Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 08 Januari 2018

Penguasa Quraisy Anti Islam Sebar Stigma Negatif Atas Dakwah Nabi SAW



3. Perang Urat Syaraf

Kaum Quraisy tidak mampu menjalankan rencananya untuk menyiksa Muhammad setelah adanya kesepakatan antara Bani Hasyim dan Bani Muththalib untuk melindungi Muhammad... Namun, apa yang akan mereka perbuat, Muhammad tidak dapat didiamkan, sedang musim haji telah dekat. Musim haji adalah kesempatan yang tidak mungkin disia-siakan oleh Muhammad untuk menyebarkan dakwahnya di antara orang-orang Arab yang datang ke Mekkah. Untuk itu, perlu pengarahan yang ampuh agar orang-orang tidak terpengaruh dengan perkataan Muhammad.
Maka berkumpullah sekelompok orang penting Quraisy di rumah Walid bin Mughirah, sebab Walid bin Mughirah termasuk orang yang mereka tuakan. Walid bin Mughirah berkata kepada mereka: “Wahai orang-orang Quraisy, sungguh musim haji telah tiba, di musim haji ini delegasi-delegasi bangsa Arab akan mendatangi kalian, mereka telah mendengar masalah kalian ini, untuk itu satukanlah opini kalian, lupakan perselisihan, agar kalian tidak saling mendustakan atas opini yang akan kalian sebarkan.”

Mereka berkata: “Engkau, hai Abu Abdussyams, katakan kepada kami opini apa yang harus kami katakan.” Abu Abdussyams berkata: “Tidak, kalian saja yang mengatakan, aku akan mendengarnya.”
Mereka berkata, “Katakan saja Muhammad itu paranormal.” Abu Abdussyams berkata, “Jangan, demi Allah, dia bukan paranormal, aku sudah mengenal banyak paranormal, tetapi Muhammad tidak pernah berkomat-kamit dan bersajak layaknya paranormal.”
Mereka berkata, “Bagaimana kalau kita katakan bahwa Muhammad itu gila.” Abu Abdussyams berkata: “Ingat! Muhammad itu bukan orang gila, kalian tahu sendiri kan orang gila, pernahkah kalian dicekiknya, digodanya dan dibisikinya.”
Mereka berkata, “Kita katakan saja Muhammad itu penyair.” Abu Abdussyams berkata, “Muhammad bukan penyair, kalian semua tahu bahwa syair itu semuanya kotor, nyanyian dan puisi yang membuat orang terlena dan bersuka-cita, sedang apa yang dikatakan Muhammad bukan syair.”
Mereka berkata, “Kalau begitu kita katakan saja Muhammad itu penyihir.” Abu Abdussyams berkata, “Muhammad bukan penyihir. Kalian banyak mengenal para penyihir dan sihirnya, tetapi Muhammad tidak pernah menghembus-hembuskan napasnya pada buhul-buhul dari tali, sebagaimana yang dilakukan para penyihir.”

Mereka berkata, “Kalau begitu perkataan apa yang terbaik menurut kamu, wahai Abu Abdussyams.” Berkata Abu Abdussyams, “Demi Allah, ucapan Muhammad itu manis, batangnya pohon kurma, sedang dahannya buah yang kamu biasa memetiknya. Tidaklah hal itu kalian katakan, pasti orang-orang tahu bahwa itu batil. Perkataan yang hampir serupa dengan itu adalah perkataan kalian bahwa Muhammad itu penyihir. Muhammad datang membawa perkataan yang mengandung sihir yang mampu memisahkan tali persaudaraan, hubungan suami-istri, dan ikatan kekeluargaan.”
Setelah adanya kesepakatan, mereka pun menyebar. Mereka mulai duduk di jalan-jalan yang dilalui oleh orang-orang yang datang ke Mekkah di musim haji, sehingga tidak seorangpun yang lewat di jalan itu, kecuali mereka mengingatkan agar berhati-hati dengan Muhammad, mereka menjelaskan berbagai hal mengenai Muhammad. Maka, turunlah wahyu mengenai al-Walid bin Mughirah:

“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku-lapangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an).” (TQS. al-Muddatstsir [74]: 11-16)

Mulailah mereka membicarakan Muhammad kepada setiap orang yang bertemu dengan mereka. Maka, di awal musim haji ini bangsa Arab dihebohkan dengan isu-isu mengenai Muhammad, sehingga opini tersebut tersebar di seluruh negeri Arab, juga di tengah-tengah suku Aus dan Khazraj.

Selanjutnya perlu diingat bahwa diamnya Rasulullah Saw. dan sabarnya beliau dalam menanggung penderitaan akibat perbuatan kaum Quraisy dalam periode dakwah ini bukan suatu bentuk ketundukkan, namun diam dan patuh terhadap rencana-rencana cermat yang telah dirancang oleh Allah Swt. yang mengendalikan langkah-langkah beliau.
Karenanya, beliau senantiasa sabar menanggung penderitaan, tidak melakukan perlawanan senjata, sampai pilarnya kokoh, kekuatannya sempurna, dan negaranya telah berdiri. Ketika itulah beliau baru mulai melakukan benturan dengan kekuatan lain yang -dengan karunia Allah Swt.- beliau mampu meraih kemenangan. Rencana-rencana itu telah selesai beliau laksanakan dengan penuh keseriusan.
Seandainya sejak awal dakwahnya Rasulullah Saw. telah melakukan perlawanan fisik, niscaya perlawanan yang memercikan api ini akan jatuh ke dalam tong yang berisi serbuk mesiu, yang akan meledak secara mengerikan. Tentu hal itu tidak baik bagi keselamatan Muhammad Saw. dan dakwahnya, melihat jumlah pengikut Muhammad yang masih sedikit dan lemah, sedang jumlah musuh besar dan sangat kuat.

Rasulullah Saw. tetap bersikap sabar dalam menanggung penderitaan. Setelah waktu yang direncanakan untuk berperang itu tiba, maka beliau menyerang dan membalas serangan-serangan musuhnya dengan pukulan demi pukulan. Dan dengan izin Allah beliau meraih kemenangan.

Berkat rencana yang matang inilah Negara Islam dapat ditegakkan, dan bendera Negara Islam pun berkibar di atas bumi ini.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam