Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 07 Januari 2018

Upaya Penguasa Quraisy Anti Ideologi Islam Persekusi Dakwah Nabi SAW



C. Tindakan [Anti Islam] Memblokade Perluasan Islam

Orang-orang Quraisy sangat serius dalam mengawasi penyebaran Islam. Islam menyebar di tengah-tengah manusia (masyarakat) dengan cepat, secepat api membakar rumput-rumput yang kering. Islam membakar kekufuran mereka, dan di abu bekas pembakaran itu kemudian ditanamlah benih-benih keimanan. Melihat itu, orang-orang Quraisy berusaha sungguh-sungguh dengan berbagai sarana untuk menghentikan laju penyebaran Islam.

1. Perundingan-Perundingan Tidak Langsung

a. Menjadikan Abu Thalib Mediator Untuk Meredam Muhammad (Saw.)

Orang-orang Quraisy tahu betul bahwa Muhammad memiliki kedudukan istimewa di sisi Abu Thalib. Demikian juga Abu Thalib, dia memiliki kedudukan istimewa di sisi kaum Quraisy. Karena itu, orang-orang Quraisy yakin sekali bahwa dengan mediator Abu Thalib mereka akan berhasil menghentikan serangan Muhammad Saw. terhadap akidah-akidah kaum musyrikin, dan menghentikannya dari menjelaskan kebusukan-kebusukan akidah mereka. Kemudian mereka pergi menemui Abu Thalib. Kepada Abu Thalib mereka berkata:

“Wahai Abu Thalib, sungguh keponakanmu itu telah mencaci-maki Tuhan kami, menghina agama kami, melecehkan mimpi-mimpi kami, dan menuduh sesat nenek moyang-nenek moyang kami. Untuk itu, kami berharap kamu mau menghentikan dia dari menghina kami, atau kamu jauhkan dia dari kami!” Abu Thalib berkata kepada mereka dengan perkataan ramah dan menolaknya dengan cara yang baik. Akhirnya, mereka pun pergi meninggalkan Abu Thalib.

b. Mengancam Abu Thalib

Kami yakin bahwa Muhammad Saw. pasti telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy menggunakan pamannya, Abu Thalib sebagai mediator untuk meredam suaranya yang lantang dalam menyerukan kebenaran. Namun, kapan suatu kebenaran itu akan tunduk pada media tertentu, jika penyerunya orang yang seperti Muhammad Saw.?

Muhammad Saw. telah melewati hari-harinya dengan berdakwah, sehingga banyak orang yang mendukung ideologi dari langit yang didakwahkannya. Kemudian mereka yang mendukung, beliau pimpin dengan sungguh-sungguh menuju kemuliaan yang dihiasi ilmu dan cara pandang yang cemerlang.
Maka bertambah teganglah barisan kaum Quraisy, sehingga sebagian dari mereka sempat berpikir untuk mendiskreditkan dan bahkan menghabisi Muhammad Saw. Namun, mereka yang masih berpikiran sehat memandang perlunya sekali lagi mendatangi Abu Thalib. Dan untuk yang kedua kalinya ini mereka akan menyampaikan permintaan yang lebih tegas dan keras dibanding permintaan sebelumnya.

Sebelumnya mereka meminta dengan harapan, namun kali ini mereka meminta dengan ancaman. Mereka berkata kepada Abu Thalib: “Wahai Abu Thalib, sungguh engkau orang yang kami tuakan, kami muliakan, dan punya kedudukan di sisi kami. Kami telah memintamu agar menghentikan aktivitas keponakanmu, tetapi kamu tidak melakukan. Demi Allah, kami tidak akan sabar lagi jika Tuhan kami dicaci-maki dan mimpi-mimpi kami dilecehkan. Untuk itu, hentikan dia atau kamu akan melihat salah satu dari dua kelompok ini ada yang binasa.”

Abu Thalib menemui Rasulullah Saw. dan berkata: “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu mendatangiku. Mereka berkata kepadaku begini dan begini, -karena mereka berkata demikian- maka selamatkanlah aku dan juga dirimu, dan janganlah kamu membebani aku perkara yang tidak mampu aku pikul.”

Rasulullah Saw. menduga bahwa pamannya akan meninggalkannya dan menyerahkannya, pamannya sudah lemah tidak mampu lagi menolongnya, maka Rasulullah Saw. berkata:

“Wahai paman, demi Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku supaya aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agamanya atau aku binasa karenanya.”

Kata-kata itulah yang keluar dari mulut Rasulullah Saw... Namun, kata-kata itu merupakan gunung berapi yang akan meletus, jika gunung akan hancur tak ubahnya tumpukan pasir, dan jika manusia -meski ia agung nan perkasa- akan musnah dalam lembaran hidup... Jiwa, dengan keyakinan yang besar tidak akan melakukan bargaining terhadap ideologinya, dia memiliki semangat hidup karena ideologi Islam itu, dan karena ideologi Islam itu pula dia rela mati... Itulah jiwa Muhammad Saw.

Tujuan Muhammad bukanlah harta, kekayaan, dan bukan pula kedudukan strata sosial, namun tujuannya adalah menyampaikan dakwah, dan membangun negara yang akan menerapkan keadilan Islam bagi manusia berdasarkan dorongan keimanan… Sungguh, jalan dan tujuannya bagi Muhammad telah cukup jelas dan terang... Ketika Muhammad berpaling, Abu Thalib memanggilnya, lalu berkata: “Menghadap kemari, hai keponakanku.” Maka Rasulullah Saw. menghadap kepadanya. Abu Thalib berkata: “Pergilah, hai keponakanku, katakan apa yang ingin kamu katakan, demi Allah, aku tidak akan meryerahkanmu kepada siapapun selamanya.”

c. Menawarkan pengganti Muhammad kepada Abu Thalib

Ketika orang-orang Quraisy menyadari bahwasanya Abu Thalib selamanya tidak akan melepaskan keponakannya, Muhammad Saw., sebab menurut perkiraan mereka bahwa Abu Thalib sangat menginginkan pertolongan dan kebaikan dari Muhammad. Untuk itu, mereka berencana mengganti Muhammad dengan pemuda yang kuat yang mampu menolong Abu Thalib. Dengan cara ini mereka yakin mampu meloloskan apa yang mereka inginkan. Maka mereka pergi mendatangi Abu Thalib dengan membawa Ammarah bin Walid bin Mughirah.
Mereka berkata kepada Abu Thalib: “Wahai Abu Thalib, ini Ammarah bin Walid, dia pemuda paling kekar, kuat dan tampan di Quraisy, ambillah dia, jadikanlah dia milikmu, sebaliknya serahkan kepada kami keponakanmu, yang telah menentang agamamu, agama nenek-moyangmu, membuat kaummu tercerai-berai, dan melecehkan mimpi-mimpi mereka, selanjutnya kami akan membunuhnya, tidakkah ini adil, orang ditukar dengan orang!”
Abu Thalib berkata: “Seburuk-buruk beban yang kalian bebankan kepadaku adalah ini, yaitu kalian memberi aku anak kalian supaya aku memberinya makan, sedang aku memberikan anakku kepada kalian untuk kalian bunuh, demi Allah, hal itu tidak akan terjadi selamanya.” Muth’im bin Adi berkata, “Demi Allah, wahai Abu Thalib, kaummu berusaha berbuat adil kepadamu, mereka bersungguh-sungguh manyelamatkan kamu dari apa yang kamu benci, tetapi mengapa kamu kelihatan tidak mau sedikitpun menerima tawaran baik mereka?”
Abu Thalib berkata kepada Muth’im, “Demi Allah, mereka tidak adil kepadaku, namun kalian bersepakat untuk mengkhianati aku, dan mengajak orang-orang untuk mendemo aku, berbuatlah yang terbaik, hindari kerusakan, jauhi peperangan, agar di antara mereka tidak saling membunuh dan menyerang.”

2. Penyiksaan Fisik

Ketika kaum Quraisy melihat bahwa semua usaha diplomasi mereka mulai dari yang halus hingga yang kasar gagal, mereka beralih kepada cara-cara penyiksaan fisik. Para pemimpin mereka sepakat untuk melakukan penyiksaan fisik kepada siapa saja di antara mereka yang masuk Islam dan bergabung di bawah bendera ideologi tauhid.
Penyiksaan fisik itu mereka lakukan agar orang-orang takut masuk Islam, sedangkan mereka yang terlanjur masuk Islam diharapkan dapat mengubah loyalitasnya dari Muhammad kepada kaum musyrikin lagi. Untuk itu, praktek-praktek penyiksaan keji pun dimulai, namun kaum muslimin senantiasa sabar dan tabah.
Begitulah, setiap kali para penyeru kebatilan itu telah kehabisan hujjah dan argumentasi, serta bumi terasa hancur di hadapan mereka sehingga mereka tidak mampu lagi berpikir logis dan membuat argumentasi yang memuaskan, maka mereka akan beralih kepada penggunaan kekerasan dan teror untuk membungkam mulut para penyeru kebenaran. Mereka menyangka bahwa dengan menyebarkan debu hitam kelam mereka akan mampu memadamkan cahaya kebenaran. Mereka tidak tahu bahwa hal itu justru menambah panas api cahaya kebenaran, dan sinarnya akan menerangi hati semua orang.

Penyiksaan yang keji, yang ditimpakan kaum musyrikin kepada para pengikut Muhammad Saw. ini telah membuat kekhawatiran dalam diri Abu Thalib, paman Rasulullah Saw. Untuk itu, dia melihat perlunya menghimpun dukungan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib agar melindungi Rasulullah Saw. dari tindak kekerasan kaum Quraisy. Di antara paman beliau hanyalah Abu Lahab saja yang tidak mau bergabung untuk memberikan proteksi kepada Muhammad, sebab dalam diri Abu Lahab ada tujuan yang sangat keji.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam