Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 05 Juli 2018

Nabi SAW Menyiapkan Nushrah di Madinah Melalui Mush'ab bin Umair



Menyiapkan Nushrah Di Madinah

Oleh: K.H. Hafidz Abdurrahman

Mush'ab bin Umair adalah pemuda Makkah yang lahir dan dibesarkan dari keluarga kaya raya. Orangtuanya memberinya pakaian terbaik dan indah. Dia juga pemuda Makkah yang aromanya wangi semerbak. Namun, ketika masuk Islam, semuanya itu dia tanggalkan. Saat masih di Makkah, dia mengalami penyiksaan, dan berbagai ujian yang membuat kulitnya berubah, dan wajahnya terluka.

Ketika 12 penduduk Madinah, yang telah membaiat Nabi SAW dalam Baiat Aqabah I, kembali ke Madinah, Mush'ab-lah yang diutus oleh Nabi SAW untuk menyiapkan penduduk di sana. Mush'ab bin Umair adalah pemuda yang wajahnya ganteng, mirip dengan Rasulullah SAW. Selain kemiripannya, Mush'ab juga merupakan sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan telah teruji. Sebelum hijrah ke Madinah, dia juga pernah ikut hijrah ke Habasyah, tetapi kemudian kembali ke Makkah.

Kecerdasan dan kepiawaiannya dalam berdakwah telah teruji saat berhasil mengislamkan Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Mu'adz, yang tak lain adalah pemuka dan kepala suku Bani Asyhal. Selain penguasaannya dalam qira'at Al-Qur’an, kefaqihannya juga bisa diandalkan oleh Nabi SAW. Itulah mengapa dia diberi gelar Muqri' al-Madinah. Setelah kedua tokoh sentral ini masuk Islam, maka Mush'ab bin Umair-lah yang pertama kalinya menyelenggarakan shalat Jum’at di Madinah, sebelum hijrah Nabi SAW. [Ibn Atsir, Usdu al-Ghabah, Juz IV/134]

Mush'ab bin Umair, ketika diutus Nabi SAW ke Madinah tak hanya berpikir sekadar membacakan dan mengajarkan Al-Qur’an, tetapi Mush’ab memahami misi yang diembannya dari Nabi yaitu menyiapkan penduduk Madinah, sebelum hijrah Nabi SAW, agar benar-benar menjadi Ahl an-Nushrah bagi dakwah Islam. Misi ini membutuhkan kecerdasan, kepiawaian dan leadership yang luar biasa dari seorang pengemban dakwah.

Lihatlah apa yang dilakukan oleh Mush‘ab bin Umair setelah mengislamkan tokoh sentral di sana, Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Mu'adz. Mush'ab bin Umair segera mengintensifkan proses internalisasi keislaman mereka dengan mengumpulkan mereka yang telah masuk Islam, khususnya bagi kaum lelaki, untuk mengadakan perhimpunan di hari Jum'at. Maka, shalat Jum'at untuk pertama kalinya, sebelum Nabi SAW hijrah ke sana, diselenggarakan di Madinah. Hampir setahun proses ini dilakukan, selain menjadi sarana edukasi, melalui khutbah Jum'at, proses konsolidasi pun bisa dilakukan dengan efektif.

Langkah Mush'ab ini telah disampaiakan kepada Rasulullah SAW. Rasul pun mengizinkan apa yang dilakukannya. Selain pertemuan mingguan secara intensif melalui shalat Jum'at, maka shalat rawatib berjama’ah juga dilakukan. Saat itu, Masjid Nabawi belum lagi berdiri, begitu juga Masjid Quba', karena semuanya ini berdiri ketika Nabi di Madinah. Namun, itu tidak menghalangi mereka melakukan ibadah secara rutin berjamaah. Termasuk shalat jamaah dan Jum'at.

Mush'ab benar-benar totalitas. Mengerahkan seluruh pikiran, tenaga, waktu dan seluruh kemampuannya untuk menyiapkan penduduk Madinah, pasca Baiat 'Aqabah I hingga terjadinya Baiat 'Aqabah II. Totalitas Mush'ab itu diakui oleh para sahabat Nabi SAW. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dituturkan, penuturan Khabab bin al-Art, ”Kami telah hijrah bersama Rasulullah Saw. mengharapkan keridhaan Allah. Pahala kami pun ditetapkan di sisi Allah. Di antara kami ada yang pergi, tak mengambil sedikit pahalanya. Mereka, antara lain, adalah Mush'ab bin Umair. Dia telah gugur saat Perang Uhud, dengan menggenggam Liwa!” [Bukhari, Shahih al-Bukhari, hadits no.3897, hal.740]

Totalitas Mush'ab tampak ketika seluruh kenikmatan dunia dia tinggalkan. Harta, kedudukan dan kenikmatan materi, semua dia tinggalkan. Dia lebih memilih apa yang ada di sisi Allah. Dalam riwayat Imam Ahmad, ada testimoni yang diriwayatkan dari Abi Qatadah dan Abi Dahma' radhiya-Llahu 'anhuma, bahwa Nabi SAW sampai mengatakan, ”Engkau benar-benar tidak meninggalkan apapun, karena mengutamakan Allah 'Azza wa Jalla. Allah pun tidak akan menggantimu, kecuali dengan yang lebih baik untukmu dari-Nya.” [Ahmad, Musnad Ahmad, hadits no.23074]

Selama di Madinah, Mush'ab bin Umair tinggal di rumah As'ad bin Zurarah. Karena totalitasnya yang luar biasa itulah, maka dalam waktu satu tahun, penduduk Madinah hampir semuanya telah memeluk Islam. Tak tersisa satu pun rumah kaum Anshar, kecuali di sana kaum pria maupun wanitanya telah menjadi Muslim. Kecuali di rumah Bani Umayyah bin Zaid, Khathmah, dan Wa'il. Di rumah mereka ada seorang pria, bernama Qais bin al-Aslat, seorang penyair yang mereka taati. Dialah satu-satunya yang menghalangi mereka memeluk lslam, hingga saat Perang Khandak, tahun 5 H.

Begitu juga di kalangan Bani Abdul Asyhal, nyaris tak tersisa, kecuali semuanya telah memeluk Islam. Hanya seorang yang tetap belum mau masuk Islam, dia adalah al-Ushairam. Dia terlambat masuk lslam. Baru saat Perang Uhud dia masuk lslam, tetapi orang ini begitu masuk lslam, belum sempat mandi, shalat dua rakaat, langsung ikut perang, hingga akhirnya syahid di Uhud. Sampai Nabi SAW menyatakan, ”Dia telah melakukan amal yang sedikit, tetapi pahalanya luar biasa.” [al-Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 146]

Begitulah. Setelah perkembangan yang luar biasa di Madinah, di mana penduduk Madinah telah memeluk lslam dengan jiwa dan raganya. Mereka juga siap memberikan pengorbanan terbaik untuk agamanya, apapun taruhannya, maka saat itu Mush'ab kembali ke Makkah untuk menemui Rasulullah SAW. Peristiwa ini terjadi tahun ke-13 kenabian. Mush'ab ingin menyampaikan kepada Nabi SAW kabar gembira ini, termasuk dukungan, perlindungan dan kekuasaan untuk dakwah ini. Mush'ab berangkat ke Makkah terlebih dahulu, sebelum rombongan kaum Anshar berangkat ke Makkah di musim haji, tahun yang sama.

Kesuksesan Mush'ab bin Umair menyiapkan suasana nushrah di Madinah ini tidak lepas dari kecerdasan, kepiawaian, ketekunan, leadership, pengorbanan dan totalitasnya untuk dakwah yang luar biasa. Tentu keikhlasannya semata untuk Allah, tanpa memikirkan sedikitpun dunia. Bahkan, setelah semuanya ini, kelak Mush'ab akan mendapatkan apa? Semua tidak pernah dipikirkannya. Begitulah Mush'ab, sahabat yang luar biasa ini.

Sebagaimana ungkapan Nabi Saw., ”Engkau benar-benar tidak meninggalkan apapun, karena mengutamakan Allah 'Azza wa Jalla. Allah pun tidak akan menggantimu, kecuali dengan yang lebih baik untukmu dari-Nya.” Iya, izin, pertolongan dan taufik-Nya diberikan oleh Allah kepada orang-orang seperti Mush'ab bin Umair. Melalui tangannyalah, Allah memberikan nushrah-Nya kepada Nabi-Nya.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam