Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 09 Januari 2018

Dakwah Nabi SAW Tidak Kompromi Dengan Ideologi Bukan-Islam



6. Kembali Pada (Upaya) Perundingan-Perundingan Dan Hasil-Hasilnya

Kaum Quraisy telah merasakan betul lemahnya posisi mereka setelah tampak terjadinya penggembosan dalam barisan mereka, serta adanya sebagian pembesar mereka yang mulai simpatik terhadap Muhammad Saw. Ini semua merupakan sinyal akan kehancurannya, sebab fenomena yang terjadi sebagai isyarat awal kegagalan, khususnya usaha keras oleh mereka yang simpatik terhadap Muhammad Saw. telah berhasil mewujudkan apa yang mereka inginkan, yaitu mengakhiri pemboikotan dan merobek lembaran yang isinya perintah pemboikotan.

Secara khusus -yang juga merupakan sinyal kehancuran mereka adalah- adanya dua orang tokoh mereka yang paling kuat dan keras dalam menjaga harga diri telah beriman dengan Muhammad Saw. dan mengumumkan loyalitasnya terhadap Muhammad Saw., dua orang tokoh itu adalah Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khaththab. Di samping itu juga agama Muhammad Saw. beritanya telah tersebar di seluruh suku. Sehingga mereka tidak mampu lagi membuat keputusan yang berisi tekanan ataupun larangan.
Untuk itu para pemimpin Quraisy memandang cara yang paling bijak adalah melakukan kembali kompromi damai dengan Muhammad Saw. Dengan demikian, Muhammad Saw. tidak menyerang mereka, sebaliknya mereka tidak menyerang Muhammad Saw., Muhammad Saw. bebas beribadah dan mereka juga bebas menyembah patung-patung mereka, Muhammad Saw. tidak mengejek peribadatan mereka dan mereka juga tidak mengejek peribadatan Muhammad Saw.

Para pemimpin Quraisy menemui Abu Thalib -ketika itu Abu Thalib sedang sakit- lalu mereka menyampaikan apa yang telah menjadi kesepakatan mereka. Mereka berkata kepada Abu Thalib, “Wahai Abu Thalib, sungguh kami tahu bahwa kamu masih berada pada pihak kami, kami lihat bahwa hidupmu sudah tidak lama lagi, kami sangat mengkhawatirkanmu. Kamu kan tahu bahwa antara kami dan keponakanmu ada masalah. Untuk itu, panggillah dia, lalu ambillah perjanjian darinya untuk kami, begitu juga ambillah perjanjian dari kami untuknya, agar dia tidak menyerang [ideologi] kami dan kami tidak menyerangnya, dia membiarkan kami menjalankan agama kami [tanpa kritik] dan kami membiarkannya menjalankan agamanya.”
Lalu Abu Thalib mengutus orang untuk memanggil Muhammad, setelah Muhammad datang, Abu Thalib berkata, “Wahai keponakanku, mereka ini para pembesar kaummu, mereka hendak membuat kesepakatan denganmu.” Rasulullah Saw. berkata, “Baik, kesepakatan yang akan kalian buat adalah kesepakatan yang mampu menguasai bangsa Arab dan menjadikan agama kalian dianut oleh orang selain Arab.” Abu Jahal berkata, “Baik, demi ayahmu dan demi awal kesepakatan ini.” Muhammad Saw. berkata, “Katakanlah oleh kalian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan lalu buanglah sesembahan kalian yang selain Allah.” Mereka mengulurkan tangannya, lalu berkata, “Wahai Muhammad, apakah kamu hendak menjadikan tuhan-tuhan hanya satu Tuhan saja, tidakkah agamamu ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Kemudian, satu sama lain di antara mereka berkata, “Sungguh, demi Allah, orang ini tidak memberi kalian sesuatu yang kalian ingini. Untuk itu, tinggalkanlah dan tetaplah dengan agama nenek moyang kalian, sampai Allah membuat keputusan antara kalian dan dia.” Lalu satu persatu mereka pergi.
Sehubungan dengan peristiwa ini Allah menurunkan wahyu,

Shaad, demi al-Qur'an yang mempunyai keagungan. Sesungguhnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,” (TQS. Shaad [38]: 1-7)

(Yang dimaksud oleh orang-orang kafir Quraisy dengan “al-millah al-akhirah/ agama yang terakhir” adalah agama Nashrani yang penganutnya tidak bertauhid)

Akan tetapi, tidak lama kemudian setelah berlangsungnya pertemuan itu, Abu Thalib meninggal. Dan beberapa hari kemudian setelah meninggalnya Abu Thalib, Khadijah ra. istri Rasulullah Saw. juga meninggal. Rasulullah Saw. sangat terpukul dan sangat sedih sebab meninggalnya dua orang yang beliau cintai. Dengan perginya Abu Thalib, penolong sekaligus pelindung bagi Rasulullah Saw., maka tangan dan mulut yang sebelumnya tidak mampu berbuat banyak, sekarang bebas berbuat apa saja. Sekarang kaum musyrikin dapat berbuat apa saja yang tidak dapat mereka lakukan terhadap Rasulullah Saw. ketika pamannya masih hidup.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam