Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 01 Januari 2018

Persiapan Hijrah Nabi SAW Mendirikan Negara Islam



b. Memberangkatkan Kelompok Pelindung Kedua

Ketika Rasulullah Saw. telah merasa puas dengan bai’atnya kaum Anshar dan keikhlasan mereka, beliau memerintahkan kaum muslimin di Makkah agar pergi ke Madinah secara rahasia, dan menyusul saudara-saudara mereka di antara kaum Anshar agar bersama-sama mereka membentuk kelompok pelindung yang diserahi misi menyukseskan perpindahan kepemimpinan ke Madinah al-Munawwarah.
Beliau bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla telah membuat untuk kalian saudara dan rumah, di mana dengan dibuatkannya kalian akan merasa aman.” Kemudian mereka pergi secara bergelombang. Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri tetap tinggal di Makkah menunggu izin Allah untuk keluar dari Makkah dan hijrah ke Madinah.

Orang pertama yang hijrah ke Madinah di antara para sahabat Rasulullah Saw., di antara kaum Muhajirin dari suku Quraisy dari Bani Makhzum adalah Abu Salamah bin Abdul Asad. Dia hijrah ke Madinah setahun sebelum dilangsungkannya Bai’atul Aqabah Kedua. Dia memprioritaskan Makkah kepada Rasulullah Saw. daripada wilayah Habasyi. Namun, ketika kaum kafir Quraisy menyiksanya, dan sampai kepadanya bahwa Islam telah banyak dianut oleh kaum Anshar, maka dia pergi ke Madinah sebagai muhajir. Rasulullah Saw. tidak menugaskan misi khusus kepadanya untuk dia lakukan di Madinah al-Munawwarah.
Kemudian orang pertama di antara kaum Muhajirin yang datang ke Madinah setelah Abu Salamah adalah Amir bin Rabi’ah dan istrinya Laila binti Abi Hatsmah.
Lalu disusul oleh Abdullah bin Jahsy yang membawa keluarganya dan saudara laki-lakinya Abdullah bin Jahsy (Abdu bin Jahsy adalah Abu Ahmad. Dia seorang laki-laki yang buta, seorang ahli syair, dan seorang yang sangat cerdas. Dia biasa berputar naik turun Makkah tanpa ada yang menuntunnya).
Selanjutnya pergi juga Umar bin Khaththab dan Ayyas bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi hingga keduanya tiba di Madinah, kemudian disusul oleh kaum Muhajirin yang lain.
Meski para sahabatnya telah hijrah, namun Rasulullah Saw. masih di Makkah menunggu izin Allah untuk hijrah. Dan tidak seorangpun di antara kaum Muhajirin yang masih tinggal bersamanya di Makkah, kecuali orang-orang yang ditawan dan disiksa, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar bin Abi Quhafah ash-Shiddiq radhiyallahuanhuma.
Abu Bakar berkali-kali minta izin kepada Rasulullah Saw. untuk hijrah. Sehingga, Rasulullah Saw. berkata kepadanya: “Jangan tergesa-gesa, semoga Allah membuatkan teman untukmu.” Abu Bakar sangat berharap bahwa Rasulullah Saw. yang akan menjadi temannya. Untuk itu, dia telah membuat persiapan dengan membeli dua binatang tunggangan, dan mengikat keduanya di rumahnya, serta memberi keduanya makan hingga gemuk.

2. Berpindahnya Kepemimpinan Ke Madinah al-Munawwarah

a. Rasulullah Saw. Berhasil Keluar Dari Makkah

Ketika kaum kafir Quraisy melihat bahwa Rasulullah Saw. dan para sahabatnya memiliki pendukung dari kelompok lain di negeri lain di luar kekuasaan mereka, dan mereka melihat perginya para sahabat dari kaum muhajirin kepada mereka, maka mereka tahu bahwa para sahabat Muhammad benar-benar telah menempati negeri yang memberinya keamanan, di negeri itu mereka mendapatkan orang-orang yang akan melindunginya dan siap selalu membelanya.
Untuk itu, mereka melakukan usaha yang sungguh-sungguh agar Rasulullah Saw. tidak pergi kepada mereka di Madinah. Sebab, menurut penilaian mereka, jika Rasulullah Saw. pergi juga ke sana, maka tidak lama kemudian Rasulullah Saw. akan berkumpul dengan para sahabatnya dan akan menyerang mereka.
Untuk itu, dipanggillah para pemimpin Quraisy agar segera berkumpul di Dar an-Nadwah -yaitu rumah Qushai bin Kilab, sebab kaum Quraisy tidak pernah memutuskan suatu perkara apapun, kecuali di rumah ini- guna merundingkan apa yang akan mereka lakukan dalam upaya mencegah keluarnya Muhammad dari Makkah.
Setelah orang-orang berkumpul di Dar an-Nadwah, satu sama lain saling berkata: “Sungguh orang ini (Muhammad) benar-benar telah tampak kekuasaannya, seperti yang kalian lihat sendiri, sehingga tidak sulit lagi baginya untuk mengalahkan kami, sebab dia telah memiliki banyak pengikut di luar daerah kekuasaan kami. Untuk itu, satukanlah kata dalam menghadapinya.”
Sebagian lagi mengusulkan agar Muhammad ditawan saja, dan dibiarkan dalam tawanan hingga meninggal… Akan tetapi, para hadirin tidak setuju dengan usulan ini, sebab bagaimanapun juga para sahabat Muhammad pasti akan mengetahui tempat di mana Muhammad ditawan, dan setelah tahu pasti mereka akan menyerang tempat itu, lalu mengeluarkan Muhammad darinya.
Yang lain mengusulkan, agar Muhammad diusir saja dari Makkah, suruh dia pergi ke negeri manapun dia mau, dengan demikian kaum Quraisy tidak akan merasa bahaya lagi selama bahayanya orang ini (Muhammad) jauh dari mereka… Namun, lagi-lagi para hadirin tidak setuju dengan usulan ini juga. Sebab, jika Muhammad pergi dari Makkah dan menemukan keamanan di negeri manapun, maka tidak lama kemudian orang-orang akan berkumpul di sekitarnya, karena Allah telah memberinya kekuatan dalam berhujjah, manis ketika berbicara, dan pengaruh terhadap jiwa, lalu dengan orang-orang itu Muhammad menyerang Makkah.
Dari tengah kerumunan orang-orang itu bangkit Abu Jahal bin Hisyam, lalu dia berkata: “Demi Allah, aku punya usulan yang belum pernah sama sekali kalian usulkan.” Mereka bertanya, “Apa itu wahai Aba al-Hakam?” Dia berkata: “Kita ambil dari tiap-tiap suku satu orang pemuda bangsawan yang kekar dan tegar, lalu masing-masing pemuda itu kita beri pedang yang tajam, kemudian mereka kita suruh mendatangi Muhammad, setelah bertemu mereka serempak menghantamkan pedangnya kepada satu orang, dengan demikian mereka semualah yang membunuh Muhammad. Jika mereka melakukan itu, maka artinya yang menumpahkan darah Muhammad adalah semua suku, sehingga Banu Abdi Manaf tidak akan mampu memerangi semua suku itu. Dan yang mereka lakukan pasti hanya meminta diyat (ganti rugi), sedang urusan diyat bagi kita adalah perkara mudah.” Para hadirinpun merasa puas dengan usulan ini. Akhirnya, mereka bersepakat dan bertekad untuk menjalankannya.

Mereka telah menyempurnakan rencananya dan telah menentukan orang-orang yang akan berdiri di pintu rumah Muhammad; menentukan orang-orang yang akan menghantam Muhammad ketika ia keluar; dan menentukan juga orang-orang yang akan berteriak ketika mengepung rumah Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. telah mengetahui strategi apa saja yang telah disepakati oleh mereka yang turut dalam konspirasi, serta apa saja yang telah mereka bersepakati dan bertekad untuk dijalankannya. Untuk itu, Rasulullah Saw. harus bergerak cepat dengan penuh kejeniusan guna menggagalkan konspirasi jahat mereka. Akhirnya Rasulullah Saw. berhasil keluar dari Makkah dengan selamat guna menyempurnakan perjalanan iman yang telah dimulainya.

Rasulullah Saw. segera menemui Abu Bakar di rumahnya dan menyampaikan kabar gembira bahwa Allah telah memberi izin kepada beliau untuk hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Abu Bakar meminta kepada Rasulullah Saw. agar dia yang menemaninya dalam perjalanan yang penuh barakah ini.
Abu Bakar berkata: “Akukah yang akan menemanimu, wahai Rasulullah?” “Ya, kamu yang akan menemaniku,” jawab Rasulullah. Abu Bakar sangat bahagia dengan apa yang didengarnya. Kemudian dia berkata: “Wahai Rasulullah Saw., aku telah lama membeli dua binatang tunggangan ini, dan keduanya aku persiapkan untuk keperluan seperti hari ini.”
Selanjutnya Abu Bakar dan Rasulullah Saw. menemui Abdullah bin Arqath -seorang musyrik yang ahli tentang jalan-jalan di padang sahara- guna mengupahnya sebagai penunjuk jalan, kepadanya diserahkan kedua binatang tunggangan itu, dan dia diminta agar membawa keduanya ke suatu tempat tepat pada waktu yang telah diberitahukan. Lalu Rasulullah Saw. dan Abu Bakar meninggalkannya.
Rasulullah Saw. memerintahkan Abu Bakar agar tetap di rumah dan jangan sekali-kali meninggalkannya. Rasulullah Saw. juga pulang ke rumahnya.
Tepat pada waktu yang telah ditentukan, datanglah orang-orang yang ditugasi kaum Quraisy untuk mengepung rumah Rasulullah Saw., dan mereka berdiri persis di dekat pintu rumah Rasulullah Saw., sehingga Rasulullah Saw. mendengar dengan baik pembicaraan mereka. Rasulullah Saw. harus mampu lewat tanpa diketahui oleh mereka. Rasulullah Saw. berkata kepada Ali bin Abi Thalib -yang ketika itu Ali sedang bersamanya di rumah-: “Wahai Ali, tidurlah di tempat tidurku, dan selimutilah seluruh tubuhmu hingga tidak satupun dari bagian tubuhmu yang kelihatan dengan selimut asal Hadhrami ini. Kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan sesuatu dari mereka yang tidak kamu sukai.”
Ali benar-benar melakukan seperti yang diminta oleh Rasulullah Saw. Sehingga ketika salah seorang di antara mereka mengintip dari lubang pintu menyangka bahwa Rasulullah Saw. masih tidur di tempatnya.

Tidak lama setelah Allah menutupi pandangan matanya (mereka) dan mengambil kesadarannya, maka Rasulullah Saw. keluar melewati mereka tanpa mereka sadari dan tanpa mereka ketahui. Beliau juga tidak lupa mengambil segenggam penuh debu dan menaburkannya di atas kepala mereka, tujuannya agar mereka tahu bahwa rencana Allah di atas rencana mereka. Kemudian beliau melewati mereka sambil membaca firman Allah:

Yaa siin. Demi al-Qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Susungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka bertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (TQS. Yaasiin [36]: 1-9)

Kemudian seseorang yang tidak turut bersama mereka datang menemuinya, lalu berkata: “Apa yang kalian tunggu di sini?” “Muhammad,” jawab mereka. Orang itu berkata: “Allah telah menggagalkan rencana kalian. Demi Allah, Muhammad telah meninggalkan kalian, dan tidak satupun di antara kalian yang dia biarkan, kecuali kepala masing-masing kalian dia taburi dengan debu, lalu dia pergi sesuai rencananya. Mengapa kalian tidak sadar dengan apa yang menimpa kalian?” Tiap-tiap orang di antara mereka menaruh tangannya di atas kepalanya, tiba-tiba mereka merasa bahwa di kepala mereka banyak debunya. Kemudian mereka mulai mengintip lagi, mereka masih melihat Ali yang sedang tidur di atas tempat tidur dan menyelimuti dirinya dengan rapat menggunakan selimut Rasulullah Saw. Mereka berkata: “Demi Allah, ini benar-benar Muhammad yang sedang tidur dengan berselimut. Mereka terus-menerus menunggu hingga masuk waktu subuh, tiba-tiba Ali ra. bangkit meninggalkan tempat tidurnya. Melihat kenyataan itu mereka berkata: “Demi Allah, sungguh orang tadi telah berkata jujur dengan apa yang dia sampaikan kepada kami.”

Rasulullah Saw. segera pergi dari rumahnya menuju rumah Abu Bakar ash-Shiddiq, dan beliau meminta Abu Bakar agar segera keluar dari rumah. Kemudian keduanya keluar melalui pintu kecil yang berada di belakang rumah Abu Bakar. Rasulullah Saw. pergi dengan ditemani oleh sahabatnya, Abu Bakar, tidak seorangpun yang mengetahui kepergian keduanya, selain Ali bin Abi Thalib dan keluarga rumah Abu Bakar.
Rasulullah Saw. tidak lupa meminta Abu Bakar agar menyuruh putranya Abdullah menguping perkataan orang-orang terkait dengan mereka berdua, dan sore harinya dia diminta menemui keduanya di Gua Hira, untuk menyampaikan berita apa yang berhasil didengarnya; menyuruh pembantunya Amir bin Fuhairah agar mengembala kambing-kambingnya di siang hari, dan sore harinya dia diminta membawa kambing-kambingnya melintasi mereka berdua; dan menyuruh putrinya –Asma’- agar membawakan mereka berdua bekal yang memadai.

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam