Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 10 Desember 2017

Nabi SAW Menaklukkan Makkah Institusi Politik Bukan-Islam



2. Pembersihan Terhadap Institusi Politik Kaum Musyrikin

Pembersihan terhadap institusi ini tidak selesai hanya dengan satu putaran, melihat banyaknya musuh dan keganasannya. Sehingga perlu dilakukan melalui banyak putaran yang rinciannya sebagai berikut:

Putaran pertama: di Makkah






f. Memasuki Makkah

Rasulullah Saw. membagi pasukannya menjadi empat kelompok (detasemen), sesuai jumlah pintu (jalan) masuk menuju Makkah. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin. Para pemimpin kelompok-kelompok tersebut adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Ubadah, Khalid bin Walid -yang masuk Islam dan kemudian menyusul Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. memerintahkan kepada para pemimpin kelompok untuk tidak melakukan peperangan, kecuali mereka terpaksa berperang.
Kelompok-kelompok tersebut mengepung Makkah, kemudian memasukinya melalui jalan-jalan masuk menuju Makkah tanpa ada peperangan, kecuali apa yang terjadi dengan beberapa orang yang kurang hati-hati, mereka pergi menuju jalan di antara jalan-jalan Makkah untuk mencegah tentara Islam memasuki Makkah. Allah Swt. berkehendak bahwa pemimpin kelompok yang masuk melalui jalan ini adalah Khalid bin Walid yang pernah menjadi salah seorang panglima perang kaum musyrikin, yang menyebabkan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. Khalid memerangi kelompok kecil tersebut yang sedang menghalangi jalannya. Khalid berhasil menghancurkannya. Kemudian, Khalid melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya ia bertemu dengan kelompok-kelompok tentara kaum muslimin yang lain di sisi Ka’bah al-Musyarrafah.
Ketika tentara kaum muslimin berhasil memasuki Makkah, kaum Quraisy yakin bahwa tidak seorangpun dari para tokoh mereka dan para pahlawan mereka yang akan tersisa, mereka berada di antara dua pilihan; dibunuh dengan pedang kaum muslimin, atau menyerah dengan memberikan loyalitasnya kepada Negara Islam. Dengan demikian, tidak ada pilihan lain bagi kaum Quraisy, kecuali mengumumkan ketundukkannya kepada Negara Islam.
Rasulullah Saw. tidak memasuki Makkah dengan penuh kesombongan karena kemenangannya, sebagaimana para pemimpin yang berhasil menaklukkan suatu negeri. Namun beliau memasuki Makkah dengan memperlihatkan puncak tawadhu’nya kepada Allah Swt. Sehingga Abdullah bin Abu Bakar berkata, “Rasulullah Saw. berhenti sementara di Dzi Thuwa. Ketika beliau sedang berada di atas untanya, beliau bersorban dengan separuh burdah berwarna merah buatan Yaman, beliau menundukkan wajahnya hingga jenggotnya hampir menyentuh bagian tengah untanya karena tawadhu’nya kepada Allah, setelah beliau melihat kemuliaan yang Allah karuniakan kepada beliau dengan berhasilnya menaklukkan Makkah.”

g. Membersihkan sisa-sisa kesyirikan

Rasulullah Saw. memasuki Makkah dengan mengendarai unta menuju Ka’bah. Sedang kaum Quraisy telah membuat banyak berhala di sekeliling Ka’bah. Berhala-berhala itu kaki-kakinya dicor dengan timah. Rasulullah Saw. mulai menghancurkan berhala-berhala itu ((tak boleh ada kemusyrikan di Masjidil Haram)) sambil membaca firman Allah,

“Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” (TQS. al-Isra’ [17]: 81) sehingga tidak satupun berhala yang tersisa.
Kemudian beliau memerintahkan kaum muslimin berkumpul. Selanjutnya, beliau berthawaf sebanyak tujuh kali putaran dengan mengendarai untanya, beliau mengusap rukun dengan tongkat yang dipegangnya. Fadhalah bin Umair al-Laitsi berusaha membunuh Rasulullah Saw. Ketika Fadhalah telah dekat dengan Rasulullah Saw., beliau bersabda kepadanya, “Apakah engkau Fadhalah?” Fadhalah bin Umair menjawab, “Benar, aku Fadhalah, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Apa yang telah engkau katakan kepada dirimu sendiri?” Fadhalah menjawab, “Aku tidak mengatakan apa-apa kepada diriku. Aku hanya berdzikir kepada Allah Swt.” Beliau tertawa, kemudian bersabda, “Wahai Fadhalah, beristighfarlah kepada Allah.” Lalu, beliau meletakkan tangannya ke dada Fadhalah bin Umair hingga hati Fadhalah merasa tenang. Fadhalah bin Umair berkata, “Demi Allah, tiba-tiba Rasulullah Saw. menjadi orang yang paling aku cintai, sebelum beliau mengangkat tangannya dari dadaku.”
Selesai melakukan thawaf beliau memanggil Utsman bin Thalhah, lalu beliau mengambil kunci Ka’bah darinya. Beliau membuka Ka’bah, memasukinya, dan berkeliling di dalamnya. Beliau menemukan patung burung merpati yang terbuat dari kayu, lalu beliau memecahkannya dengan tangan beliau, dan kemudian membuangnya. Beliau melihat gambar-gambar malaikat di dinding Ka’bah, lalu beliau menghapusnya. Beliau juga melihat gambar Ibrahim as. sedang mengundi nasib dengan anak panah di tangannya, lalu beliau menghapusnya. Beliau bersabda, “Semoga Allah membunuh mereka yang membuat gambar nenek moyang kami, Ibrahim sedang mengundi nasib. Ingat! Ibrahim tidak mungkin mengundi nasib.”
Firman Allah,

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (TQS. Ali Imran [3]: 67)

h. Amnesti umum

Kemudian, Rasulullah Saw. pergi, dan lalu berdiri di pintu Ka’bah, sedang orang-orang telah berkumpul di depan beliau. Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, yang tidak ada sekutu bagi-Nya yang menepati janji, yang memenangkan hamba-Nya, dan yang menaklukkan pasukan sekutu, sendirian. Ketahuilah bahwa setiap kemuliaan, darah, atau kekayaan yang diidamkan itu berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali pelayan Ka’bah dan pemberi minuman kepada jamaah haji. Ketahuilah, pembunuhan karena salah sasaran, dengan cambuk dan tongkat itu sama dengan pembunuhan semi sengaja, maka diyatnya sangat diperberat, yaitu seratus unta, dan empat puluh ekor di antaranya dalam keadaan hamil. Wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan semangat jahiliyah dan semangat mengagung-agungkan nenek moyang kalian. Ingat! semua manusia berasal dari Adam, sedang Adam berasal dari tanah.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (TQS. al-Hujurat [49]: 13)
Beliau bersabda, “Menurut perkiraan kalian, aku akan berbuat apa kepada kalian?” Mereka menjawab: “Engkau akan berbuat baik, (sebab) engkau saudara (kami) yang baik, dan engkau anak dari saudara (kami) yang baik.” Beliau bersabda: “Pergi! Kalian semua bebas.”

i. Membersihkan para pengacau Negara Islam

Meskipun beliau telah mengeluarkan amnesti umum terhadap kaum musyrikin, namun beliau tidak memaafkan terkait dengan orangorang tertentu, dan menghalalkan darahnya. Untuk itu, beliau memerintahkan agar membunuh mereka di manapun mereka berada, walaupun mereka berada di bawah kelambu Ka’bah. Sebab, mereka senantiasa menghasut dan memprovokasi orang-orang untuk melawan Negara Islam. Mereka itu adalah:

1. Abdullah bin Sa’ad

Ia adalah saudara Bani Amir bin Luay. Rasulullah Saw. mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, sebab sebelumnya ia adalah seorang muslim, bahkan ia menjadi penulis wahyu untuk Rasulullah Saw., namun kemudian ia murtad, dan kembali bergabung dengan kaum Quraisy. Setelah ia tahu bahwa Rasulullah Saw. menghalalkan darahnya, maka Abdullah bin Sa’ad meminta perlindungan kepada Utsman bin Affan. Sebab, Utsman bin Affan merupakan saudara susuannya.
Utsman menyembunyikannya. Setelah para sahabat dan penduduk Makkah merasa tenang, Utsman membawanya kepada Rasulullah Saw., dan meminta jaminan keamanan untuknya. Abdullah bin Sa’ad datang kepada Rasulullah Saw. dengan penuh penyesalan, dan ia kembali menjadi muslim, bahkan ia menjadi muslim yang baik dan taat. Dan di masa kekhilafahan Umar bin Khaththab, ia diangkat sebagai wali (gubenur) untuk menangani tugas-tugas Negara Islam.

2. Abdullah bin Khathal

Ia adalah salah seorang dari Bani Taim bin Ghalib. Rasulul-lah Saw. mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, sebab sebelumnya ia adalah seorang muslim. Kemudian Rasulullah Saw. mengutusnya sebagai petugas yang mengurusi zakat. Ia dibantu oleh satu orang dan satu orang budak muslim yang melayaninya. Ketika tiba di suatu tempat, ia memerintahkan budak tersebut untuk menyembelih kambing, lalu memasaknya. Setelah memerintahkan budak tersebut, Abdullah bin Khathal tidur. Namun, setelah ia bangun, ia melihat budak tersebut tidak memasak apa-apa. Sehingga ia marah, lalu ia menyiksanya, hingga budak tersebut meninggal. Kemudian, Abdullah bin Khathal murtad, dan kembali musyrik.
Tidak lama setelah Abdullah bin Khathal jatuh dalam genggaman Sa’id bin Huraits al-Makhzumi dan Barzah al-Aslami, kedua sahabat ini membunuhnya. Abdul bin Khathal memiliki dua orang wanita penghibur (penyanyi) dan seorang istri. Kedua orang wanita penghibur itu kemudian menyanyi yang berisi celaan dan ejekan terhadap Rasulullah Saw. Kemudian, Rasulullah Saw. mengeluarkain perintah agar membunuh kedua wanita penghibur bersama dengan Abdullah bin Khathal. Salah satunya berhasil dibunuh, sedang yang satunya lagi berhasil melarikan diri kemudian ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah Saw. dan beliau memberinya. Lalu, ia kembali.

3. Huwairits bin Nuqaidz

Di Makkah, ia termasuk di antara orang-orang yang pernah menyakiti Rasulullah Saw., dan juga termasuk di antara orang-orang yang menghasut dan memprovokasi orang-orang agar melawan Negara Islam. Namun, tidak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib berhasil membunuhnya.

4. Miqyas bin Shubabah

Rasulullah Saw. mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, sebab ia telah membunuh salah seorang kaum Anshar yang telah membunuh saudaranya dengan tidak sengaja, dan ia kembali bergabung dengan kaum Quraisy sebagai orang musyrik. Namun tidak lama ia berada dalam genggaman Numailah bin Abdullah, Numailah bin Abdullah membunuhnya.

5. Sarah

Ia adalah mantan budak Bani Abdul Muththalib. Di Makkah, ia menyakiti Rasulullah Saw. dan menghasut orang-orang agar melawan beliau. Setelah ia tahu bahwa Rasulullah Saw. menghalalkan darahnya, maka ia bersembunyi. Dan ia tetap bersembunyi, hingga akhirnya ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. memberinya.

6. Ikrimah bin Abu Jahal

Setelah Ikrimah tahu bahwa Rasulullah Saw. telah menghalalkan darahnya, maka ia melarikan diri ke Yaman. Sedang istrinya, Ummu Hakim bintu Harits bin Hisyam masuk Islam. Kemudian istrinya meminta untuknya jaminan keamanan dari Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. memberinya. Lalu istrinya pergi mencarinya ke Yaman. Setelah ketemu ia membawanya kepada Rasulullah Saw., dan akhirnya Ikrimah bin Abu Jahal juga masuk Islam.

j. Hari kebaikan dan pemenuhan janji

Kemudian, Rasulullah Saw. duduk di Masjidil Haram. Lalu Ali bin Abi Thalib datang kepada beliau dengan membawa kunci Ka’bah di tangannya. Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Rasulullah, kumpulkan untuk kami penjaga Ka’bah dan pamberi minum orang-orang yang sedang menjalankan ibadah haji, semoga shalawat (rahmat) Allah tetap atas kamu.” Rasulullah Saw. tidak memperdulikan perkataan Ali. Beliau bersabda, “Mana Utsman bin Thalhah? Panggilkan dia.” Setelah Utsman bin Thalhah berada di hadapan beliau. Beliau bersabda, “Wahai Utsman, ini aku berikan kuncimu. Sungguh, hari ini adalah hari kebaikan dan hari pemenuhan janji.”

k. Memproklamirkan kedaulatan Negara Islam atas Makkah

Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal agar menaiki Ka’bah, dan memerintahkan agar mengeraskan suaranya ketika adzan. Pelaksanaan adzan ini sebagai bentuk pengumuman bahwa kedaulatan setelah ini hanya milik Allah, di mana tidak seorangpun yang menyekutukannya, “Allah Maha Besar, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah.”
Sesungguhnya Rasulullah Saw. adalah orang yang menyampaikan sistem yang diridhai Allah untuk negara yang sedang berkuasa ini atas nama Allah, “Aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah.”
Sehingga semua orang harus menerima dengan penuh ketaatan kepada para penyeru negara ini, yang bertujuan (cita-citanya) melenyapkan kezhaliman dan berbagai bentuk ketidakadilan, dan menyebarkan keadilan dan kesejahteraan di dunia “Mari menuju kemenangan.”
Pelaksanaan adzan tidak lain, kecuali sebagai bentuk pengumuman politik yang isinya bahwa Rasulullah mengokohkan kedaulatan Negara Islam yang sedang berkuasa atas nama Allah terhadap negeri yang ditaklukkan. (Lihat Lampiran 14, Mobilisasi pasukan Islam antara Penaklukan Makkah sampai pasca perang Tabuk)

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam