Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 11 Desember 2017

Perang Mu’tah Nabi SAW Melawan Romawi



7. Perang Mu’tah

(Mu’tah adalah nama desa (kampung) bagian dari wilayah al-Balqa' di negeri Syam. Sekarang Mu’tah dikenal dengan nama al-Kark.)

a. Sebab perang Mu’tah

Rasulullah Saw. mengirim Harits bin Umair al-Azdi kepada penguasa Bashra yang dikuasai Romawi, Syarhabil bin Amru al-Ghasani untuk menyampaikan risalah Islam dan menyerunya untuk memeluk Islam. Syarhabil menahan Harits bin Umair al-Azdi, mengikatnya, dan membunuhnya. Apa yang dilakukan Syarhabil ini merupakan pelecehan yang besar terhadap Negara Islam yang tidak boleh didiamkan. Untuk itu, Rasulullah Saw. menyiapkan tentara untuk memberi pelajaran kepada pemimpin bangsa Arab Syarhabil yang menjual dirinya kepada bangsa Romawi.

b. Tentara Islam

Rasulullah Saw. telah memperhitungkan bahwa orang-orang Romawi -para pemimpin di balik Syarhabil- akan bergerak untuk memberikan perlindungan terhadap antek mereka Syarhabil. Untuk itu, Rasulullah menyusun tentaranya ini dengan setiap potensi yang dimiliki Negara Islam, sehingga kekuatannya mencapai 3.000 mujahid. Dan ini merupakan tentara terbesar yang pernah dikirim oleh Rasulullah Saw. hingga sekarang.
Rasulullah Saw. menilai bahwa kerugian-kerugian yang akan menimpa tentara ini sangatlah besar. Tentara ini akan mendapatkan komando dari para pimpinannya. Rasulullah Saw. mengangkat untuk tentara ini tiga orang pemimpin yang akan menangani kepemimpinan secara bergantian. Setiap pemimpin terbunuh, maka kepemimpinan diserahkan kepada pemimpin yang lain sesudahnya. Mereka itu adalah Zaid bin Haritsah, jika Zaid bin Haritsah gugur maka diganti oleh Ja’far bin Abu Thalib, dan jika Ja’far bin Abu Thalib gugur maka digantikan oleh Abdullah bin Rawahah.

Dalam dunia politik, reputasi Negara Islam telah mampu mempengaruhi berbagai negeri. Meski terkadang reputasi dan wibawa Negara Islam tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan oleh tentara Negara Islam. Karena itu, Rasulullah Saw. tidak menunda-nunda lagi pengiriman tentara ini, meskipun menurut penilaiannya tidak berimbangnya kekuatan dan besarnya kerugian yang akan dideritanya, namun beliau harus mengirimnya demi menjaga reputasi Negara Islam.

Tentara Negara Islam itu telah mengadakan persiapan, dan mereka bersiap-siap untuk berangkat menunaikan tugas. Ketika saat keberangkatan tiba, kaum muslimin melepas dan mengucapkan salam. Ketika mereka melepas Abdullah bin Rawahah bersama para komandan pasukan yang diangkat Rasulullah Saw., Abdullah bin Rawwahah menangis. Mereka bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai putra Rawwahah?” Abdullah bin Rawwahah menjawab, “Demi Allah, aku menangis bukan karena cintaku kepada dunia, atau rinduku kepada kalian, namun aku pernah mendengar Rasulullah Saw. sedang membaca ayat di antara ayat-ayat al-Qur'an yang mengingatkan tentang Neraka.

Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.“ (TQS. Maryam [19]: 71)

Sungguh, aku tidak tahu bagaimana nasibku setelah kematian.” Kaum muslimin berkata, “Semoga Allah menyertai kalian, melindungi kalian, dan mengembalikan kalian kepada kami dalam keadaan selamat.” Kemudian Abdullah bin Rawwahah berkata:
“Namun, aku memohon kepada ar-Rahman ampunan
Pukulan keras hingga darah bermuncratan
Atau tikaman dari kedua tangan bajingan
Dengan tombak yang menembus usus dan hati pembawa kematian
Sehingga, saat mereka melewati kuburanku, mereka mengatakan
Allah membimbing para pejuang, dan ia telah mendapatkan”

Tentara kaum muslimin berjalan hingga sampai di Mu’an bagian dari wilayah Syam. Di Mu’an ini tentara kaum muslimin mendapatkan informasi bahwa Herakleus telah tiba di Ma’ab bagian dari wilayah al-Balqa' dengan membawa pasukan berkekuatan 100.000 Romawi ditambah 100.000 tentara gabungan dari Judzam, al-Qain, Bahra', dan Bali yang bergabung dengan mereka. Setelah kaum muslimin mendengar informasi tersebut, mereka tinggal di Mu’an selama dua malam sambil memikirkan rencana mereka selanjutnya.
Sebagian dari mereka berkata, “Kita kirim surat kepada Rasulullah Saw. dan kita jelaskan tentang kekuatan musuh, agar beliau mengirim bantuan personel atau menyuruh kita kembali.” Abdullah bin Rawwahah memotivasi mereka dengan berkata, “Wahai kaum muslimin, demi Allah, sesuatu yang kalian takuti pada hakikatnya adalah sesuatu yang kalian minta selama ini, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi musuh karena besarnya jumlah kita, kuatnya kita, tidak pula karena banyaknya kita, namun kita memerangi mereka karena agama Islam yang dengan agama ini Allah memuliakan kita. Berangkatlah kalian, niscaya kalian mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: kemenangan atau mati syahid.” Kaum muslimin berkata, “Sungguh demi Allah, Abdullah bin Rawwahah berkata benar.”

Demikian inilah perkataan Abdullah bin Rawwahah ra. yang dibakar oleh semangat keimanan, kejujuran, dan rindunya yang amat sangat terhadap Surga. Namun, perkataannya ini dianggap membahayakan tentara kaum muslimin. Sekiranya Rasulullah Saw. tahu, tentu beliau tidak menyetujuinya. Alasannya, apa yang terjadi setelah itu, Rasulullah Saw. menganggap baik penarikan mundur Khalid bin Walid dan pasukannya dari medan pertempuran yang membinasakan ini. Dengan penarikan mundur itu, Rasulullah Saw. memberi mereka pendapat lain, dengan resiko kerugian lebih sedikit, namun reputasi Negara Islam tetap terjaga.

c. Konflik bersenjata

Setelah kaum muslimin bertekad untuk menghadapi pasukan yang bergemuruh dari musuh-musuh Negara Islam, kaum muslimin terus berjalan. Ketika mereka sampai di perbatasan al-Balqa’, tepatnya di desa Masyarif, mereka bertemu pasukan Romawi dan pasukan gabungan bangsa Arab. Lalu kedua belah pihak saling mendekat, namun kaum muslimin pindah ke desa Mu’tah. Di sanalah kedua belah pihak bertemu.
Kaum muslimin telah bersiap-siap untuk menghadapi mereka dengan menunjuk salah seorang dari Bani Udzrah bernama Quthbah bin Qatadah sebagai komando pasukan sayap kanan, dan salah seorang dari kaum Anshar bernama Abayah bin Malik sebagai komando pasukan sayap kiri. Kemudian kedua belah pihak bertemu, dan lalu saling serang.
Zaid bin Haritsah bertempur dengan membawa bendera Rasulullah Saw. hingga ia menderita banyak luka-luka, dan mengalami pendarahan yang sangat, akhirnya ia pun bertemu Allah sebagai syahid. Kemudian, Ja’far bin Abu Thalib mengambil bendera Rasulullah Saw. tersebut, lalu Ja’far bertempur dengan membawa bendera Rasulullah sambil menunggang kudanya yang berwarna pirang. Akan tetapi, tidak lama kemudian, Ja’far turun dari kudanya dan menyembelihnya. Lalu Ja’far menyerang musuh hingga gugur. Ja’far bin Abu Thalib berkata:
“Betapa indah dan telah dekatnya Surga
Keadaannya nyaman dan segar minumannya
Orang-orang Romawi itu sinting dekat sekali siksanya
Mereka itu kafir jauh dari sanak keluarganya
Aku harus menyerangnya jika aku menjumpainya”

Ibnu Hisyam menceritakan bahwa Ja’ar bin Abu Thalib memegang bendera dengan tangan kanannya, setelah tangan kanannya terputus, ia memegangnya dengan tangan kirinya, dan setelah tangan kirinya terputus, ia mendekapnya dengan kedua lengannya, hingga akhirnya Ja’far ra. gugur dalam usia 30 tahun. Allah Swt. memberinya pahala dalam bentuk dua sayap, sehingga dengan dua sayap itu ia dapat terbang ke manapun ia mau.
Ketika Ja’far bin Abu Thalib gugur, Abdullah bin Rawwahah mengambil alih bendera perang. Dengan memegang bendera perang, ia terjun ke medan perang dengan menunggang kudanya. Karena ia agak ragu-ragu, maka ia mendorong dirinya dengan untaian-untaian kata berikut ini:
“Wahai diriku, aku bersumpah, terjunlah ke medan perang
Atau aku memaksamu terjun, meski kamu tidak senang
Mereka berteriak dan berkumpul mengeluarkan gema
Namun aku melihatmu sedang membenci Surga
Sudah sekian lama engkau merasakan keadaan tenang
Tidakkah engkau ini hanya setetes air mani dalam kantong air usang”

Abdullah bin Rawwahah berkata juga:
“Wahai diriku, jika engkau tidak terbunuh, engkau tetap akan mati
Inilah keranda kematian telah menanti
Apa yang engkau harapkan telah diberikan
Jika engkau melakukan aktivitas keduanya, maka akan engkau dapati bimbingan”

Setelah itu, Abdullah bin Rawwahah terjun ke medan perang. Di medan perang ini ia melakukan kebaikan. Dalam kitab sirah (sejarah hidup Nabi Saw.) disebutkan bahwa Abdullah bin Rawwahah menyendiri di suatu tempat untuk beristirahat, lalu ia didatangi oleh sepupunya yang membawa daging. Sepupunya berkata: “Kuatkan badanmu dengan daging ini, karena aku lihat kamu lapar sejak beberapa hari ini.” Abdullah bin Rawwahah mengambil daging tersebut dari tangan sepupunya, dan mengangkatnya ke mulut, namun sebelum daging itu sampai ke mulutnya, ia mendengar suara orang-orang yang sedang bertempur. Ia pun membuang daging itu dari tangannya, dan berkata: “Hai daging, kamu hanya untuk dunia.” Kemudian, ia mengambil pedangnya, lalu terjun ke medan perang dan bertempur hingga gugur.
Setelah Abdullah bin Rawwahah gugur, bendera perang diambil-alih oleh Tsabit bin Aqram saudara Bani al-Ajlan. Ia berkata: “Wahai kaum muslimin, angkatlah salah seorang dari kalian yang kalian sepakati untuk menjadi komandan pasukan.” Kaum muslimin berkata: “Engkaulah orangnya.” Tsabit bin Aqram berkata: “Aku tidak siap.”
Akhirnya, kaum muslimin sepakat mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan mereka. Setelah Khalid bin Walid memegang bendera perang, ia menyerang musuh dan bertempur dengan mereka sore hari. Setelah senja hari, Khalid memerintahkan pasukannya bertahan di tempatnya.

Khalid mengutus orang-orang yang akan menebarkan debu dari jauh, sehingga musuh mengira bahwa Khalid mendapat bantuan personel yang banyak. Setelah pagi tiba, Khalid mulai menyerang musuh, kemudian mundur. Sehingga musuh menduga yang tidak-tidak. Dengan demikian, kekalahan di pihak pasukan musuh, sedang kemenangan di pihak pasukan kaum muslimin.

d. Rasulullah diberitahu tentang syahidnya para komandan perang

Sampai wahyu kepada Rasulullah tentang musibah yang menimpa pasukan kaum muslimin di Mu’tah. Sedang yang syahid di antara pasukan kaum muslimin adalah para komandan perangnya. Musibah itu diceritakan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.
Rasulullah Saw. bersabda, “Bendera perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu bendera perang diambil alih oleh Ja’far bin Abu Thalib, kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid.” Lalu Rasulullah Saw. diam sehingga wajah orang-orang Anshar tampak berubah. Mereka menyangka bahwa sesuatu yang tidak mereka senangi telah terjadi pada Abdullah bin Rawwahah. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda lagi, “Kemudian bendera perang diambil alih oleh Abdullah bin Rawwahah, kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid.” Rasulullah Saw. bersabda lagi, “Dalam mimpiku, aku melihat mereka di Surga berada di atas singgasana dari emas. Aku lihat singgasana Abdullah bin Rawwahah agak berbeda dari singgasana dua sahabatnya. Melihat itu aku bertanya, “Mengapa singgasana Abdullah bin Rawwahah agak berbeda?” Lalu aku diberitahu bahwa Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib keduanya bertempur tanpa ragu, sedang Abdullah bin Rawwahah agak ragu-ragu, kemudian ia bertempur.”

e. Kembali ke Madinah al-Munawwarah

Khalid bin Walid ra. mengumpulkan pasukannya dan membawa mereka kembali ke Madinah al-Munawwarah. Ketika pasukan Islam mendekati Madinah, Rasulullah Saw. bersama kaum muslimin menyambut mereka, sedang anak-anak berlarian ikut menyambut mereka. Rasulullah Saw. datang menyambut mereka bersama kaum muslimin dengan mengendarai kuda. Beliau bersabda, “Ambillah anak-anak, lalu bawa mereka, dan berikan kepadaku anak Ja’far.”
Abdullah bin Ja'far dibawa kepada Rasulullah Saw., kemudian beliau mengambilnya dan membawanya dengan menaruhnya di depan beliau. Kaum muslimin mulai menaburkan debu di depan pasukan Islam sambil berkata, “Wahai orang-orang yang melarikan diri, kalian melarikan diri dari jalan Allah.” Rasulullah Saw. bersabda “Mereka tidak melarikan diri, namun mereka itu mundur kemudian menyerang kembali insya Allah.”

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam