Salah satu bentuk
kasih sayang Rasulullah SAW kepada kita, umat Islam, adalah selalu
memperingatkan tentang hal-hal yang membahayakan umat Islam. Antara laln,
Rasulullah SAW yang mulia pernah mengingatkan kita akan datangnya tahun-tahun
yang penuh dengan penipuan, tipu daya (sanawatun
khodda'aat).
Rasulullah SAW
bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan.
Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan,
pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai
pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah
berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”
Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat
luas." (HR. Ibnu Majah).
Apakah kita sedang
memasuki tahun-tahun penuh tipu daya ini? Lihatlah saat ini, pemutarbalikan
fakta yang menjadi tanda-tanda penting dari tahun penuh tipudaya ini banyak
terjadi. Yang baik dianggap jahat; yang jahat dianggap baik; yang dusta
dibenarkan sebaliknya yang jujur didustakan; pengkhianat dipercaya sementara
yang amanah dianggap pengkhianat.
Tanda-tanda seperti
itu semakin tampak ketika rezim memiliki paradigma keliru terhadap Islam bahkan
banyak disebut cenderung anti-Islam. Sebagai contoh, ajaran Islam yang mulia,
justru dibuat sedemikian rupa seolah-olah ajaran hina. Syariat Islam yang agung
direndahkan, sebaliknya aturan-aturan kufur, yang berdasarkan hawa nafsu dan
jelas-jelas hina, dibuat seolah-olah luhur tanpa cacat.
Kita tidak habis
pikir, bagaimana muncul kebijakan untuk melarang pemakaian cadar di beberapa
perguruan tinggi yang menggunakan label Islam seperti di UIN? Di sisi lain, ada
kecenderungan kuat untuk di beberapa perguruan tinggi berlabel agama, justru
mengajarkan paham-paham merusak di kalangan mahasiswa seperti sekularisme dan
liberalisme yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam.
Upaya pemutarbalikan
fakta yang mengarahkan kepada penyesatan ini juga tampak jelas dalam
sidang-sidang PTUN yang menyoal pencabutan status BHP Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) di Jakarta. Tampak ada upaya mengkriminalkan bahkan memonsterisasi
ajaran-ajaran Islam yang mulia. Pejuang khilafah dihubung-hubungkan dengan
terorisme. Dibangun sebuah pandangan bahwa memperjuangkan khilafah adalah
bagian dan terorisme.
Tidak itu saja, mereka
yang disebut ahli itu menuduh siapa yang berusaha mendirikan khilafah sebagai
pemberontak kepada Allah. Bagaimana mungkin ajaran Khilafah yang mulia, yang
menjadi bagian dari syariah Islam, dikaitkan dengan terorisme bahkan disebut
memberontak kepada Allah SWT? Padahal Khilafah Islam akan menerapkan syariah
Islam secara totalitas, mempersatukan dunia Islam, dan menyebarluaskan dakwah
Islam ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana menegakkan khilafah yang oleh para
ulama disebut a'dzamul wajibat
(kewajiban yang paling agung) dan tajul furudh
(mahkota dari kewajiban), dikatakan memberontak kepada Allah SWT?
Di sisi lain,
pemikiran dan sistem kufur yang jelas-Jelas bertentangan dengan Islam seperti
sistem kapitalisme dan sekularisme, justru dianggap mulia, bahkan
dibela habls-habisan. Padahal sistem kapitalisme inilah telah menghancurkan dan
merusak umat Islam dan negeri-negeri Islam. Sistem kufur ini telah menjadi
jalan bagl negara-negara penjajah untuk mengokohkan penjajahannya di segala
bidang.
Bukankah kekayaan
negeri-negeri Islam dirampok melalui liberalisasi ekonomi, pasar bebas,
privatisasi dan jeratan hutang luar negeri. Negeri-negeri Islam dikendalikan
melalui sistem politik demokrasi yang dikendalikan para pemilik modal yang
menjadi kaki tangan penjajah. Lahirlah beragam UU liberal yang justru
mengokohkan penjajahan. Liberalisme juga merusak generasi muda Islam, mereka
dengan bebas mengkampanyekan LGBT, berupaya melegitimasi LGBT.
Upaya mengaitkan
perjuangan khilafah dengan terorisme juga merupakan kejahatan besar dalam
pandangan Islam. Bagaimana mungkin kelompok Islam yang mengajak umat untuk
menerapkan syariah Islam yang bersumber dari Allah SWT, mengajak manusia pada
jalan kebaikan malah disebut kelompok teroris atau terkait dengan teroris?
Dengan gencar upaya
kriminalisasi dan monsterisasi ini dilakukan secara sistematis dan terorganisir
dengan dukungan dari penguasa negeri-negeri Islam dan negara-negara imperialis.
Perang terhadap terorisme, yang sesungguhnya merupakan agenda penjajahan Amerika,
dipatuhi dan diikuti oleh para penguasa negeri Islam. Padahal perang yang
merupakan agenda penjajah ini menjadikan Islam dan umat Islam sebagal musuh.
Sebaliknya, mereka
bungkam terhadap kejahatan terorisme Amerika Serikat, Inggris, Rusia, dan
sekutu-sekutu Barat lainnya di dunia Islam. Padahal, negara-negara Baratlah
yang merupakan teroris sejati yang telah membunuhi jutaan umat Islam,
menumpahkan darah kaum Muslimin di mana-mana, menimbulkan berbagai konflik di
dunia Islam.
Mereka bungkam
terhadap kejahatan negara-negara penjajah itu di Irak, Suriah, Yaman. Para
penguasa negeri-negeri Muslim, membiarkan zionis Israel membantai umat Islam di
Palestina, rezim Budha Myanmar menghabisi umat Islam Rohingya, rezim komunis
Cina menindas kaum Muslimin di Xinjiang.
Yang lebih jahat lagi,
mereka justru menyalahkan umat Islam yang memperjuangkan khilafah sebagai
penyebab kekacauan di Timur Tengah. Padahal semua konflik itu tidak bisa
dilepaskan dari invasi dan intervensi negara-negara Barat penjajah. Allahu Akbar!
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 216
Tidak ada komentar:
Posting Komentar