-44).
Ketua Kantor Informasi Hizbut Tahrir – Wilayah Suriah
Ir. Hisyam al-Baba
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 4/8/2013.
[htipress/www.al-khilafah.org] Presiden Baru Iran Perkuat Politik Permusuhan Negerinya Terhadap Rakyat Muslim Suriah
Minggu, 11 Agustus 2013
Negara Sistem Kufur Thoghut Demokrasi
Karut marut negeri sungguh menyesakkan dada kita. Sungguh sulit
diterima nalar, bagaimana seorang bocah kecil yang berusia 8 tahun –
kalau kemudian memang terbukti benar—tega membunuh teman sepermainannya
sendiri, yang usianya baru 6 tahun.
Sampai sekarang polisi belum bisa memastikan apa motif sebenarnya
dari tersangka pelaku, namun diduga karena korban memiliki utang seribu
rupiah kepada pelaku. Bagaimana mungkin anak sekecil itu sudah menjadi
pembunuh ?
Maraknya pencabulan, pemerkosaan, sampai pembunuhan sangat
mengkhawatirkan kita. Pelakunya pun tak jarang masih berusia sangat
muda. Seperti yang terjadi di Gowa Sulawesi Selatan, lima orang siswa SD
memperkosa temannya sendiri , akibat kecanduan nonton film porno.
Maraknya pula pencabulan yang dilakukan justru oleh ayah sendiri yang
seharusnya menjadi pelindung, atau oleh guru sendiri yang seharusnya
menjadi teladan.
Kita juga bersedih melihat lima orang siswa SMA 2 Tolitoli
mempermainkan sholat yang seperti yang kita saksikan dalam laman
Youtube. Apakah begitu buramnya kondisi pendidikan kita, sehingga mereka
tega mempermainkan ibadah suci umat Islam?
Kita juga sulit untuk mencari apa prestasi dari negara ini yang bisa
kita banggakan. Hampir semua perkara, negara tidak becus mengurusnya.
Mengurus Ujian Negara (UN), yang sudah puluhan tahun dilakukan, tidak
becus. Banjir dan kemacetan , seolah menjadi masalah yang tidak bisa
diselesaikan, terus terjadi dan berulang. Harga-harga pun sering kali
sulit dikontrol seperti bawang dan daging.
Masalah korupsi pun membuat kita miris. Meskipun sudah banya pelaku
koruptor yang ditangkap, dihukum dan dipenjarakan, namun masih saja
koruptor-koruptor baru bermunculan. Saat media masih marak membicarakan
korupsi proyek pembangunan pusat sarana olahraga nasional Hambalang,
Bogor, KPK menangkap ketua DPRD Bogor, Iyus Juher sebagai tersangka
kasus pembangunan makam yang juga ada di Bogor.
Sulitnya memberantas Korupsi ini sampai-sampai presiden SBY
mengungkapkan rasa frustasi, kejengkelan , dan kegeramannya. Di depan
peserta dialog Forum Pasar Global di Singapura (23/4), Presiden SBY
menyatakan betapa sulitnya memberantas korupsi di Indonesia.
Tidak hanya itu, pemerintah pun kembali dengan teganya menyusahkan
rakyatnya sendiri. Pemerintah bersikukuh untuk menaikkan harga BBM.
Apapun ceritanya, pengalaman menunjukkan kenaikan BBM pasti akan
menambah beban hidup masyarakat.
Menurut Pengamat ekonomi Komite Ekonomi Nasional (KEN) Nina Septi
Triaswati, Dengan menaikkan harga BBM menjadi 6500 perliter jika
diterapkan mulai awal Mei, pemerintah maka hanya akan menghemat Rp16
triliun hingga akhir tahun. Sementara sebenarnya masih banyak cara lain
untuk mendapatkan Rp 16 trilyun itu, tanpa menaikkan BBM yang sudah
diduga kuat akan memberikan dampak yang menyulitkan masyarakat.
Untuk mendapatkan 16 trilyun, kenapa tidak dihemat dari Belanja
birokrasi di APBN 2013 yang besarnya mencapai 400,3 triliun. Kenapa pula
pemerintah selalu menjadikan rakyat sebagai tumbal kebijakannya ?
Padahal disisi lain kita akan punya pendapatan yang sangat besar –
mencapai lebih dari 1000 trilyun – kalau kekayaan alam berupa
tambang-tambang yang dikuasai asing itu diambil alih, dikembalikan
sebagai pemilikan rakyat, yang dikelola oleh negara dengan baik, dan
hasilnya untuk kepentingan rakyat . Lagi-lagi kenapa selalu rakyat yang
dijadikan tumbal ?
Satu tambang emas Freeport saja sebenarnya lebih dari cukup untuk
menutupi 16 trilyun itu. Menurut Marwan Batubara , potensi kerugian
negara dari kontrak karya pertambangan dengan PT Freeport diperkirakan
mencapai 10 ribu triliun rupiah. Direktur Eksekutif Indonesian Resources
Studies itu mengatakan, potensi kerugian itu berasal dari hasil
penjualan kandungan emas, tembaga dan perak di area Tembagapura, Timika
Papua.
Tercatat, dari tahun 2005 – September 2010, total penjualan PTFI
sebesar US$ 28.816 juta atau Rp 259,34 triliun; laba kotornya US$ 16.607
juta atau Rp 150,033 triliun. Bandingkan dengan royalti yang dibayarkan
kepada Indonesia hanya sebesar US$ 732 juta atau Rp 6,588 triliun.
(Baca kotrak freeport di
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/11/04/data-dan-fakta-kontrak-freeport).
Kita kembali tegaskan inilah potret negara demokrasi yang kita anut.
Semua karut marut yang kita hadapi sekarang pangkalnya adalah sistem
demokrasi. Demokrasi , bukan hanya sistem kufur, namun juga telah
melahirkan berbagai banyak persoalan. Demokrasi, telah melahirkan sistem
politik transaksional, yang menumbuhsuburkan korupsi dan kolusi.
Liberalisme (kebebasan) yang menjadi nilai penting dari sistem
demokrasi telah benar-benar merusak. Kebebasan bertingkah laku,
memarakkan kemaksiatan dan kejahatan seksual. Kebebasan pemilikan telah
melahirkan sistem ekonomi kapitalisme yang rakus. Ekonomi yang memiskin
rakyat dan memberikan jalan pada negara-negara imperialis untuk merampok
kekayaan alam kita. Perlu kembali kita garis bawahi, semua ini
merupakan penyakit bawaan dari sistem demokrasi. Bukan penyimpangan dari
sistem demokrasi.
Karena itu yang kita yang harus lakukan bukan meluruskan atau
memperbaiki sistem demokrasi. Karena sistem ini telah sakit sejak lahir
dan mengandung dan memproduksi virus berbahaya dari tubuhnya sendiri.
Yang harus kita lakukan adalah mencampakkan demokrasi ke tong sampah
peradaban.
Tidak berhenti disana, kita menggantikannya dengan sistem yang
dijamin kebenarannya karena berasal dari Allah SWT, yaitu sistem Islam.
Sistem Islam akan akan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh
dengan sistem khilafah sebagai institusi negaranya.
Karena itu siapa yang butuh dengan negara demokrasi yang karut marut
ini ? Siapapun berpikir sehat , apalagi di dasarkan kepada aqidah Islam,
akan menyimpulkan, kita tidak butuh sistem demokrasi yang kufur dan
merusak ini ! Yang kita butuhkan adalah sistem Khilafah yang akan
menerapkan syariah Islam. Dengan itu kita akan mendapatkan keridhoan
Allah SWT, kebaikan di dunia maupun di akhirat. (Farid Wadjdi)
Siapa Butuh Negara Demokrasi ?(Who Needs Democratic State)
Langganan:
Postingan (Atom)