Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 01 Januari 2018

Nabi SAW Dalam Perjalanan Hijrah untuk Mendirikan Negara Islam



b. Berhasil Dengan Selamat Melintasi jalan Menuju Madinah al-Munawwarah

Hati-hati dan waspada: Dengan ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq Rasulullah Saw. meninggalkan Makkah al-Mukarramah dengan sembunyi-sembunyi -seperti yang telah kita ketahui- tidak seorangpun yang mengetahui kepergian mereka berdua, kecuali orang-orang yang dibebani tugas penting oleh Rasulullah Saw., sehingga pantas kalau mereka harus mengetahui kepergian mereka berdua.
Keduanya menuju ke gua yang sebelumnya telah ditentukan oleh keduanya di gunung Tsur. Di gua inilah keduanya tinggal selama tiga hari.
Abdullah bin Abu Bakar sepanjang siang hari bergaul dengan orang-orang Quraisy guna menguping pembicaraan mereka tentang Rasulullah Saw. Ketika malam sudah mulai gelap dia pergi ke gua Tsur untuk menyampaikan kepada Rasulullah Saw. apa yang berhasil dia dengar dari kaum Quraisy.
Amir bin Fuhairah -pembantu Abu Bakar- menggembala kambing-kambing Abu Bakar bersama dengan para penggembala penduduk Makkah. Ketika memasuki waktu sore dia berjalan membawa kambing-kambingnya mendekati gua Tsur, lalu dia bermalam di sana untuk mempermudah Rasulullah Saw. dan Abu Bakar memerah air susu kambing dan menyembelih kambing yang dibutuhkan keduanya.
Ketika fajar mulai menampakkan sinarnya, maka Abdullah bin Abu Bakar pulang kembali ke Makkah, sedang Amir bin Fuhairah berjalan membawa kambing-kambing di belakang Abdullah untuk menghilangkan bekasnya.
Setelah tiga hari berlalu, dan pencarian terhadap Rasulullah Saw. mulai mereda, maka sang pemandu jalan Abdullah bin Arqath menemui keduanya dengan membawa tiga binatang tunggangan, masing-masing untuk Rasulullah Saw., Abu Bakar dan untuk dia sendiri. Asma’ juga mendatangi keduanya dengan membawa bekal. Baru setelah itu masing-masing mengendarai binatang tunggangannya, dan pembantu Abu Bakar Amir bin Fuhairah masih mengikutinya dari belakang, sebab barangkali keduanya masih membutuhkan bantuannya di tengah jalan.
Adapun kaum kafir Quraisy, maka mereka semakin kacau, kalut dan marah, setelah mereka tahu bahwa Rasulullah Saw. telah lepas dari genggaman mereka, sejak itu mereka mulai menggunakan sarana apa saja yang mereka kuasai dan mereka miliki.

Jalan yang dilalui oleh Rasulullah Saw. menuju Madinah: Tidak pernah terlintas dalam benak Rasulullah Saw. bahwa sang penunjuk jalan akan membawa mereka melalui jalan yang tidak biasa dilalui oleh kebanyakan orang. Abdullah bin Arqath membawa keduanya melewati jalan di dataran rendah Makkah, lalu melewati pantai hingga akhirnya sampai di jalan dataran rendah Usfan, kemudian melewati dataran rendah Umja, setelah berjalan jauh sampailah mereka di Qudaida, setelah itu mereka melewati al-Kharrar, lalu melewati Liqf, kemudian melewati Mudlijah Liqf, lalu memasuki Mudlijah Mahaj, kemudian melewati Marji' Mahaj, selanjutnya memasuki Marji’ Min Dzil Ghadhawain, lalu memasuki Dzi Kasyr, tidak lama kemudian mereka memasuki al-Jadajid, lalu al-Ajraj, kemudian melewati Dza Salam di pedalaman A’da’ Mudlijah Ti’hin, tidak lama kemudian mereka memasuki al-Ababid, selanjutnya melewati al-Fajjah, kemudian tibalah mereka di al-‘Arj, sampai di sini Rasulullah Saw. dan Abu Bakar sudah kelihatan sangat lelah, lalu Rasulullah Saw. dibawa oleh seorang dari Aslam yang bernama Aus bin Hajar dengan mengendarai unta yang bernama Ibnu ar-Rida’ hingga sampai di Madinah.
Seorang bernama Mas’ud bin Hunaidah diutus untuk menemani Rasulullah Saw. Setelah itu, penunjuk jalan keduanya pergi meninggalkan al-‘Arj. Selanjutnya Rasulullah Saw. dan Abu Bakar berjalan bersama kelompok pengembara dengan berada di sebelah kanan kendaraan, hingga mereka sampai di pedalaman Rim, dan akhirnya mereka tiba di Quba’ daerah Bani Amru bin Auf pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul awal. Ketika panas sangat menyengat, sebab posisi matahari hampir berada di tengah-tengah langit. (Lihat peta No.1).

Peran serta pertolongan Tuhan sehingga Rasulullah Saw. sukses dengan selamat dalam menempuh perjalanan.
Adapun, kaum kafir Quraisy, maka mereka semakin kacau, kalut dan marah, setelah mereka tahu bahwa Rasulullah Saw. telah lepas dari genggaman mereka, sehingga sejak itu mereka mulai menggunakan sarana apa saja yang mereka kuasai dan mereka miliki untuk mendapatkan kembali Rasulullah Saw.
Abu Jahal bersama sekelompok orang-orang kafir Quraisy mendatangi Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq, mereka berhenti di depan pintu rumah Abu Bakar. Setelah Asma’ keluar, mereka bertanya: “Wahai putri Abu Bakar, mana ayahmu?” “Demi Allah, aku tidak tahu di mana ayahku berada,” jawab Asma'. Abu Jahal -seorang yang keji dan menjengkelkan- mengangkat tangannya, lalu dia menampar pipi Asma’ dengan tamparan yang membuat anting-anting Asma’ lepas, setelah itu mereka pergi.
Mereka mulai mencari Muhammad di setiap tempat. Setelah mereka merasa letih dengan pencariannya, maka mereka menyediakan hadiah sebanyak seratus unta bagi siapa saja yang mampu mengembalikan Muhammad kepada mereka.
Selanjutnya pembicaraan kami serahkan kepada Suraqah bin Malik agar dia menceritakan kepada kami hal itu dengan rinci.

Suraqah bin Malik bin Ju’syam berkata: “Setelah Muhammad pergi dari Makkah guna hijrah ke Madinah, maka kaum kafir Quraisy menyediakan hadiah seratus unta bagi siapa saja yang dapat mengembalikan Muhammad kepada mereka. Ketika aku sedang duduk di tenpat pertemuan kaumku, tiba-tiba seorang di antara kelompokku datang hingga akhirnya dia berdiri di dekat kami, lalu dia berkata: “Demi Allah, tadi aku melihat tiga orang berkendaraan melintasi aku. Aku yakin mereka itu Muhammad dan para sahabatnya.” Aku mengisyaratkan dia agar diam dengan kedua mataku. Kemudian, aku berkata: “Mereka itu tidak lain adalah Bani Fulan yang sedang mencari barang mereka yang hilang.” Orang tadi berkata: “Bisa saja.” Lalu dia tidak bicara lagi. Aku diam sebentar, lalu aku berdiri dan terus masuk ke dalam rumahku. Kemudian, aku memerintahkan agar kudaku diikat di tengah lembah, dan tidak lupa aku memerintahkan disiapkan senjataku, semua itu aku keluarkan lewat belakang kamarku, lalu aku mengambil empat anak panah sebab dengannya aku akan mengundi nasib, kemudian aku pergi memakai pakaian pelindung tubuh dan semata, selanjutnya aku keluarkan tempat anak panahku dan aku mulai mengundi nasib dengannya. Ternyata yang keluar anak panah yang tidak aku sukai, yakni anak panah yang bertuliskan “Tidak membahayakannya.” Padahal aku sangat ingin mengembalikan Muhammad pada kaum kafir Quraisy, sehingga aku mendapat hadiah seratus ekor unta. Aku terus mengikutinya, tiba-tiba kudaku merasa berat dan jatuh tergelincir, sehingga aku jatuh darinya. Aku berkata: “Ada apa ini?” Kemudian, aku keluarkan kembali tempat anak panahku dan sekali lagi aku mengundi nasib dengannya. Ternyata, lagi-lagi yang keluar anak panah yang tidak aku sukai yang bertuliskan “Tidak membahayakannya.” Aku tidak punya keinginan lain, selain tetap mengikutinya, dan akupun tetap mengikutinya. Setelah mereka tampak dan aku melihat mereka dengan jelas, tiba-tiba kudaku tergelincir; dan lagi-lagi aku terjatuh darinya. Aku berkata: “Ada apa ini?” Kemudian, aku keluarkan kembali tempat anak panahku dan aku kembali lagi mengundi nasib dengannya. Ternyata, yang keluar tetap anak panah yang tidak aku sukai yang bertuliskan “Tidak membahayakannya.” Aku tidak punya keinginan lain, selain tetap mengikutinya, dan akupun tetap terus mengikutinya. Setelah mereka tampak dan aku melihat mereka dengan jelas, tiba-tiba kudaku tergelincir, kedua kakinya masuk ke dalam tanah, dan lagi-lagi aku terjatuh darinya. Kemudian, setelah kedua kakinya terangkat dari tanah, tiba-tiba aku melihat asap tebal seperti angin ribut mengikuti kedua kakinya, maka aku pun sadar setelah aku melihat dan mengalami semuanya itu, bahwa aku tidak mungkin mendapatkannya, sebab Muhammad pasti menang dan tidak akan terkalahkan. Lalu aku memanggil mereka dan berkata: “Aku Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Lihatlah aku, aku akan berbicara dengan kalian. Demi Allah, aku tidak akan merugikan kalian, dan kalian tidak akan mendapatkan dariku sesuatu yang tidak kalian senangi.” (Demikianlah aku (penulis) katakan: Tentang adanya peran serta pertolongan Tuhan, sehingga Rasulullah Saw. sukses dengan selamat dalam menempuh perjalanannya). Rasulullah Saw. berkata kepada Abu Bakar: “Tanyakan kepadanya, apa yang dia inginkan dari kita.” Abu Bakar pun menanyakan seperti yang diperintahkan. Aku (Suraqah) berkata: “Kamu buat tulisan (surat) apa saja yang dapat dijadikan bukti akan adanya hubungan antara aku dengan kalian.” Rasulullah Saw. berkata: “Tulislah untuknya, wahai Abu Bakar!” Lalu Abu Bakar menulis surat untukku di atas tulang, atau kain, atau tembikar, setelah itu dia memberikannya kepadaku, lalu aku mengambilnya dan menaruhnya dalam tabung tempat menyimpan anak panah, baru setelah itu aku pergi. Ketika aku hendak pergi, Rasulullah Saw. berkata: “Bagaimana denganmu, wahai Suraqah, jika aku memberimu gelang-gelang Kisra?” Suraqah berkata: “Maksudmu Kisra bin Hurmuz?” “Benar,” jawab Rasulullah Saw. Setelah itu Suraqah pun pergi... Suraqah berkata: “Aku terus diam tidak pernah menceritakan apa yang pernah aku alami. Sehingga, ketika Makkah telah ditaklukkan oleh Rasulullah Saw. dan beliau telah berhasil menaklukkan Hunain dan Thaif, maka aku pergi dengan membawa tulisan (surat) untuk diberikan kepada Rasulullah Saw. Aku bertemu dengan beliau di ji'irranah (Ji'irranah adalah tempat air yang terletak di antara Thaif dan Makkah). Aku memasuki batalion berkuda kaum Anshar. Mereka mulai memukuliku dengan tombak. Mereka berkata: “Untuk apa kamu kemari?” Aku terus mendekati Rasulullah Saw. yang sedang berada di atas untanya. Demi Allah, aku tampak seperti orang yang sudah tidak berdaya lagi. Kemudian aku mengangkat tulisan (surat) dengan kedua tanganku, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, ini suratmu yang dulu engkau berikan kepadaku! Aku Suraqah bin Malik bin Ju'syam.” Rasulullah Saw. berkata: “Sekarang saatnya menepati janji dan berbuat baik, biarkan dia mendekat.” Aku mendekatinya, lalu aku masuk Islam. Kemudian aku ingat sesuatu yang aku minta dari Rasulullah Saw., namun aku tidak ingat semuanya, kecuali aku berkata: “Wahai Rasulullah, unta yang aku impikan telah membuat gelap hidupku, sungguh sekarang untaku banyak sekali. Apakah aku mendapatkan pahala jika aku memberinya minum?” Rasulullah Saw. berkata: “Ya, setiap kebaikanmu terhadap yang berhati, kamu berhak mendapatkan pahala.” Kemudian aku kembali pada kaumku, lalu aka memberikan sadaqahku kepada Rasulullah Saw.”

Kami tidak mampu melewati peristiwa ini tanpa mengambil pelajaran tentang kekaguman kami akan keyakinan (berpikir positif) terhadap Allah Swt. di mana seorang manusia yang terusir dan terisolasi, kematian di manapun dia berada terus selalu menghantuinya, berani berjanji memberikan kepada seorang Arab Badui gelang-gelang Kisra, padahal Kisra raja terkuat di permukaan bumi.
Janji ini memberi cahaya yang membuat kami memahami sebagian rencana politik dan militer Rasulullah Saw. Sungguh ini merupakan penjelasan dari Rasulullah Saw. bahwa Allah akan memakaikan gelang-gelang Kisra kepada seorang Arab Badui.
Artinya: Pertempuran bersenjata akan berkobar antara Negara Islam dengan negara Persi, dan kemenangan dalam pertempuran itu ada di pihak Negara Islam. Namun, kapan pertempuran itu akan terjadi? Sungguh Rasulullah Saw. telah menempatkan Negara Islam berada dalam posisi yang mengharuskan terjadinya pertempuran ini. Dan hal itu benar-benar terjadi setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam