Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 09 Oktober 2018

KISAH KAKEK DAN WARUNG KECILNYA



Berhentilah mengundang azab Allah Swt. wahai penguasa...

KISAH KAKEK DAN WARUNG KECILNYA
Sebuah Kisah Nyata

Oleh Ahmad Sastra

Di sebuah kampung di daerah Bogor, seorang kakek yang telah lama hidup sebatang kara membuka warung kecil. Hampir setiap hari saya melewati warung sang kakek. Sesekali saya membeli pisang goreng yang dijualnya. Warung yang hanya 4x4 meter berfungsi juga sebagai kamar tidur sang kakek. Sementara dapur berada di belakang warung.

Mungkin umur kakek itu sudah 70 tahun, sebab setiap saya tanya, dia bahkan sudah lupa berapa umurnya. Namun ada yang ganjil di warung kakek, yakni dagangan yang dijual makin hari makin berkurang.

“Modalnya udah habis mas”, jawab sang kakek saat saya tanya.

Hingga pada suatu pagi, tidak seperti biasanya, warung kakek ditutup. Saya mencoba mengetuk pintu warung, tak ada jawaban.

Kuketuk sekali lagi, “Assalamu’alaikum kek”, ucapku.

“Iya wa’alaikum salam”, ada apa mas. “Biasa kek, mau beli pisang goreng”, jawab saya.

“Maaf mas, kakek udah gak bisa lagi jualan, bahkan satu-satunya warung kakek ini juga mau saya jual”, jawabnya.

Hatiku tersentak, sebab berdasarkan pengakuan kakek, warungnya sudah ada yang siap membelinya. Bahkan sang pembeli sudah menyerahkan sebagian uangnya.

“Kakek terjerat rentiner mas, setiap hari harus membayar hutang 50.000 rupiah, karenanya bunganya besar, saya terpaksa karena tidak punya modal”, keluh sang kakek.

Ternyata sang kakek terjerat rentenir kelas teri yang sering mondar-mandir perkampungan. Rentenir itu menjerat orang-orang miskin yang butuh modal dengan mematok bunga ribawi yang tinggi. Sang kakek bukannya berkembang bisnisnya, justru bangkrut dengan menanggung hutang yang makin mencekik.

Karena tak lagi mampu membayar, terpaksa sang kakek menjual satu-satunya warung untuk bisa bebas dari cekikan ribanya. Kasihan kakek, sudahlah riba itu haram hukumnya, ditambah lagi kehilangan satu-satunya aset warung yang sekaligus sebagai tempat tinggal.

Saat tulisan ini dibuat, sang kakek sudah meninggal sekitar setahun yang lalu. Saya teringat nasib tragis sang kekek yang meninggal tanpa memiliki harta sepeserpun. Semoga keterpaksaan sang kakek meminjam hutang berbunga haram diampuni oleh Allah.

Memori nasib sang kakek yang biasa memanggil saya Mas Ahmad itu muncul berbarengan dengan peristiwa kedatangan IMF ‘rentenir kelas kakap’ ke negeri ini. Skema hutang ribawi ala IMF adalah jeratan mencekik bagi negara manapun yang berhutang kepadanya.

Telah banyak negara yang akhirnya bangkrut setelah terjerat hutang haram dari IMF. Skema riba dalam pandangan Islam adalah haram. Islam mengibaratkan dosa riba seperti seorang anak yang menzinahi ibu kandungnya sendiri. Riba membuat pelakunya seperti orang yang sempoyongan karena mabok yang akhirnya tersungkur, terjerembab dan tewas.

Akankah negeri ini juga akan bernasib sama seperti sang kakek. Entah hingga hari ini sudah berapa ribu triliun hutang ribawi yang menjerat dan mencekik negeri ini. Entah berapa bunga haram yang harus dibayarkan setiap tahunnya. Entah sampai kapan rakyat harus menanggung hutang haram yang makin menggunung ini. Entahlah.

Akankah negeri ini juga akan bernasib seperti sang kakek yang terpaksa harus menjual aset rakyat untuk menutupi hutang. Ataukah negeri ini akan menaikkan pajak semua barang yang digunakan rakyat. Sementara rakyat sendiri sedang dalam keadaan melarat, sebagaimana melaratnya sang kakek.

Sang rentenir kelas teri yang biasa berkeliling di perkampungan selalu mencari mangsa penduduk melarat yang butuh uang. Setelah mau berhutang, sang rentenir menjeratnya dengan bunga haram tinggi. Sang kakek yang melarat terpaksa menjadi budak rentenir hingga ajal menjemput dan warungnyapun dijual.

Semoga negeri ini segera bertobat dan sadar akan bahayanya model penjajahan gaya baru yakni skema hutang ribawi. Sebab selain negeri ini akan berkubang dosa karena riba, negeri ini juga akan melarat serta kehilangan keberkahan dari Allah.

Padahal Allah dan Rasul-Nya telah mengingatkan bahwa jika telah merajalela riba dan zina, maka manusia itu sungguh telah sengaja menantang datangnya azab dari Allah.

Bisa jadi bencana alam yang silih berganti menimpa negeri ini karena kemaksiatan bangsa ini yang telah menjadi budak riba dan merajalelanya perzinahan.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS An Nisaa : 79)

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thahaa : 124)

Bencana alam adalah peringatan keras dari Allah, agar manusia kembali ke jalan Allah dan meninggalkan semua jalan setan. Maka bertobatlah, kembalilah kepada syariat Allah, jika kita masih ingin negeri ini mendapat keberkahan dari Allah.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum : 41)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs Al A’raf : 96).

Saya teringat lagi Ebiet G Ade : Bila masih mungkin/kita menorehkan batin/atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas/ Mumpung masih ada kesempatan buat kita/…kita masih ingat tragedi yang memilukan/….kita mesti bersyukur karena kita masih diberi waktu/….hanya atas kasihNya/hanya atas kehendakNya/kita masih bertemu matahari/…..entah sampai kapan waktu masih tersisa/… yang terbaik adalah segera bersujud/mumpung kita masih diberi waktu… [Ebiet G Ade, Masih Ada Waktu].

Mumpung masih ada kesempatan, mumpung kita masih bisa bertemu matahari, maka bertobatlah wahai para pemimpin negeri, bertobatlah. Berhentilah mengundang azab Allah.

[AhmadSastra,KotaHujan,07/10/18 : 13.15 WIB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam