Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 08 Januari 2018

Penguasa Quraisy Mengajak Kompromi untuk Hambat Dakwah Ideologi Islam


4. Perundingan-Perundingan langsung

a. Perundingan Utbah

Orang-orang Quraisy melihat bahwa hari demi hari pengikut Rasulullah Saw. semakin bertambah. Sedang perundingan-perundingan tidak langsung, tekanan dan penyiksaan yang mereka lakukan tidak mampu memalingkan orang-orang dari keimanan. Maka mereka menetapkan untuk beralih kepada perundingan-perundingan langsung. Apalagi setelah Hamzah bin Abdul Muththalib masuk Islam, sebab hal itu sangat berperan dalam membantu Rasulullah Saw. dan menopang posisi beliau. Dengan dilakukan perundingan langsung ini berarti ada pengakuan secara resmi terhadap Muhammad dan eksistensi dakwahnya.
Mereka berharap dengan perundingan-perundingan langsung ini mampu membujuk Muhammad agar meninggalkan dakwah yang mewajibkan kufur terhadap semua akidah yang rusak dan apa saja yang bertentangan dengan akidah Islam, dan mewajibkan manusia mengambil semua yang datang dari Allah.

Untuk tugas berunding dengan Rasulullah Saw., kaum musyrikin telah memilih seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, dikenal banyak orang, kuat dalam beragumentasi, dan mampu melakukan bargaining dengan baik, orang itu adalah Utbah bin Rabi’ah.
Utbah datang kepada Rasulullah Saw., lalu dia berkata dengan manis, “ Wahai putra saudaraku, sungguh kamu bagian dari hidup kami, aku tahu betul kamu berasal dari trah yang mulia, begitu juga dengan kedudukan dan nasabmu. Aku juga tahu bahwa kamu datang kepada kaummu dengan membawa perkara besar, dengannya kamu cerai-beraikan persatuan mereka, kamu rendahkan mimpi-mimpi mereka, dan kamu caci-maki nenek-nenek moyang mereka. Sekarang, tolong dengarkan aku, aku akan menawarkan kepadamu banyak hal, maka perhatikanlah tawaran ini, semoga ada di antara tawaran ini yang kamu terima.”
Rasulullah Saw. berkata, “Wahai Abu Walid, katakanlah, aku pasti mendengarkannya.” Utbah berkata, “Wahai putra saudaraku, jika kamu membawa perkara ini hanya untuk tujuan mendapatkan harta, maka kami telah mengumpulkan harta-harta kami untukmu, sehingga dengannya kamu akan menjadi orang terkaya di antara kami. Jika yang kamu inginkan kemuliaan, maka kami jadikan kamu ketua kami, sehingga tidak satupun perkara yang diputuskan tanpa kamu. Jika kamu ingin jadi raja, maka kami jadikan kamu raja kami. Dan jika yang datang kepadamu itu khadam jin yang membisiki kamu dan kamu tidak mampu menolaknya, maka kami carikan untuk kamu dokter dan kami berikan kepadanya harta-harta kami, sehingga kamu dapat lepas darinya, sebab seringkali jin menguasai seseorang, sampai seseorang itu disembuhkan.”

Patut diduga bahwa Utbah bin Rabi’ah tidak sungguh-sungguh dan serius dengan harta, kerajaan dan... yang ditawarkan kepada Rasulullah Saw. Namun, itu hanya bargaining politik. Sehingga apabila Rasulullah Saw. menerima salah satu di antara tawaran itu, maka dia akan berkata lantang, bahwa Muhammad dengan dakwahnya itu bohong, dia hanya menginginkan dunia. Jika hal itu terjadi, maka ia akan membunuh karakter Muhammad dan dakwahnya. Dan jika Muhammad menolaknya, maka semakin kuatlah opininya bahwa Muhammad benar-benar seorang yang ikhlas dalam berdakwah, dia bukan orang yang mencari dunia dengan dakwahnya.

Rasulullah Saw. benar-benar seorang yang jenius yang sulit untuk dijatuhkan ke dalam jerat politik, sebab beliau Saw. memiliki target yang jelas dan tujuan yang tinggi... Beliau akan terus dan terus melaksanakan perintah Tuhannya untuk menyampaikan apa yang diperintahkan kepadanya untuk disampaikan.
Untuk itu, setelah Utbah selesai berbicara beliau berkata, “Sudah selesai bicaramu, wahai Abu Walid?” Dia berkata, “Ya.” Rasulullah Saw. berkata, “Sekarang giliran kamu mendengarkan aku.” Dia berkata, “Baiklah.” Rasulullah Saw. berkata:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya.” (TQS. Fushshilat [41]: 1-5)

Rasulullah Saw. terus melanjutkan bacaannya. Utbah mendengarkan dengan seksama apa yang dibaca Rasulullah Saw. sambil bersandar pada kedua tangannya yang diletakkan di belakang punggungnya. Ketika Rasulullah Saw. sampai pada ayat sajadah, yakni firman Allah:

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepadanya saja menyembah.” (TQS. Fushshilat [41]: 37)

Rasulullah Saw. pun bersujud. Kemudian Rasulullah Saw. berkata, “Wahai Abu Walid, setelah kamu mendengarkan apa yang aku dengar, masihkah kamu dengan sikapmu?” Di saat itu Utbah bin Rabiah yakin bahwa Muhammad benar-benar utusan Allah untuk manusia yang membawa beban risalah yang harus disampaikan, Muhammad jauh dari keinginan mencari dunia, Muhammad jauh berbeda dari para pemimpin yang ada, maka Utbah berpendapat bahwa ia wajib menyampaikan kepada kaumnya akan kepuasannya dengan Muhammad, dan menasihati mereka sebagaimana nasihat yang diterimanya.

Dengan perasan batin yang berubah, yang tampak pada roman mukanya, Utbah menemui orang-orang yang telah lama menunggu kedatangannya. Melihat adanya perubahan pada diri Utbah, sebagian dari mereka berkata pada sebagian yang lain, “Demi Allah, kami bersumpah, sungguh Abu Walid telah datang kepada kalian, namun dengan wajah yang berbeda dengan wajah ketika dia pergi.”
Ketika Utbah duduk di hadapan mereka, mereka berkata: “Apa yang terjadi denganmu, wahai Abu Walid.” Utbah berkata, “Yang terjadi denganku adalah bahwa aku telah mendengar perkataan, demi Allah, aku belum pernah mendengar perkataan yang serupa dengannya, ia bukan sya'ir, bukan sihir dan bukan pula mantra. Wahai orang-orang Quraisy, turutilah aku, dan bersikaplah kepada Muhammad sebagaimana aku, biarkan Muhammad dengan aktivitasnya, dan lupakan permusuhan kalian dengannya. Demi Allah, ucapannya yang telah aku dengar darinya benar-benar merupakan berita yang besar. Jika itu diperoleh bangsa Arab, maka kalian akan merasa cukup dengannya saja tanpa yang lain, jika itu menguasai bangsa Arab, maka kekuasaannya juga kekuasaan kalian, kemuliaannya juga kemuliaan kalian, dan dengannya kalian akan menjadi orang yang paling bahagia.”
Mereka berkata, “Demi Allah, kamu telah kacau dengan ocehanmu, wahai Abu Walid.” Utbah berkata, “Inilah pendapatku mengenai Muhammad, sedang kalian berbuatlah apa yang menurut kalian baik.”

b. Para pemimpin Quraisy berkumpul untuk berunding

Para pemimpin Quraisy yakin bahwa Utbah bin Rabilah tidak mampu memberikan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan Muhammad agar berhenti dari menyebarkan pemikiran-pemikiran Islam, dan menyeru manusia agar memeluknya. Karenanya, mereka semakin marah, sebab masalah Muhammad tidak mampu mereka atasi.
Di Mekkah Islam terus menyebar dari rumah ke rumah, dan hari demi hari pengikut Muhammad terus bertambah. Sedangkan kaum Quraisy tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk memburu dan menekan para pengikut Muhammad Saw. Tekanan yang mereka lakukan tidak berpengaruh sama sekali, sebaliknya tekanan itu justru menambah keteguhan dan kesabaran mereka.
Untuk itu, mereka bersepakat mempertemukan Muhammad Saw. dengan para pembesar Quraisy dari tiap-tiap suku. Mereka itu adalah Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb, an-Nadhar bin al-Harits, Abu al-Bakhtari bin Hisyam, al-Aswad bin al-Muththalib, Zam'ah bin al-Aswad, al-Walid bin al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah, al-‘Ash bin Wail, Nubaih dan Munabbih keduanya putra al-Hajjaj, dan Umayyah bin Khalaf. Mereka semua berkumpul untuk berunding dengan Muhammad. Mereka melakukan itu karena tidak seorangpun dari mereka yang mampu memberikan argumentasi yang memuaskan Muhammad.

Setelah berkumpul, mereka mengutus seseorang untuk memberitahukan rencana mereka kepada Muhammad. Utusan itu berkata kepada Muhammad, “Sungguh, para pembesar kaummu telah berkumpul. Mereka ingin berbicara denganmu, untuk itu temuilah mereka.” Rasulullah Saw. pun segera mendatangi mereka. Rasulullah Saw. menduga bahwa seruannya telah mulai direspon oleh mereka, beliau optimis mereka mau dibimbingnya, meski sulit bagi beliau lepas dari kekangannya.
Setelah beliau berada di hadapan mereka, mereka berkata, “Wahai Muhammad, demi Allah, kami belum pernah tahu bahwa ada orang di antara bangsa Arab yang mengajari kaumnya seperti yang kamu ajarkan kepada kaummu. Kamu mencaci-maki nenek moyang-nenek moyangnya, agamanya dan Tuhannya, melecehkan mimpi-mimpinya, mencerai-beraikan persatuannya, sehingga tidak satupun perkara buruk yang tersisa, kecuali kamu datang menyerangnya di tengah-tengah kami. Jika kedatanganmu dengan membawa perkara (Islam) ini hanya untuk tujuan mendapatkan harta, maka kami telah mengumpulkan harta-harta kami untukmu, sehingga kamu akan menjadi orang terkaya di antara kami. Jika yang kamu inginkan kemuliaan, maka kamu jadi ketua kami, sehingga tidak satupun perkara yang diputuskan tanpa kamu. Jika kamu ingin jadi raja, maka kami jadikan kamu raja kami. Dan jika yang datang kepadamu itu khadam jin yang menguasai kamu, maka akan kami berikan harta-harta kami untuk mendapatkan dokter yang dapat membebaskan kamu darinya.”
Rasulullah Saw. berkata, “Aku tidak seperti yang kamu katakan. Aku datang dengan membawa perkara (Islam) ini kepada kalian sedikitpun tidak untuk mencari harta, kemuliaan dan kekuasaan (sebagaimana jahiliyah), namun Allah mengutusku menjadi rasul untuk kalian. Dia telah menurunkan kitab kepadaku, dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan sekaligus pemberi peringatan kepada kalian. Untuk itu kami sampaikan kepada kalian risalah (ajaran) Tuhanku, dan aku nasihati kalian agar mengikutinya. Jika kalian mau menerima dariku apa (ajaran) yang aku bawa untuk kalian, maka hal itu untuk kebaikan kalian sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Jika kalian menolaknya, maka aku akan tetap sabar demi menjalankan perintah Allah, sampai Allah memberi keputusan antara aku dan kalian.”
Demikianlah sikap yang harus dimiliki oleh para pengemban ideologi dan para juru dakwah Islam, yaitu sikap tidak mau melakukan bargaining, apalagi menukarnya dengan kesenangan-kesenangan dunia.
Mengapa ketika beliau ditawari kekuasaan dan kepemimpinan oleh kaum Quraisy beliau tidak mau menerimanya? Di sini kami akan menjelaskan beberapa poin politis terpenting terkait dengan tujuan penolakan Rasulullah Saw. terhadap tawaran tersebut.

1. Negara manapun tidak akan tegak di atas dukungan sebagian kecil rakyat, tidak akan kokoh dan kuat negara yang hanya didirikan oleh sekelompok orang. Mengingat dukungan ketika itu belum memenuhi syarat untuk mendirikan negara yang diinginkan oleh Rasulullah Saw. maka beliau pun menolak tawaran tersebut.

2. Negara membutuhkan pada aparat manusia yang benar-benar percaya dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Ketika kekuasaan itu ditawarkan kepada Rasulullah Saw. beliau belum menyiapkan aparat yang memadai yang mampu memberikan kepuasan ketika ditugasi mengurusi administrasi dan hal-hal yang terkait langsung dengan tugas-tugas negara. Sebab, tidak mungkin suatu negara tegak dengan bantuan orang-orang yang sama sekali tidak percaya, apalagi ikhlas dalam bertugas.

3. Negara yang tegak di tengah-tengah musuhnya akan benar-benar menjadi negara yang tidak berdaya untuk memperluas kekuasaannya, di samping berisiko sekali, sebab mereka akan selalu memata-matainya. Untuk itu, selama Rasulullah Saw. masih belum mampu pada periode ini untuk memperluas pengaruhnya di tengah-tengah kaum Quraisy, maka langkah terbaik bagi beliau adalah menunda dulu berdirinya negara sampai beliau benar-benar mampu.

4. Negara yang diinginkan oleh Rasulullah Saw. adalah negara yang dibangunnya sendiri bersama generasi-generasi Islam, bukan negara ciptaan musuh-musuh Islam. Kepemimpinan yang diinginkan beliau adalah kepemimpinan yang diberikan kaum muslimin, yang kaum muslimin benar-benar berkuasa dengan kepemimpinan itu. Jadi, beliau tidak menginginkan kepemimpinan yang dengan kepemimpinan itu beliau hanya menjadi buruh musuh-musuh Allah, serta memusuhi ideologi yang beliau emban. Sebab, negara yang demikian ini tidak mungkin mampu menjalankan kedaulatan syariat Islam dengan sempurna dan menegakkan ideologinya sesuai yang diinginkan.
Maka demi semua itulah Rasulullah Saw. menolak kekuasaan yang ditawarkan oleh kaum musyrikin kepada beliau.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam