Artikel 212 :
NU MOHON MAAF atau
FINISH ?
Oleh : Mujahid 212
Gelombang "Aksi
Bela Tauhid" semakin meluas, bahkan diperkirakan akan "lebih panjang
jilidnya dan lebih besar efeknya" dibanding Aksi Bela Islam, krn posisi
masalahnya "lebih gawat" dari Masalah Ahok.
Kasus Ahok hanya
"arogansi verbal", sdg Masalah Pembakaran Bendera Tauhid oleh Banser
Ansor NU merupakan "arogansi verbal dan anarkisme fisik" sekaligus.
Ditambah lagi baik
PBNU maupun Ansor dan Bansernya "ngotot" tdk mau minta maaf, dg dalih
yg dibakar adalah Bendera HTI, walau pun tdk ada tulisan HTI di bendera tsb, yg
kemudian "diaminkan" oleh polisi.
Dan justru mereka
"semakin ngotot" utk menyalahkan pihak yg memprotesnya, krn yakin bhw
"kejahatan" mereka sebesar apa pun akan "diamankan" oleh
polisi.
Polisi akan selalu
"mengaminkan dan mengamankan" sikap NU beserta Ansor dan Bansernya,
krn sebenarnya "program memuakkan" yg selama ini dijalankan mereka
adalah "Order" dari Rezim yg harus dikawal polisi.
Orang No 1 di Polri
disebut-sebut pernah menawarkan orang No 1 di FPI utk ikut dlm program
"Rezim Order" tsb, tp ditolak mentah-mentah oleh FPI.
Dan Bos Polri tsb
pernah "keceplosan" bicara dlm suatu forum diskusi di Jakarta bhw dia
yg "gerakkan" Banser utk persekusi dan bubarkan pengajian HTI di
Surabaya dan beberapa tempat lainnya di Jawa Timur . Dan pengakuan keceplosan
tsb jauh sebelum HTI dibubarkan.
Itulah sebabnya sejak
TK memimpin Polri, mk Polisi tdk lagi punya malu utk lindungi "SI
BEJAT" walau harus korbankan "SI TAAT".
Dalam Kasus Pembakaran
Bendera Tauhid di Garut, Polisi ingin "Lindungi" Banser NU yg
membakar, lalu dicarilah gantinya yg "merekam dan menshare", ternyata
Banser NU juga yg harus dilindungi.
Akhirnya dicari orang
yg bawa Bendera Tauhid utk "dikambing- hitamkan", ternyata Santri
Pesantren NU yg ikut acara Hari Santri Nasional yg digelar NU dan dijaga Banser
di Garut.
Oh kasihannya ... ,
"tragis" betul nasib Santri NU di Hari Santri Nasional dijadikan
"Kambing Hitam" krn cintanya kpd Bendera Rasulullah SAW, dan itu pun
hanya utk melindungi segerombolan Banser yg membakar Bendera Nabi SAW sambil
bertepuk-tangan gembira.
"Astaghfirullaahal
'Azhiim ..."
Selain itu, Ansor dan
Banser NU juga sangat "angkuh dan sombong" menantang umat Islam, krn
merasa "besar dan kuat", serta yakin dilindungi "Rezim
Zalim".
Konyolnya,
"Preman Murahan" sekelas gus nuril dan abu janda dan gunli ikut
memperkeruh suasana dg Kebodohan dan Keidiotannya.
Si gus nuril dg garang
"mengancam" massa Aksi Bela Tauhid dg massa NU yg diklaimnya
berjumlah "97 juta" orang. Entah kapan sensusnya dan bgmn cara
menghitungnya ? Kalau pun jumlahnya benar, apa dia pikir warga NU setuju dg
Pembakaran Bendera Tauhid ?? Apa dia pikir warga NU mau diadu-domba dg Umat
Islam yg lainnya ???
Fakta di lapangan
"banyak sekali" Kyai dan Santri dan Warga NU yg cinta Bendera Tauhid,
bahkan siap mati utk Kalimat Tauhid. "Alhamdulillaah ... "
Sementara abu janda
"melecehkan" Bendera Tauhid sbg "Bendera Hitam dg Tulisan Asing
yg harus disingkirkan "
Sdg si gunli yg
hidungnya pernah patah lantaran bela Aliran Sesat Ahmadiyah
"memfitnah" HRS beri instruksi pasang Bendera HTI, padahal semua
orang tahu, bahkan sampai anak kecil pun tahu bhw "Instruksi HRS pasang
Bendera Tauhid bukan Bendera HTI".
Lucunya, si gunli
tantang HRS pasang Bendera Tauhid di Saudi, padahal seluruh Dunia tahu, bahkan
sampai orang buta pun tahu bhw "Bendera Saudi adl Bendera Tauhid"
berwarna hijau dg tulisan putih Kalimat Tauhid dan di bawahnya sebuah pedang
lurus.
Kasihan, ternyata
"Tiga Sekawan Idiot" tsb di atas telah kronis mengalami
"Keterbelakangan Intelektual" alias "Bahlul Murokkab".
Lebih parahnya lagi,
segelintir "Oknum" Kyai NU alih-alih menegur Ansor dan Bansernya yg
membakar Bendera Tauhid, malah justru sibuk mencarikan "Dalil
Pembenaran".
Banyak Tokoh meyakini
bhw tdk ada yg bisa menghentikan "Aksi Bela Tauhid", kecuali
"SAS dan YQ" (Ketum PBNU dan Ketum GP Ansor/Banser ) minta maaf dan
mengakui kesalahan nya selama ini, dlm membina Ansor dan Bansernya, shg mereka "Liar"
sering mempersekusi Ulama dan Da'i, menghina Habaib dan mengarab-arabkan
Syariat, menurunkan dan menyita Ikat Kepala dan Bendera bertuliskan Kalimat
Tauhid, hingga puncaknya Pembakaran Bendera Tauhid di Garut.
"SAS dan YQ"
harus scr jantan mengaku salah dan minta maaf, serta komitmen utk tdk
mengulangi semua "perilaku memuakkan" yg selama ini menjadi
"Ciri Mereka".
Jika "SAS dan
YQ" berkeras dg sikap "songong" nya, maka Para Ulama dan Sepuh
NU harus berani "menyingkirkan" SAS dan YQ utk "menyelamatkan
NU" beserta Ansor dan Bansernya.
Atau kalau tidak, maka
mungkin NU akan finish di tangan "Anak-Anak Durhaka" nya.
Wallaahu A'lam.