Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 09 Januari 2018

Penguasa Anti Ideologi Islam Memboikot Kelompok Dakwah Nabi SAW


5. Pemboikotan terhadap Rasulullah Saw. dan para kaum pembelanya

Ketika kaum Quraisy melihat bahwa para sahabat Rasulullah Saw. mendapat proteksi keamanan dan ketentraman di Habasyi, dan mereka gagal dalam upaya mengembalikan kaum muslimin kembali ke Makkah, serta mereka tidak mampu berbuat banyak untuk menyakiti Rasulullah Saw. sebab beliau mendapat proteksi keluarganya dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Untuk itu, para pembesar Quraisy bersepakat melakukan pemboikotan terhadap Rasulullah Saw. dan para pembelanya di antara Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Kaum Quraisy dilarang melakukan transaksi jual-beli dengan mereka, tidak boleh menikahkan atau dinikahkan dengan salah seorang di antara mereka.
Mereka menulis teks pemboikotan itu di atas lembaran yang digantung di tengah dinding Ka’bah, agar menjadi bukti kuat bahwa kaum Quraisy wajib terikat dengan pemboikotan ini. Yang menulis teks pemboikotan di atas lembaran adalah Manshur bin Ikrimah, lalu Rasulullah Saw. mendo'akan keburukan untuk Manshur agar jari-jarinya rusak. Kaum Quraisy menjalankan pemboikotan sesuai yang tersurat dalam teks pemboikotan. Abu Lahab paman Rasulullah Saw. bergabung dalam konspirasi pemboikotan ini. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun.
Selama berlangsungnya pemboikotan ini Rasulullah Saw. dan kaumnya benar-benar menderita, sebab mereka tidak mendapatkan kebutuhan hidup primer mereka, kecuali yang dikirim oleh sebagian sahabat dengan sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, manusia selamanya pasti ada memiliki sikap simpatik kepada kaum yang tertindas, meski mereka berada di pihak kaum yang zhalim. Untuk itu, ia melihat kekuatannya ada di suatu lembah sedang hatinya berada di lembah yang lain.

Kesempitan hidup yang dialami oleh Bani Hasyim dan Bani Muththalib akibat pemboikotan yang tidak manusiawi, yang dibuat atas instruksi mereka kaum Quraisy yang berkonspirasi, serta penderitaan yang menimpa Rasulullah Saw. beserta kaumnya selama tiga tahun telah menggerakkan hati yang akhirnya mereka simpatik terhadap kaum yang tertindas ini, meski mereka tidak beriman dengan ajaran yang diserukan oleh Rasulullah Saw.
Hisyam bin Amr misalnya, dia datang dengan membawa keledai yang dimuati makanan dan kebutuhan lain selama dijalankannya pemboikotan terhadap mereka, lalu dia memberikan semua yang dibawanya. Akan tetapi, apa yang dilakukannya hanyalah perlindungan individu yang tidak banyak berguna di hadapan kekejaman mereka kaum durjana. Perbuatan seperti itu tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah, kecuali sebatas meringankan saja. Sedang yang mampu menyelesaikan masalah tidak lain kecuali dengan mengakhiri keputusan pemboikotan yang tidak manusiawi ini.
Untuk itu, Hisyam bin 'Amr berjalan di kegelapan malam menemui Zuhair bin Abi Umayyah bin al-Mughirah, sedang ibunya Zuhair adalah Atikah putri Abdul Muththalib. Hisyam berkata, “Wahai Zubair, apakah engkau suka makan makanan, memakai pakaian dan menikahi wanita. Engkau tahu betul keberadaan para bibimu, di mana orang-orang Quraisy dilarang melakukan transaksi jual-beli dengan mereka, tidak boleh menikahkan atau dinikahkan dengan mereka. Seandainya ajakan seperti yang menimpa bibimu diserukan kepada para bibi Abi al-Hakam bin Hisyam, maka aku akan bersumpah demi Allah untuk tidak akan mematuhi selamanya.”
Mendengar itu Zuhair berkata, “Celaka engkau, wahai Hisyam, apa yang dapat saya perbuat jika saya seorang diri? Demi Allah, seandainya ada orang lain selain saya, niscaya saya akan benar-benar merusaknya hingga pemboikotan berakhir.”
Hisyam berkata, “Sudah ada orang lain selain engkau.” “Siapa dia?” tanya Zuhair. “Saya,” jawab Hisyam. Zuhair berkata kepada Hisyam, “Kami masih ingin orang ketiga.”
Kemudian Hisyam pergi menemui al-Muth’im bin ‘Adi. Kepadanya Hisyam berkata, “Wahai Muth'im, senangkah engkau jika orang-orang dekat kami di antara Bani Abdi Manaf binasa, sedang engkau menyaksikan sendiri, bagaimana sikap orang-orang Quraisy terhadap mereka? Demi Allah, jika hal itu menimpa kelompokmu, maka dapat dipastikan engkau dengan segera menolongnya.”
Muth'im berkata, “Celaka engkau, apa yang dapat aku perbuat, sedang aku seorang diri?” Hisyam berkata, “Sudah ada orang lain selain engkau.” “Siapa dia?” tanya Muth’im. “Aku,” jawab Hisyam. Muth’im berkata, “Kami perlu orang ketiga.” “Sudah ada,” jawab Hisyam. “Siapa dia?” tanya Muth’im. “Zubair bin Abi Umayyah,” jawab Hisyam. Muth’im berkata lagi, “Kami masih butuh orang keempat.”
Lalu Hisyam pergi menemui Abu al-Bakhtariy bin Hisyam. Kepadanya Hisyam berkata seperti yang dikatakan kepada Muth’im bin ‘Adi. Abu al-Bakhtariy berkata, “Adakah seseorang yang akan membantuku mengerjakan hal ini?” “Ya, ada,” jawab Hisyam. Abu al-Bakhtariy bertanya, “Siapa dia?” Hisyam berkata, “Zubair bin Abi Umayyah, Muth’im bin Adi dan aku sendiri.” Abu al-Bakhtariy berkata, “Kami masih perlu orang kelima.”
Lalu Hisyam pun pergi menemui Zam’ah bin al-Aswad bin al-Muthallib. Hisyam berkata kepadanya tentang kondisi kerabatnya dan hak-haknya yang diperkosa. Mendengar hal itu Zam’ah berkata, “Adakah seseorang yang akan membantuku dalam menjalan tugas yang kamu serukan ini?” “Ada,” jawab Hisyam. Lalu Hisyam menyebutkan nama-nama orang yang telah ditemuinya.

Akhirnya, mereka semua berjanji untuk bertemu pada malam hari di suatu tempat di gunung yang berada di dataran tinggi Makkah. Setelah semuanya berkumpul di sana, mereka membuat konsensus untuk bersama-sama melakukan tindakan yang dapat mengakhiri pemboikotan sebagaimana yang tercantum dalam lembaran yang digantung di dinding Kalbah. Zuhair berkata, “Aku yang akan memulai terlebih dahulu, sehingga akulah orang pertama yang akan berbicara.”
Ketika pagi tiba, maka mereka segera pergi ke tempat di mana mereka biasa berkumpul. Zuhair bin Abi Umayyah pergi pagi-pagi sekali. Setelah melakukan thawaf sebanyak tujuh kali, lalu dia berdiri dan berbicara di hadapan banyak orang, “Wahai penduduk Makkah, kami dapat menikmati makanan dan memakai pakaian, sedang Bani Hasyim menghadapi penderitaan, sebab dilarang melakukan transaksi jual-beli dengan mereka. Demi Allah, saya tidak akan berdiam diri, sampai aku bisa merobek lembaran yang berisi perintah pemboikotan yang tidak manusiawi ini.”
Abu Jahal -yang berada di pojok masjid-berkata, “Kamu pembohong, demi Allah, kamu jangan coba-coba merobeknya.”
Zam’ah bin al-Aswad berkata, “Wahai Abu Jahal, engkaulah sebenarnya orang yang paling pembohong. Kami tidak senang dengan tulisan lembaran itu, sebagaimana yang engkau tulis.”
Abu al-Bakhtariy berkata, “Zam’ah benar, kami tidak senang dengan apa yang tertulis dalam lembaran itu, dan kami tidak mengakuinya.”
Al-Muth’im bin ‘Adi berkata, “Keduanya benar, dan bohonglah orang yang mengatakan selain itu. Kami berlepas diri di hadapan Allah dari kezhaliman akibat tulisan yang ada dalam lembaran itu.”
Hisyam bin ‘Amru juga berkata seperti itu. Melihat kenyataan ini, Abu Jahal berkata, “Pasti hal ini telah diputuskan semalam, dan mereka telah merencanakannya tidak di tempat ini.” Sambil duduk di pojok masjid, Abu Thalib menyaksikan hal itu.
Kemudian, Muth’im mendekati lembaran untuk merobeknya, namun dia mendapati lembaran itu telah dimakan rayap, kecuali kalimat “Bismika Allahumma.”

Akibat-Akibat Pemboikotan

Kejadian di atas itu benar-benar mengagumkan. Bagaimana tidak, permusuhan berubah menjadi simpatik oleh pihak yang sama… namun tidak perlu heran... karena itu kehendak Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Mereka membuat tipudaya dan Allah menggagalkan tipudaya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipudaya.” (TQS. al-Anfal [8]: 30)

Benar, pemboikotan yang diinstruksikan kaum Quraisy melalui lembaran yang tidak manusiawi telah mendatangkan penderitaan yang sangat besar bagi Rasulullah Saw. dan kaumnya. Namun, bagi dakwah justru mendatangkan kebaikan yang sangat besar. Sungguh Allah telah memperkuat posisi agama Islam ini melalui orang kafir tanpa disadarinya. Dengan adanya pemboikotan ini telah tercegah masuknya orang-orang yang memiliki tujuan kotor ke dalam agama ini. Sebab, tidak mungkin masuk agama ini orang yang sangat rakus dengan gemerlapnya dunia. Sehingga tidak akan menerima agama ini, kecuali orang yang hatinya telah terbakar oleh panasnya iman. Seseorang tidak akan mampu bersabar jika hidupnya terisolasi, meski dengan terisolasi ini dia mendapatkan keamanan dan keselamatan.
Setiap dakwah yang memberi peluang kepada orang-orang yang memiliki tujuan-tujuan terselubung di tengah-tengah barisannya, maka kerusakan akibat ulah mereka tidak akan dapat terhindarkan. Sebab, tidak lama kemudian, mereka akan berpaling dari tujuan dakwah, mereka akan berjalan di belakang kepentingan mereka, dan merealisasikan tujuan-tujuannya yang sangat membahayakan terhadap target-target dakwah di dunia.
Siksaan dan penderitaan yang dihadapi oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya yang beriman dengan Rasulullah Saw. menjadi jaminan yang valid atas bersihnya hati mereka yang bergabung ke dalam Islam.
Sesungguhnya, di antara kaum musyrikin -padahal mereka adalah musuh-musuh terdekat bagi Muhammad Saw. dan agamanya- ketika melihat kesempitan dan kesulitan yang menyelimuti Rasulullah Saw. dan para pengikutnya di tengah-tengah bukit, maka mereka berubah menjadi objektif dan positif dalam menilai Rasulullah Saw. dan para pengikutnya. Sehingga, akhirnya mereka menjadi pembelanya. Inilah yang mendorong mereka untuk merobek lembaran yang melahirkan kezhaliman.
Dengan demikian, terjadi penggembosan dalam barisan kaum musyrikin, dan mereka tidak lagi kompak. Dari sini mulai tampak adanya orang yang mengangkat suaranya guna menentang tindakan mempersulit Muhammad Saw., para sahabatnya dan kaumnya.
Hal ini yang mendorong lahirnya polemik dan diskusi yang terus berkembang... dan berkembang, hingga sampai pada masalah akidah. Dan setiap perdebatan seputar akidah, maka dapat dipastikan bahwa akidah Islam yang akan keluar sebagai pemenangnya. Inilah hasil-hasil yang dilahirkan dari pemboikotan. Untuk itu, renungkanlah!

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam