Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 07 Januari 2018

Nabi SAW Memulai Dakwah untuk Tegaknya Ideologi Islam



B. Mengumpulkan Kekuatan dan Menyiapkan Dukungan Publik

Setelah turunnya wahyu Allah:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (TQS. asy-Syu’araa’ [26]: 214)

Maka dengan sembunyi-sembunyi Rasulullah Saw. mulai mendatangi orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan beliau guna diseru pada agama Allah agar tercipta dukungan publik yang dapat diandalkan bagi tegaknya Negara Islam yang diimpikan.
Dukungan yang diinginkan beliau adalah dukungan yang dilandasi keimanan yang diperkuat dengan pemahaman-pemahaman ideologi Islam yang diserukan beliau, serta mengerti akan tujuan-tujuan yang hendak ditegakkan oleh negara. Gerakan rahasia di tengah-tengah individu yang diwajibkan oleh ayat tersebut dianggap sebagai kewajiban lain, agar yang menyeru dan mereka yang diseru tidak kalah sebelum ideologi Islam terpenetrasikan ke dalam hati mereka, dan agar suatu hari ketika dakwah dipublikasikan ada sepuluh suara yang mendukung serta turut menyebarkannya.
Dengan demikian, dakwah dipublikasikan melalui tahapan yang melahirkan kekuatan... dan memiliki kejelasan masa depan. Ketika dakwah dipublikasikan lewat tahapan yang melahirkan kekuatan, maka itu lebih baik daripada dipublikasikan sebanyak seribu kali, namun dalam keadaan masih lemah.
Untuk itu, Rasulullah Saw. mulai memilih orang-orang yang akan diseru kepada iman, sehingga tidak satupun dari mereka yang telinganya tersentuh dakwah ideologi Islam yang diserukan oleh Rasulullah Saw., kecuali mereka menerimanya, mengambilnya, dan bahkan mereka menjadi ibu dan bapak -yang melindungi dakwah dan ideologinya sebagaimana mereka melindungi putra-putrinya.

1. Rasulullah Saw. mendakwahi keluarga rumahnya

Orang yang paling tahu tentang keadaan seseorang adalah keluarga rumahnya. Seandainya seseorang mampu menyembunyikan banyak hal dari orang lain, niscaya dia tidak akan mampu menyembunyikan perbuatan-perbuatan yang terkait dengan kepribadiannya dan tugas-tugas agamanya dari keluarga rumahnya, lebih-lebih jika dia seorang pengemban dakwah.
Orang yang paling banyak membantu dan memberikan dukungan terhadap langkah-langkah seseorang adalah keluarganya, sehingga jika mereka setuju dengan dakwahnya, maka dia akan merasa tegar dan tenang dalam berdakwah. Oleh karena itu, orang pertama yang dipilih oleh Rasulullah Saw. -dalam menjalankan perintah Allah- untuk didakwahi adalah mereka para keluarga rumahnya.
Rasulullah Saw. menyeru istrinya, Khadijah. Khadijah merupakan orang pertama yang beriman dengan Rasulullah Saw., membantunya, dan meringankan berbagai problem yang dihadapi Rasulullah Saw. yang datangnya dari manusia. Perhatian Khadijah terhadap aktivitas Rasulullah Saw. sangatlah besar dalam turut merasakan dan menanggung penderitaan dengan memberikan rasa hormat dan kasih sayang yang besar kepada Rasulullah Saw. Sehingga, tidak satupun problem di antara problem dakwah yang dialami Rasulullah Saw. yang sampai pada Khadijah, kecuali keluar darinya sesuatu yang membuat Rasulullah Saw. merasa tenang. Dengan demikian, Rasulullah Saw. tetap dalam tekad yang bulat dan kepribadian yang kuat.
Untuk itu, Khadijah berhak memperoleh kabar gembira dari Allah dengan dibangunkannya rumah di Surga yang terbuat dari ukiran mutiara. Di dalamnya tidak ditemukan kegaduhan, hiruk-pikuk dan pekerjaan yang melelahkan (dalam hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim).

Ali bin Abi Thalib ra. hidup bersama Rasulullah Saw. di rumahnya. Abu Thalib -ayah Ali bin Abi Thalib yang juga paman Rasulullah Saw.- memiliki banyak keluarga. Sehingga dia termasuk orang Quraisy yang banyak mendapatkan kesulitan. Melihat itu Muhammad berkata kepada pamannya, Abbas -ketika itu Abbas termasuk orang kaya- untuk mengurangi beban keluarganya dengan cara masing-masing mengambil satu orang untuk dirawat. Muhammad mengambil Ali dan Abbas mengambil Ja’far. Dan sejak itulah Ali hidup di rumah Rasulullah Saw.
Ketika Rasulullah Saw. sudah mendapat tugas menyampaikan risalah Islam dan Allah memerintahkan agar Rasulullah Saw. memberikan peringatan kepada keluarga dekatnya, maka Rasulullah Saw. menawarkan Islam kepada Ali bin Abi Thalib, lalu Ali pun mengimani dan mempercayainya.

Zaid bin Haritsah juga hidup bersama Rasulullah Saw. di rumahnya. Yaitu, ketika Hakim bin Hizam datang dari Syam dengan membawa beberapa budak, di antaranya adalah Zaid bin Haritsah. Khadijah, istri Muhammad dan juga bibinya Hakim datang menemuinya. Hakim berkata pada Khadijah, “Wahai bibiku, pilihlah di antara budak-budak ini yang kamu mau, untuk kamu ambil.” Khadijah memilih Zaid, lalu dia mengambilnya. Kemudian, Muhammad melihat Zaid di sisi Khadijah. Dia memintanya dari Khadijah, dan Khadijah pun memberikannya. Setelah itu Muhammad memerdekakannya dan lalu mengadopsinya. Ketika Rasulullah Saw. sudah mendapat tugas menyampaikan risalah, maka Rasulullah Saw. menyeru Zaid kepada Islam. Zaid pun mengimani dan mempercayainya.

Shalat merupakan kewajiban praktis pertama yang diwajibkan terhadap Rasulullah Saw. Setiap Rasulullah Saw. keluar, maka Ali pun turut keluar bersamanya, kemudian keduanya shalat dengan sembunyi-sembunyi. Suatu hari, ketika keduanya sedang shalat, Abu Thalib melihatnya. Melihat itu, Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw.: “Agama apa yang sedang kamu jalankan, hai keponakanku?” Rasulullah Saw. berkata: “Hai paman, ini agama Allah, agama para malaikat-Nya, agama para rasul-Nya, dan juga agama nenek-moyang kami, Ibrahim. Aku diutus oleh Allah agar menyampaikan agama ini kepada semua manusia. Engkau, hai pamanku, orang yang paling berhak untuk diberi nasihat, dan diseru pada petunjuk itu. Dan engkau orang yang paling berhak untuk menerimanya dan menolongnya.” Abu Thalib berkata: “Hai keponakanku, sungguh aku tidak mampu meninggalkan agama nenek moyangku dan juga tradisi-tradisi peninggalanya. Akan tetapi, demi Allah, aku pasti akan menolongmu dari seseuatu sekecil apapun yang tidak kamu sukai.”

2. Rasulullah Saw. menyeru para teman dekatnya

Abu Bakar adalah teman terbaik Rasulullah Saw. Abu Bakar adalah orang yang terpandang, lemah-lembut, cinta dan familiar terhadap kaumnya, akhlaknya mulia dan juga kaya. Dia orang yang paling banyak tahu tentang sejarah Quraisy dan kondisinya. Dia seorang pedagang. Karena ilmunya, perdagangannya, dan sikapnya yang baik, maka kaumnya senang datang ke rumahnya. Ketika Rasulullah Saw. menawarkan Islam kepadanya, maka ia pun mengimaninya dan mempercayainya.

Jika diperhatikan dengan seksama orang-orang yang diseru pertama kali oleh Rasulullah Saw. -mereka adalah Abu Bakar, seorang laki-laki yang termasuk tokoh kaumnya; Khadijah, seorang wanita; Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak; Ali bin Abi Thalib, seorang anak kecil- menunjukkan kepada kita bahwa Islam ini datang untuk seluruh manusia, baik yang besar (tua) maupun yang kecil (muda), laki-laki maupun wanita, tuan maupun budak, mereka semua diseru untuk mengemban risalah Islam dan menyampaikannya kepada manusia. Begitu juga dengan Negara Islam yang diimpikan, akan menaungi semua kelompok dengan satu naungan yang pasti memberikan keadilan langit (hakiki) di bumi ini.

Melihat semangat kelompok terdepan pertama kaum muslimin yang menyeru kepada Allah, dan mampu mengumpulkan manusia di bawah kalimat tauhid, maka mereka menjadi pondasi pertama bagi tegaknya Negara Islam. Sebab, dengan seruan mereka itu banyak orang yang masuk Islam.
Mereka itu adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah.
Kemudian masuk Islam juga Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Salamah bin Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam, Utsman bin Mazh’un beserta kedua saudaranya Qudamah dan Abdullah, Ubaidah bin al-Harits, Sa’id bin Zaid bin Amr dan istrinya Fatimah saudara wanita Umar bin Khattab, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar -ketika itu dia masih kecil, Khabbab bin Arts, Umair bin Abi Waqqash, Abdullah bin Mas’ud, Mas’ud bin al-Qari’, Salith bin Amr, Ayyas bin Abi Rabi’ah, Asma’ binti Salamah, Khunais bin Hudzafah, Amir bin Rabi'ah, Abdullah bin Jahsy dan saudaranya Abu Ahmad, Ja’far bin Abi Thalib beserta istrinya Asma’ binti Umais, Hatib bin Harits beserta istrinya Fatimah bind Mujallal, dan saudaranya Haththab beserta istrinya Fukaihah binti Yasar, Ma’mar bin Harits, as-Saib bin Utsman bin Mazh'un, al-Muththalib bin Azhar beserta istrinya Ramlah binti Abi Auf, an-Nahham, sedang namanya Nuaim bin Abdillah, Amin bin Fuhairah, Khalid bin Said bin Ash beserta istrinya Aminah binti Khalaf, Hathib bin Amr, Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah, Waqid bin Abdillah, Amir, Aqil, dan Iyas ketiganya adalah putra Bikir bin Abdi Yalil, Ammar bin Yasir, Shuhaib bin Sinan ar-Rumi.

Kemudian lainnya juga masuk Islam, baik laki-laki maupun wanita. Sehingga, sebutan Islam tersebar di Mekkah. Dengan demikian, Muhammad dan ideologi dari Allah yang disampaikan kepada manusia menjadi bahan pembicaraan. Dukungan dan kekuatan dari publik inilah yang akan membantu Muhammad. Dengan mereka mempercayai apa yang dibawa oleh Muhammad, membenarkan setiap perkataannya, maka kekuatan kaum musyrikin akan semakin terkikis habis.

3. Rasulullah Saw. menyeru semua manusia

Ketika mereka mendukung Rasulullah Saw., membenarkannya dan menolongnya, maka terbentuklah di sisinya landasan yang kuat, sebab adanya keimanan yang tertanam kokoh di hati mereka dan pancaran cahaya kebenaran yang menyinari pemikiran mereka. Di sinilah Allah Swt. memerintahkan Rasulullah Saw. agar menyeru semua manusia kepada iman dan bergabung di bawah bendera tauhid. Terkait dengan hal ini, Allah Swt. berfirman:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (TQS. al-Hijr [15]: 94)

Setelah itu Rasulullah Saw. keluar menemui orang-orang guna diserunya kepada tauhid (mengesakan Allah), menjelaskan kepada mereka akan rusaknya akidah mereka dan rusaknya tradisi serta aturan yang dijalankan di tengah-tengah mereka.
Rasulullah Saw. tidak membolehkan adanya penyimpangan sedikitpun yang bersarang dalam diri seseorang, sebab tidak mungkin dalam satu hati ada dua akidah. Dan hanya ada satu kemungkinan bagi seseorang, dia itu muslim meyakini dan menjalankan semua bagian dari bagian-bagian Islam dan mengingkari semua yang berasal dari selain Islam, atau dia kafir yaitu ketika dia beriman dengan sebagian ajaran Islam dan mengingkari sebagian ajaran Islam yang lain atau mengimani akidah dan sistem selain akidah dan sistem Islam.

Sikap Rasulullah Saw. ini memberikan pelajaran bagi kita dalam berdakwah, yaitu kita tidak cukup hanya menawarkan akidah dan sistem Islam saja, tetapi -yang tidak kalah pentingnya- kita juga harus menjelaskan kerusakan dan kebobrokan akidah-akidah dan sistem-sistem yang bertentangan dengan Islam.

Dan dari sikap Rasulullah Saw. itu kami juga mendapat pelajaran, bahwa kita yang harus memulai terlebih dahulu menyerang akidah-akidah dan sistem-sistem yang rusak, kita tidak boleh menunggu hingga kita diserang lalu balas menyerangnya. Ingat! Rasulullah Saw. -sebagai guru pertama- telah memulai menyerang akidah-akidah jahiliyah tanpa menunggu beliau diserang, lalu baru beliau balik menyerang, tidak. Kita harus tahu bahwa: “Sarangan mencegah serangan.” Dan dengan sikap yang demikian inilah Rasulullah Saw. dapat meraih sukses. Buktinya, hari demi hari jumlah kaum muslimin terus bertambah, meski mereka harus berhadapan dengan penyiksaan dan tekanan.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam