Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 11 Desember 2017

Perang Negara Islam Menaklukkan Yahudi Khaibar



2. Pembersihan Terhadap Institusi Politik Yahudi Khaibar

a. Sulitnya memerangi Yahudi Khaibar; dan menyiapkan perlengkapan untuk itu

Jangan dikira bahwa memerangi Yahudi Khaibar itu mudah. Kota Khaibar adalah kota yang memiliki benteng perlindungan. Benteng itu dibangun dengan bentuk yang menjamin perlindungan terhadap kota, dan dengan bentuk yang mampu bagi mereka yang sedang berperang untuk mundur ke benteng-benteng yang lain tanpa perlu menghadapi bahaya ketika salah satu bentengnya jatuh ke tangan para penyerang.

Orang-orang Khaibar telah meramalkan akan adanya serangan Negara Islam terhadap mereka. Apalagi setelah jelas bagi mereka tentang rencana Rasulullah Saw. untuk melakukan pembersihan terhadap kaum Yahudi yang ada dalam Negara Islam. Untuk itu setiap hari mereka menyiapkan perlengkapan sebagai antisipasinya. Mereka mengumpulkan harta benda dan harta simpanan mereka di benteng al-Kutaibah. Benteng al-Kutaib merupakan benteng mereka yang paling kuat.
Mereka menyiapkan sejumlah besar pasukan perang di benteng an-Nuthah. Benteng an-Nuthah adalah benteng yang secara khusus didesain memiliki karakteristik tempur. Mereka memobilisasi 10.000 pasukan perang, yang setiap hari keluar dengan berbaris sambil menunggu serangan tentara Islam atas mereka. Lebih dari itu semua, mereka telah mengadakan perjanjian dengan orang-orang Ghathfan yang akan membantu mereka, ketika mereka berperang dengan Negara Islam.

Untuk itu Rasulullah Saw. tidak akan mampu menyerang Khaibar sebelum membekukan front kaum kafir Quraisy agar kaum kafir Quraisy tidak bergerak melawan beliau. Untuk tujuan ini, Rasulullah Saw. berusaha mengadakan perjanjian damai Hudaibiyyah. Setelah front kaum kafir Quraisy berhasil dibekukan dengan mengadakan perjanjian damai Hudaibiyyah, maka Rasulullah Saw. kembali ke Madinah al-Munawwarah menyiapkan persiapan untuk menyerang Khaibar. Rasulullah Saw. tinggal pada bulan Dzul Hijjah dan sebagian Muharram sambil menyiapkan persiapan, baru kemudian beliau menyerang mereka.

b. Berangkat ke Khaibar

Setelah persiapan untuk berangkat ke Khaibar sempurna, maka beliau berangkat menuju Khaibar pada bulan Muharram, tahun ketujuh Hijriyah. Ketika beliau telah berada dekat Khaibar, beliau bersabda kepada para sahabatnya: “Berhentilah!” Kemudian, beliau Saw. berdo’a:

“Ya Allah, Tuhan (pencipta) langit dan apa saja yang dinaunginya; Tuhan (pencipta) bumi dan apa saja yang ditumbuhkannya; Tuhan (pencipta) setan dan apa saja yang disesatkannya; dan Tuhan (pencipta) angin dan apa saja yang dihempaskannya. Kami memohon kepada-Mu kebaikan kampung ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa saja yang ada di dalamnya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan kampung ini, keburukan penduduknya, dan keburukan apa saja yang ada di dalamnya. Majulah kalian dengan menyebut nama Allah.”

c. Tempat singgah pasukan kaum muslimin

Rasulullah Saw. dan pasukannya singgah di lembah ar-Raji’. Pasukan Rasulullah Saw. berada di antara orang-orang Ghathfan sehingga orang-orang Ghathfan tidak dapat membantu duduk Khaibar. Sebab seperti yang telah kami kemukakan awal bahwa orang-orang Ghathfan adalah sekutu Yahudi Khaibar untuk memerangi kaum muslimin. Ketika orang-orang Ghathfan mendengar posisi Rasulullah Saw. yang hendak menyerang Khaibar, maka merekapun mengumpulkan orang-orang untuk melawan pasukan Rasulullah Saw.
Kemudian setelah terkumpul mereka pergi untuk membantu Yahudi Khaibar melawan pasukan Rasulullah Saw. Namun, tidak terlalu jauh mereka menempuh perjalanan, mereka mendengar suara di belakang mereka, tepatnya di kebun di rumah mereka. Sehingga mereka menduga bahwa pasukan kaum muslimin telah menyerangnya. Lalu mereka kembali, selanjutnya mereka tinggal di rumah dan di kebun mereka. Dengan demikian, mereka telah membiarkan antara Rasulullah Saw. dan Yahudi Khaibar berperang.

d. Peperangan

Rasulullah Saw. bergerak mendekati Khaibar pada malam hari. Dan pada malam itu juga beliau bermalam di dekat Khaibar. Ketika pagi tiba beliau langsung menyerang Khaibar. Dan ketika itu para buruh Khaibar sedang pergi pagi-pagi sekali menuju pekerjaan mereka sambil membawa keranjang dari daun kurma dan sekop.
Ketika mereka melihat Rasulullah Saw. dan pasukannya, mereka berkata: “Muhammad bersama pasukan!” Mereka pun lari terbirit-birit. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Maha Besar, hancurlah Khaibar. Jika kita telah sampai di halaman suatu kaum, maka sangat buruk pagi hari itu bagi kaum yang telah diberi peringatan.”
Mulailah Rasulullah Saw. satu persatu menguasai harta benda Khaibar dan menaklukkan benteng-benteng mereka, di antaranya ditaklukkan sendiri, dan yang lain ditaklukkan oleh pasukan yang beliau kirim.
Benteng Khaibar yang pertama kali beliau taklukkan ialah benteng Na’im. Di benteng ini, Mahmud bin Maslamah terbunuh karena dilempar batu penggiling dari atas benteng hingga ia meninggal dunia.
Selanjutnya, yang beliau taklukkan adalah benteng al-Qamush, yaitu benteng Bani Abu al-Huqaiq. Dan dari mereka Rasulullah Saw. mendapat banyak tawanan wanita.
Rasulullah Saw. mengirim Abu Bakar ash-Shiddiq pergi menuju sebagian benteng-benteng mereka yang lain untuk ditaklukkannya. Abu Bakar pun pergi, namun Abu Bakar merasa kesulitan menaklukkan benteng itu, lalu ia pun kembali. Pada hari berikutnya, Rasulullah Saw. mengirim Umar bin Khaththab pergi menuju benteng tersebut, namun Umar bin Khaththab juga tidak mampu menaklukkannya, dan ia pun kembali juga. Rasulullah Saw. bersabda:

Sungguh bendera ini akan aku berikan besok kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan menolongnya melalui kedua tangannya, dan ia bukan orang yang melarikan diri.” Rasulullah Saw. memanggil Ali bin Abu Thalib ra. Ketika itu Ali sedang sakit mata. Rasulullah Saw. meludahi kedua matanya, lalu Allah pun menyembuhkannya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengan membawanya hingga Allah memberi kemenangan kepadamu.” Ali mengambil bendera itu, lalu ia pergi membawanya hingga sampai pada benteng tersebut, Allah menaklukkan benteng tersebut melalui kedua tangannya.
Demikianlah semua benteng-benteng Khaibar jatuh ke tangan Rasulullah Saw., termasuk di antaranya adalah benteng asy-Syiq, an-Nuthah, al-Kutaibah, Na’im, al-Qamush, dan lain-lainnya. Semua benteng itu telah ditaklukkan, kecuali dua benteng yang sangat kuat dan kokoh, yaitu benteng al-Wathih dan as-Sulalim. Kemudian Rasulullah Saw. mengepung kedua benteng tersebut dan memperketat pengepungannya selama lebih dari tiga belas hari.

e. Perdamaian

Ketika mereka yakin bahwa mereka telah kalah dan akan binasa, mereka menjadikan Mahishah bin Mas’ud, saudara Bani Haritsah sebagai penengah yang melakukan perdamaian antara mereka dan Rasulullah Saw. Mereka mengajukan kepada Rasulullah Saw. agar melindungi mereka dan mengevakuasi mereka dari Khaibar. Rasulullah menerimanya. Namun, setelah tiba di benteng-benteng mereka, dan mereka merasa aman, mereka meminta kepada Rasulullah Saw. agar membagi dua kebun-kebun mereka.
Mereka berkata: “Kami lebih mengerti pertanian daripada kalian, dan kami lebih tahu dalam mengelola tanah.” Akhirnya, Rasulullah Saw. berdamai dengan mereka, dan membiarkan tanah-tanah yang telah menjadi rampasan perang Negara Islam tetap mereka yang menanaminya dan memelihara kebun dan buah-buahannya dengan syarat hasilnya dibagi dua antara mereka dan Negara Islam. Dan dengan syarat mereka tidak meninggalkan Khaibar, sebab kapanpun Negara Islam mau, pasti akan mengusir mereka. Rasulullah Saw. membagi sebagian penghasilan dari tanah Khaibar yang merupakan bagian Negara Islam kepada para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim.

Pernikahan Rasulullah Saw. dengan Shafiah

Di samping mendapatkan harta benda, Rasulullah Saw. mendapatkan banyak tawanan perempuan, di antaranya adalah Shafiah bintu Huyai bin Akhthab. Sebelumnya, Shafiah bersama dua anak perempuan pamannya (sepupunya) adalah istri Kinanah bin ar-Rabi’ bin Abu al-Haqiq. Rasulullah Saw. memilih Shafiah untuk dirinya sendiri. Beliau memerdekakannya, lalu menikahinya. Beliau menjadikan kemerdekaan Shafiah sebagai mas kawinnya.

f. Berkomplot untuk mengakhiri hidup Rasulullah Saw. setelah perjanjian damai

Ketika Rasulullah Saw. merasa kondisi telah aman, Zainab bintu al-Harits, istri Sallam bin Misykam memberi hadiah kambing bakar kepada Rasulullah Saw. Zainab bertanya kepada Rasulullah Saw., “Bagian yang mana dari kambing itu yang paling disukai?” “Lengan,” jawab Rasulullah Saw. Kemudian, Zainab membubuhkan sebanyak mungkin racun pada lengan kambing, dan bagian tubuh kambing yang lain, lalu kambing bakar itu ia suguhkan kepada Rasulullah Saw. Setelah hidangan itu ada di depannya, beliau mengambil sedikit dari daging lengan kambing bakar itu, beliau mengunyahnya, dan lalu memuntahkannya.
Sedangkan Bisyr bin al-Barra’ bin Ma’rur yang ketika itu bersama Rasulullah Saw. mengambil sebagian daging bakar itu sebagaimana Rasulullah Saw., ia mengunyahnya, dan lalu ia menelannya. Dengan demikian, Bisyr menelan daging kambing bakar itu, sedang Rasulullah Saw. memuntahkannya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tulang kambing telah memberitahu aku bahwa daging kambing bakar ini beracun.” Lalu beliau memanggil Zainab. Zainab mengakui bahwa ia telah meracuni daging kambing bakar tersebut. Beliau bertanya kepada Zainab, “Mengapa engkau berbuat seperti itu?” Zainab menjawab, “Engkau telah bertindak terhadap kaumku seperti yang engkau ketahui sendiri. Oleh karena itu, aku berkata dalam diriku, “Jika ia (Muhammad) seorang raja, maka aku pasti bisa membunuhnya. Dan jika ia seorang Nabi, maka ia pasti akan diberitahu.” Rasulullah Saw. memaafkannya. Sedang Bisyr meninggal karena daging kambing bakar yang dimakannya.

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam