Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam
Minggu, 26 Maret 2017
Rezim Sudan Melarang Pameran Buku Islam Yang Melawan Sekularisme
Rezim Sudan Melarang Pameran Buku Islam Di Area Publik al-Obayid Karena Rezim Secara Terbuka Mengharuskan Sekularisme
Untuk kedua kalinya, Hizbut Tahrir wilayah Sudan mengirim permintaan mengadakan pameran buku di al-Obayid, ibukotanya North Kordofan. Hizb meminta bahwa pameran diadakan di sebelah timur Masjid Besar, di samping tenda, tapi komisioner daerah lokal Shikan, yang menjadi kepala komite keamanan, berkomentar mengenai lokasi: "Kami tidak setuju dengan tempatnya karena itu masih termasuk area masjid (area sholat)." Dia meminta proposal berbeda, dan dengan prasangka baik maka Hizb menulis ulang permintaan dengan lokasi baru: (Freedom Square), tapi ternyata si komisioner mengingkari janjinya dengan alasan bahwa komite keamanan menganggap tempatnya tidak cocok.
Berdasarkan itu, kami ingin menjelaskan bagi publik:
Pertama: Ini bukanlah kali pertamanya bahwa Hizbut Tahrir Sudan mengadakan pameran buku Islam. Ratusan area publik di berbagai daerah Sudan telah menyaksikan ratusan pameran di mana masyarakat melarisinya untuk mendapatkan pemahaman peradaban Islam dan telah berinteraksi dengannya, dan mengapresiasi ide-ide dalam buku-bukunya. Kota al-Obayid itu sendiri telah menyaksikan pameran seperti ini sebelumnya; diadakan dengan baik, teratur, dan disiplin tanpa ada penolakan dari siapapun; diakhiri dengan tertib dan tidak ada alasan bagi pelarangan.
Kedua: Pameran adalah cara mengedukasi Umat Islam, dan upaya mengemban seruan Islam yang merupakan kewajiban kaum Muslimin, dan menghalangi aktivitas ini berarti menjauhkan orang dari jalan Allah Swt., dan menjadi genderang perang melawan Allah Swt., apapun alasan zalimnya, dan mencegah dakwah Islam; yang semestinya tidak terbatasi waktu, atau tempat, dan Allah Swt. telah berjanji untuk menghukum mereka yang menjauhkan orang dari dakwah. Allah Swt. berfirman (artinya):
"...Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang lalim. (Yaitu) Orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok..." (TQS. Hud: 18-19)
Ketiga, telah menjadi jelas bahwa pelarangan ini sesuai dengan permintaan Amerika untuk sekularisasi negara secara terbuka. Untuk mendapatkan ridhanya Amerika, diperlukan upaya mencegah terwujudnya dakwah Islam, meskipun itu pamerann buku. Jika mereka setuju pameran tetap diadakan, mereka ingin supaya pameran itu tersembunyi dari penglihatan bos Baratnya, untuk mendapat ridhanya. Sebagian dari konsesi dan ketundukan ini: Menteri telah melarang ceramah agama di pasar dan tempat umum; dan sejumlah imam masjid telah dilarang khutbah jum'at, dan telah dimulai upaya menyingkirkan apapun hukum publik yang terkait Islam.
Keempat, di saat rezim membuka area-area publik ini, untuk mengadakan hura-hura dan pesta campur-baur, dan bermacam festival tak berguna, dia melarang seruan dakwah melanjutkan kehidupan Islam, maka ini semua membongkar karakteristik proyek yang disponsori penguasa semacam itu, yang korup dan tidak membaik, menipu dan tidak berdakwah.
Sebagai kesimpulan, kami telah berjanji kepada Allah dan Rasulullah bahwa kami akan terus mendakwahkan kebenaran, dan tidak akan dirugikan oleh mereka yang menyalahi kami, kami akan terus berupaya untuk tegaknya hukum Allah di bumi melalui pendirian-kembali Khilafah Rasyidah yang berjalan sesuai metode kenabian; mahkota semua kewajiban, penjaga agama, yang mengurus urusan-urusan dunia dengan aturan Islam, dengan keyakinan kami terhadap dekatnya pertolongan Allah. Untuk mereka yang menghalangi kami dari menyeru kepada Allah dan dari menyebarkan kebenaran kepada masyarakat, pikirkanlah firman Allah Swt. (artinya):
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (TQS. Ibrahim: 42)
Bacaan: khilafah.com/the-sudanese-regime-bans-an-islamic-book-exhibition-in-the-public-squares-of-al-obayid-in-line-with-the-requirements-of-open-secularism/
----
Janganlah terpedaya dengan berbagai ide kufur. Kaum Muslim harus bertahan di atas agamanya dan tidak akan pernah menanggalkan Islam demi sekularisme, liberalisme dan nilai-nilai kufur. Peradaban sekularisme di mana Islam dipisah dari kehidupan publik termasuk dalam politik adalah peradaban yang hina.
Demi Allah, aneh ketika seorang pemimpin yang beragama Islam menyeru kaum muslim untuk meyakini sekularisme. Yaitu menyeru kaum muslim untuk memisahkan agama (Islam) dari politik, dengan konsekuensi meninggalkan syariah Rabb semesta alam dan mengadopsi syariah hawa nafsu manusia lalu berlindung di balik semboyan keberagaman.
Dan di dalam agama Islam ada kecukupan yang membuat kita tidak perlu meminta bantuan dengan yang lain. Di dalamnya juga ada kebenaran dan keadilan yang membuat kita tidak perlu merujuk kepada kebatilan dan kegelapan sistem demokrasi.
Perhatian utama kita, upaya kita dan harapan kita adalah satu, yaitu: agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi; agar Allah SWT menolong umat dan memberikan kemudahan kepada para aktivis yang berjuang untuk menegakkan Khilafah.
Rabu, 22 Maret 2017
Kedudukan Ulama Sebagai Garda Pembela Islam
Ulama adalah manusia biasa
seperti kita, hanya saja Allah SWT telah memilih para Ulama sebagai hamba-hamba
pilihan-Nya sekaligus sebagai Wali (kekasih)-Nya dan telah menganugerahkan kepada
mereka keutamaan, kelebihan dan kemuliaan dibandingkan manusia biasa lainnya, yaitu
berupa ilmu dan keimanan yang kokoh dan ketaqwaan yang tinggi.
Ulama memang bukan Nabi, tapi
mereka para Ulama adalah Pewaris para Nabi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
(artinya):
“Sesungguhnya Ulama adalah
pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh
mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah
mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no.2681,
Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu
Dawud no.3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan shahih oleh
al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan,
“Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no.3096, Shahih Sunan
at-Tirmidzi no.2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no.182, dan Shahih at-Targhib,
1/33/68)
Allah SWT pun berfirman
(artinya):
“Kemudian kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (TQS. Fathir:
32)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, Allah SWT berfirman
(artinya), “Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab
(al-Qur’an) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat
ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Ayat ini
sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi al-‘ulama waratsatil anbiya (Ulama adalah pewaris para Nabi).”
(Fathul Bari, 1/83)
Al-Imam asy-Syaukani rahimahullah mengatakan bahwa maknanya
adalah, “Kami telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba
Kami yaitu al-Kitab (al-Qur’an). Kami telah tentukan dengan cara mewariskan
kitab ini kepada para Ulama dari umat engkau wahai Muhammad yang telah Kami
turunkan kepadamu. Tidak ada keraguan bahwa Ulama umat ini adalah para Sahabat dan
orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah SWT telah memuliakan mereka atas
seluruh hamba dan Allah SWT menjadikan mereka sebagai umat di tengah-tengah agar
mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat kemuliaan demikian
karena mereka umat Nabi yang terbaik dan sayyid
bani Adam.” (FathulQadir, hlm. 1418)
Allah SWT juga menegaskan
dalam firman-NYA (artinya):
"Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan." (TQS. Al-Mujadilah: 11)
Lantas siapakah yang layak
dan pantas disebut dan menyandang gelar Ulama..?!
Pengertian
Ulama
Secara harfiah menurut
bahasa etimologi, kata Ulamāʾ () berasal dari bahasa arab (yang
berarti mengetahui) perubahan kaidah tashrif
arab menjadi kata () ismul fa il (kata
untuk menunjukkan si pelaku yang berarti orang yang mengetahui). Kemudian dari
kata tunggal () berubah menjadi kata jamak () yang diartikan sebagai
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
Terminologi Ulama menurut Wikipedia,
Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina
dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah
sehari-hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial
kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti,
kemudian arti Ulama tersebut berubah ketika diserap ke dalam Bahasa Indonesia, yang
maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam. (https://id.wikipedia.org/wiki/Ulama)
Ulama Menurut istilah adalah
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai Al-Quran dan Al-Hadits
dan Menerapkan Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam kehidupannya. Ulama adalah orang-orang
yang mengetahui Al-Quran (baik bacaannya maupun kandungannya) dan
mengajarkannya.
Ulama adalah orang-orang yang
mendapat ilmu Rasulullah SAW dan setiap harinya disibukkan dengan ilmunya seperti
tabligh atau dakwah, mengajar dan mengarang kitab serta menasihati penguasa. Dan
masih banyak lagi yang lain namun pada dasarnya tetap sama yaitu orang-orang
yang bukan hanya sangat memahami ilmu agama Islam, namun juga mengamalkan
ilmunya.
Ulama adalah orang-orang
yang mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi setelah para Nabi dan Rasul dan
Ulama adalah pewaris para rasul. Pewarisan Ulama di sini bukan hanya sekedar
mengenai ilmu dan hal-hal istimewa yang diberikan kepada mereka, akan tetapi
juga mencakup beban dan tugas mereka dalam meluruskan dan membimbing masyarakat
kepada jalan yang benar menurut Akidah dan Syariah Islam.
Allah SWT menegaskan sosok
Ulama yang sesungguhnya dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya di antara
hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (TQS. Fathir: 28)
Maka sebagai pelaku dalam
ayat ini adalah: Para ulama adalah orang yang paling khawatir dan paling takut
kepada Allah. Lafdzul jalalah (Allah)
sebagai obyek yang didahulukan. Adapun faidah dan fungsi didahulukannya peletakan
obyek ini adalah: untuk pembatasan kerja subyek. Maksudnya yang takut kepada
Allah SWT tidak lain hanyalah para Ulama. Karena kalau subyeknya yang
didahulukan pastilah pengertiannya akan berbeda, dan menjadi "Sesungguhnya
para Ulama takut kepada Allah," Permaknaan seperti ini tidak dibenarkan,
karena artinya ada di antara para Ulama yang tidak takut kepada Allah.
Atas dasar inilah Syaikhul
Islam berkomentar tentang ayat ini: “Hal ini menunjukkan bahwa setiap yang
takut kepada Allah maka dialah orang yang Alim, dan ini adalah haq. Dan bukan
berarti setiap yang Alim akan takut kepada Allah”. (Dari kitab “Majmu Al
Fatawa”, 7/539. Lihat “Tafsir Al Baidhawi”, 4/418, Fathul Qadir, 4/494).
Dari penjelasan di atas maka
ayat yang mulia ini memberikan faidah: "Sesungguhnya para Ulama itu
pemilik rasa takut kepada Allah, dan sesungguhnya siapa saja yang tidak takut kepada
Allah berarti dia bukanlah seorang alim".
Al-Imam Ibnu Katsir
Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dan benar-benar
takut adalah para Ulama yang mereka paham betul tentang hakikat Allah SWT, karena
ketika pengetahuan kepada Yang Maha Agung dan Maha Kuasa sudah sempurna dan
bekal ilmu tentang-Nya sudah memadai maka perasaan takut kepada-Nya akan
semakin besar..”
Ali bin Abi Thalhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu
anhu tentang firman Allah SWT. Dia berkata, "Mereka yang takut kepada
Allah adalah mereka yang mengetahui sesungguhnya Allah Kuasa atas segala sesuatu."
Said bin Jubair berkata, "Yang dinamakan takut adalah yang menghalangi anda
dengan perbuatan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla." Al-Hasan Al-Bashri
berkata, "Orang Alim adalah yang takut kepada Yang Maha Pemurah terkait
perkara yang Ghaib, menyukai apa yang disukai oleh Allah, dan menjauhi apa-apa
yang mendatangkan kemurkaan Allah. Lalu beliau membaca Ayat (artinya): “Sesungguhnya
di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dari Abdullah bin
Mas‟ud Radhiyallahu anhu dia
berkata, "Bukanlah yang dikatakan orang berilmu itu orang yang banyak
hafal hadits, akan tetapi yang dinamakan orang berilmu itu orang yang rasa
takutnya amat besar."
Sufyan Ats Tsauri
meriwayatkan dari Abu Hayyan At-Taimi dari seorang lelaki dia berkata,
"Seorang yang alim tentang Allah adalah orang yang Alim tentang perintah Allah.
Orang yang Alim tentang perintah Allah bukanlah orang yang alim tentang Allah. Adapun
orang yang Alim tentang Allah dan tentang perintah Allah, dialah orang yang
takut kepada Allah SWT dan mengetahui koridor agama serta hal-hal yang
difardhukan oleh agama. Adapun orang yang Alim tentang Allah bukanlah orang yang
Alim tentang perintah Allah apabila dia takut kepada Allah SWT dan tidak mengetahui
ajaran agama serta hal-hal yang difardhukan oleh agama. Begitupun orang yang Alim
tentang perintah Allah bukanlah orang yang alim tentang Allah jika dia adalah
orang yang mengetahui batasan-batasan dan hal-hal yang difardhukan oleh agama
akan tetapi sama sekali tidak takut kepada Allah Azza wa Jalla." (Dikutip dengan ringkas dari Tafsir Ibnu
Katsir, 4/729)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah berkata dalam kitab “Majmu Al Fatawa”, 17/21, tentang firman Allah
Maksud dari ayat tersebut
adalah tidak takut kepada Allah melainkan orang yang Alim. Allah telah memberitakan
sesungguhnya setiap yang takut kepada Allah maka dialah orang yang alim,
sebagaimana Firman Allah dalam ayat yang lain (artinya):
"(Apakah kalian hai orang
musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (TQS. Az-Zumar: 9)
As-Sa’di Rahimahullah berkata: “Setiap orang yang
pengetahuannya kepada Allah sangat mendalam, maka dialah orang yang banyak takut
kepada Allah. Maka rasa takutnya kepada Allah mewajibkan dia menghindari perilaku
maksiat dan selalu bersiap diri menjumpai yang ia takuti. Ini merupakan bukti dari
keutamaan ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu menuntun untuk takut kepada Allah,
dan orang yang biasa takut kepada Allah maka dia layak mendapat karomah-Nya,
sebagaimana firman Allah SWT (artinya): "Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada
Tuhan-Nya." (TQS. Al-Bayyinah: 8)
Kesimpulannya: Sesungguhnya
subyek dalam ayat tersebut adalah para Ulama. Pengertian ayatnya adalah:
"Sesungguhnya tidak ada yang takut kepada Allah SWT melainkan para Ulama. Merekalah
yang paling mengetahui kekuasaan-Nya dan kemampuan-Nya.
Ulama
Benteng Terakhir Islam dan Ujung Tombak Umat Islam
Abud Darda’ radhiyallahu anhu berkata,
“Perumpamaan para ulama di
tengah-tengah umat manusia bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi
penunjuk arah bagi manusia.” (Akhlaq al-‘Ulama, hal.29, Imam al-Ajurri meriwayatkan
dengan sanadnya dari Al Hasan)
Ulama juga adalah laksana bulan
purnama yang menerangi dunia tatkala kegelapan malam tiba. Ulama adalah laksana
perisai dan benteng yang kokoh. Baiknya Ulama akan membawa kebaikan bagi seluruh
umat manusia. Sedangkan, rusaknya Ulama akan membawa kerusakan bagi seluruh
umat manusia. Rasulullah SAW bersabda:
"Ingatlah, sejelek-jelek
keburukan adalah keburukan Ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan Ulama"
(HR. ad-Darimi).
Imam al-Ghazali menjelaskan:
"Setelah menulis keberanian
para ulama salaful ummah tentang banyak
dari mereka yang sangat berani ber-hisbah yaitu ber-amar makruf nahi munkar
bahkan terhadap para penguasa yang dzalim hingga siap syahid dibunuh para penguasa
karena mengamalkan hadits
“Jihad yang paling utama adalah
menyampaikan kalimat kebenaran di depan penguasa rusak yang menyimpang”.
Maka terakhir Imam Ghazali
memberikan penutup: “Bahwasanya rusaknya rakyat (masyarakat umum) disebabkan karena
rusaknya para penguasa, sedangkan rusaknya para penguasa disebabkan karena rusaknya
para Ulama. Para Ulama rusak karena terperdaya kecintaan harta dan wibawa
(tahta)".
Imam Al Ghazali melanjutkan “Barangsiapa
yang terperdaya kecintaan terhadap dunia, maka dia tidak akan mampu dan kuasa ber-hisbah
melakukan amar makruf nahi munkar terhadap perkara yang remeh, kecil dan sepele.
Bagaimana mungkin dia akan mampu ber-hisbah amar makruf nahi munkar terhadap para
penguasa dan perkara-perkara yang besar?." (Akhir Kitab Hisbah Amar Makruf
Nahi Munkar dari Kitab Ihya Ulumuddin Juz II Hal. 385)
Rasulullah SAW mengisyaratkan
hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT
tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar
ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhari no.100 dan Muslim no.2673)
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan bahwa asy-Sya’bi
berkata, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk
kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari
terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan.”
Di dalam Shahih al-Hakim diriwayatkan
dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma
secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah SAW): “Sesungguhnya termasuk
tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para Ulama dan diangkatnya
orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 60)
Wafatnya seorang yang alim
akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini menunjukkan keberadaan Ulama di tengah
kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan berkah dari Allah SWT. Lebih-lebih
Rasulullah SAW mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya (artinya):
“Sebagai kunci-kunci untuk
membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.” (Hadits
Hasan, Shahihul Jami', 4108)
Al-Bukhari meriwayatkan dari
Syaqiq, beliau berkata, “Aku pernah bersama ‘Abdullah dan Abu Musa, keduanya
berkata, Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya menjelang
datangnya hari Kiamat akan ada beberapa hari di mana kebodohan turun dan ilmu
dihilangkan.‟
Dalam riwayat Muslim dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia
berkata, “Rasulullah SAW bersabda:
“Zaman saling berdekatan,
ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam
hati), dan pembunuhan semakin banyak.‟
Ini menegaskan bahwasanya Ulama
adalah simbol sekaligus representasi Islam dan umat Islam. Karena itulah, Ulama
menjadi benteng terakhir Islam dan Umat Islam. Jika Ulama dirusak maka
terusakkanlah Islam dan umat Islam pun akan menjadi rusak, maka rusaklah pula seluruh
umat manusia. Di sinilah urgensi Ulama sebagai benteng terakhir Islam sekaligus
menjadi ujung tombak umat Islam.
Karena itulah sejak dulu, Ulama
memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai peristiwa sejarah penting, terutama
sejarah perubahan masyarakat (social engineering).
Bahkan nyaris tidak ada satupun perubahan masyarakat di dunia ini yang tidak melibatkan
peran Ulama. Mereka jugalah orang pertama yang menyebarkan kesadaran ini di
tengah-tengah masyarakat hingga masyarakat memiliki kesadaran kolektif untuk
melakukan perubahan. Jika kesadaran terhadap kerusakan masyarakat belum tumbuh di
tengah-tengah masyarakat, niscaya tidak akan tumbuh pula keinginan untuk berubah,
apalagi upaya untuk melakukan perubahan. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa
Ulama merupakan sumber dan inspirasi perubahan.
Sayang, seiring dengan
kemunduran taraf berpikir umat Islam, yang ditambahi dengan proses sekularisasi
di Dunia Islam, umat Islam mulai kesulitan menemukan sosok Ulama yang mampu menggerakkan
perubahan, seperti yang pernah dilakukan Nabi SAW. Yang kita dapati adalah Ulama
yang fakih dalam masalah agama, tetapi tidak memiliki visi politik dan bukan negarawan
yang handal. Akhirnya, mereka mudah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Ada
pula Ulama yang memisahkan diri dari kekuasaan dan politik, dengan alasan
keliru, politik itu kotor dan najis.
Akibatnya, mereka tidak mampu
memberikan kontribusi bagi perubahan masyarakat dan negara. Mereka HANYA asyik dengan
ibadah-ibadah ritual yang sejatinya justru memberangus predikatnya sebagai Pewaris
Nabi. Ada pula Ulama yang, sadar atau tidak, terkooptasi oleh pemerintah kufur dan
antek-anteknya. Mereka rela menjual agamanya untuk kepentingan dunia. Jahatnya lagi,
mereka bahkan rela menzalimi saudara-saudara Muslimnya untuk memenuhi keinginan
kaum kafir. Ada pula yang bertingkah bak seorang artis yang hanya mengejar
popularitas belaka. Lantas, apa fungsi dan peran ulama sesungguhnya..?!
Peran
dan Fungsi Para Ulama
Peran dan fungsi strategis
Ulama dapat diringkas sebagai berikut:
Pertama: Pewaris para Nabi.
Tentu, yang dimaksud dengan Pewaris Nabi adalah pemelihara dan penjaga warisan
para Nabi, yakni wahyu atau risalah, dalam konteks ini adalah al-Quran dan
as-Sunnah. Dengan kata lain, peran utama Ulama sebagai Pewaris para Nabi adalah
menjaga agama Allah SWT dari kebengkokan dan penyimpangan. Hanya saja, peran
Ulama bukan hanya sekadar menguasai khazanah pemikiran Islam, baik yang
menyangkut masalah Akidah maupun Syariah, tetapi juga bersama umat berupaya menerapkan,
memperjuangkan, serta menyebarkan risalah Allah.
Dalam konteks saat ini, Ulama
bukanlah orang yang sekadar memahami dalil-dalil Akidah dan Syariah, kaidah istinbâth (penggalian hukum), dan
ilmu-ilmu alat lainnya. Akan tetapi, ia juga terlibat dalam perjuangan untuk
mengubah realitas rusak yang bertentangan dengan warisan Nabi SAW.
Kedua: Pembimbing, pembina
dan penjaga umat. Pada dasarnya, Ulama bertugas membimbing umat agar selalu berjalan
di atas jalan lurus. Ulama juga bertugas menjaga mereka dari tindak kejahatan, pembodohan,
dan penyesatan yang dilakukan oleh kaum kafir dan antek-anteknya yang berupa gagasan,
keyakinan, dan sistem hukum yang bertentangan dengan Islam.
Semua tugas ini mengharuskan
Ulama untuk selalu menjaga kesucian agamanya dari semua kotoran. Ulama juga
harus mampu menjelaskan kerusakan dan kebatilan semua pemikiran dan sistem
kufur kepada umat Islam. Ia juga harus bisa mengungkap tendensi-tendensi jahat di
balik semua sepak terjang kaum kafir dan antek-anteknya. Ini ditujukan agar
umat terjauhkan dari kejahatan musuh-musuh Islam.
Ketiga: Pengontrol penguasa.
Peran dan fungsi ini hanya bisa berjalan jika Ulama mampu memahami konstelasi politik
global dan regional. Ia juga mampu menyingkap makar dan permusuhan kaum kafir dalam
memerangi Islam dan kaum Muslim. Dengan ungkapan lain, seorang Ulama harus memiliki
visi politis-ideologis yang kuat, hingga fatwa-fatwa yang ia keluarkan tidak
hanya beranjak dari tinjauan normatif belaka, tetapi juga bertumpu pada konteks
ideologis-politis. Dengan demikian, fatwa-fatwanya mampu menjaga umat Islam
dari kebinasaan dan kehancuran, bukan malah menjadi sebab malapetaka bagi kaum
Muslim. Misalnya, fatwa yang dahulu dikeluarkan oleh syaikhul Islam mengenai bolehnya
kaum Muslim mengadopsi sistem pemerintahan demokrasi dan perundang-undangan
Barat pada akhir Kekhilafahan Islam. Fatwa ini tidak hanya keliru, tetapi juga menjadi
penyebab kehancuran Khilafah Islamiyah. Fatwa ini muncul karena lemahnya pemahaman
politis-ideologis ulama pada saat itu.
Keempat: Sumber ilmu. Ulama
adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan dan tempat
menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan di
atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ini, peran sentralnya adalah mendidik
umat dengan akidah dan syariah Islam. Dengan begitu, umat memiliki kepribadian Islam
yang kuat; mereka juga berani mengoreksi penyimpangan masyarakat dan penguasa.
Kelima: Ulama sebagai pemimpin
umat yang terdepan dalam memobilisasi dan menggerakkan umat dan seluruh elemen umat
Islam untuk perjuangan melanjutkan kehidupan Islam yaitu diterapkannya Syariah Islam
secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, menyebarluaskan Islam ke segala
penjuru dunia melalui dakwah dan jihad oleh Daulah Khilafah Rasyidah Islamiyah.
Perjuangan itu dilakukan para Ulama Pewaris Nabi bersama umat dan seluruh
elemen umat Islam apapun madzhab dan harakah dakwahnya. Karena Khilafah Islam adalah
benteng utama Islam sekaligus milik seluruh Umat dan kewajiban bagi seluruh Umat
Islam.
Inilah peran dan fungsi sentral
Ulama sebagai benteng terakhir Islam dan ujung tombak umat Islam di
tengah-tengah masyarakat. Hanya saja, sekularisasi dan demokratisasi telah menindas
fungsi dan peran Ulama di atas, sekaligus meminggirkan mereka dari urusan
negara dan masyarakat.
Aksi Damai Bela Islam Jilid
II 411 dan Aksi Super Damai Bela Islam Jilid III 212 yang sukses dipimpin dan dimobilisasi
para Ulama sebagai respon atas penistaan terhadap Islam, Al-Quran, Ulama dan
Umat Islam yang telah dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, menjadi
sinyal kuat kebangkitan Islam dan umat Islam sekaligus menjadi sinyal kebangkitan
Ulama Pewaris Nabi dan Persatuan Umat Islam yang bakal berpotensi bangkit kembali
menjelma menjadi raksasa adidaya Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah. Tentunya
ini, membuat penjajah kafir kapitalis baik asing maupun aseng beserta rezim
bonekanya sangat ketakutan hingga mereka pun menjadi Islamphobia dan super
paranoid dengan Islam.
Sehingga demi melanggengkan gurita
penjajahan hegemoni kapitalisme global mereka, penjajah kafir kapitalis asing dan
aseng tersebut pun melalui rezim bonekanya membuat banyak skenario jahat dengan
menghalalkan segala cara untuk mematikan kebangkitan Islam dengan menjadikan
hukum tumpul ke kafir dan hanya tajam ke bawah melalui sejumlah UU, adu domba
umat, adu domba Ulama dan kriminalisasi Islam, umat Islam dan khususnya
kriminalisasi Ulama.
Penjajah kafir kapitalis asing
dan aseng beserta rezim bonekanya sangat mengetahui dan memahami dengan benar
bahwa penghalang utama mereka untuk menguasai sepenuhnya negeri zamrud
khatulistiwa yang kaya raya dengan sumberdaya alamnya ini adalah Islam, umat Islam
dan khususnya Ulama sebagai benteng terakhir Islam dan ujung tombak umat Islam.
Karena itulah, mereka
berupaya keras untuk melemahkan dan menghancurkan Islam dan umat Islam melalui
adu domba umat, kriminalisasi Ulama dan pembunuhan karakter Ulama; mereka juga
membuat sebuah skenario jahat secara sistematis untuk membungkam Ulama melalui sertifikasi
penceramah atau sertifikasi Ulama yang dilakukan secara paksa oleh rezim boneka
ini demi mengamankan kepentingan tuan besarnya tersebut dalam melanggengkan
gurita penjajahan kapitalisme global mereka di negeri ini.
Menghancurkan Ulama sebagai benteng
terakhir Islam dan ujung tombak umat Islam sama saja menghancurkan Islam dan
umat Islam.
Memusuhi Ulama sama saja
memusuhi Allah SWT Sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan.
Siapapun yang memusuhi bahkan
mengkriminalkan Ulama dan membunuh karakter Ulama, maka dia benar-benar telah
menjadi musuhnya Allah.
Kecelakaan besarlah bagi mereka
khususnya penjajah kafir kapitalis asing dan aseng beserta rezim bonekanya yang
telah menjadi musuh Allah akibat memusuhi Ulama Pewaris Nabi dan agama-Nya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda (artinya):
“Sesungguhnya Allah
berfirman: 'Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah
mengumumkan peperangan kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
suatu (amal shalih) yang lebih Aku cintai daripada amal-amal yang Aku wajibkan
kepadanya (dalam Islam), dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya…”
(HR al-Bukhari 5/2384, no.6137).
Sungguh Allah SWT adalah
Maha Perkasa dan amatlah keras adzab dan siksa-Nya. Allah SWT berfirman (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang
kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi dengan tanpa alasan yang benar
dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka berilah mereka
kabar gembira, bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang
yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali
tidak memperoleh penolong.” (TQS. Ali Imran [3]: 21-22)
Dan juga Allah SWT berfirman
(artinya):
"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas
segala agama meskipun orang-orang musyrik benci." (TQS. Ash-Shaff [6]: 9)
Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya. Wallahu a'lam bish
shawab. []
Sumber bacaan: Zakariya
al-Bantany, Ulama Adalah Benteng Terakhir Islam
---
sebarkan Buku-Buku Supremasi Ideologi Islam
Jumat, 17 Maret 2017
Rusia Menindas Anggota Hizbut Tahrir Meski Di Swedia
Pada 25 Januari 2017, media Rusia menyatakan bahwa kepala Kementrian Dalam Negeri Rusia di Republik Tatarstan Artem Hohorim melaporkan sebuah rapat mengenai hasil kerja departemennya di 2016: memulai kasus-kasus kriminal melawan beberapa anggota Hizbut Tahrir yang termasuk warga negara Rusia yang saat ini tinggal di Swedia, dan tidak lama apartemen keluarga mereka digeledah, dan aktivitas operasional lainnya dilakukan. Hohorim mendeskripsikan para anggota partai ini sebagai "sebuah kelompok asli Tatarstan yang tinggal di Swedia dan mempropagandakan aksi-aksi radikal di antara netizen berbahasa Rusia."
Penguasa Rusia menuntutkan kasus kriminal terhadap Rustam Akhmedov, Ilnur Aminov, Lenar Galimov dan istrinya Laysan. Tampaknya, alasan yang dituduhkan bagi penindasan ini adalah aktivitas publik dari para anggota Hizbut Tahrir itu. Setelah meninggalkan Rusia, mereka meneruskan aktivitasnya membeberkan berbagai kejahatan rezim Rusia, menyadarkan publik termasuk dengan memproduksi video, berpartisipasi dalam wawancara dan aktif dalam jaringan sosial.
Otoritas Rusia berlanjut menindas anggota Hizbut Tahrir bahkan setelah mereka beremigrasi ke negara lain. Selain itu, pasukan keamanan di Rusia tidak hanya menjatuhkan kasus kriminal atas para anggota Hizbut Tahrir yang meninggalkan negara itu, tapi juga melancarkan aksi-aksi penghinaan terhadap para keluarga mereka, dan kemudian melaporkannya dalam "pencapaian" mereka, menyebutnya sebagai sebuah perjuangan melawan terorisme!
Ini adalah satu-satunya alat dalam kebijakan bangkrut mereka: segerombolan bully dan rekayasa yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Meski begitu, semua upaya mereka sia-sia, berbagai kebohongan mereka tidak bisa menyembunyikan kebenaran yang terang: seluruh dunia tahu bahwa Hizbut Tahrir, dalam mengikuti metode Nabi Muhammad Saw., tidak pernah menggunakan kekerasan dalam mengemban perjuangan intelektual-politik yang bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan mendirikan kembali Negara Khilafah Rasyidah yang berjalan di atas metode Kenabian di tanah-tanah Muslim.
Kami memohon kepada Allah Swt. untuk menyegerakan hari ketika Rusia akan dipaksa meninggalkan kebijakan-kebijakan anti-Islam, semua Muslim yang dipenjara secara zalim oleh penguasa Rusia akan dibebaskan, dan mereka tidak harus meninggalkan kampungnya dan keluarganya demi mencari keamanan!
Allah Yang Mahakuasa berfirman (artinya):
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (TQS. Ibrahim: 42)
Bacaan: khilafah.com
---
Di Hari Akhirat tentu balasan untuk rezim kufur nan zalim sangatlah pedih.
Ketika para pengemban dakwah menyerukan Islam, para penguasa despotik menjawabnya dengan penangkapan dan penjara. Namun, semua itu tidak menyurutkan para pengemban dakwah untuk terus berjuang hingga Islam benar-benar memayungi kembali dunia. InsyaAllah.
Berbagai makar yang dilakuan untuk mencegah kebangkitan Islam pasti akan sia-sia. Kebangkitan Islam adalah ketentuan Allah SWT yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun. Tindakan represif sekeras apapun tidak bisa memadamkan semangat perjuang umat Islam, membuat umat Islam takut, atau berhenti memperjuangkan Islam. Sudah banyak bukti, tindakan represif justru makin membakar keteguhan umat untuk memperjuangkan Islam.
Sebaliknya, rezim-rezim represif, sekuat apapun dia, banyak yang berakhir tragis. Bermusuhan dengan umat Islam apalagi memusuhi Islam adalah kebodohan dan berakhir dengan kondisi yang hina.
Keberhasilan perjuangan umat makin di depan mata, atas izin Allah SWT. Allahu Akbar.
Kamis, 16 Maret 2017
Lagi Rusia Menangkap Aktivis Karena Berafiliasi Hizbut Tahrir
Pada Jum'at 9/2/2017 Pasukan Keamanan di kota Ufa melakukan inspeksi dan menangkap beberapa Muslim karena berkaitan dengan Hizbut Tahrir. Penangkapan 9 orang dengan alasan mengorganisasi dan berpartisipasi dalam aktivitas organisasi teroris berdasarkan Artikel 205.5 Konstitusi Federal Rusia. Mereka yang ditangkap adalah: Zinellin Ruslan, Naimov Artyom, Mammadov Battier, Abdurahmanov Orwal, Aliyev Orwal, dan Zripov Artur, mereka ditempatkkan dalam sel sendirian di kota Diortol. Juga ada orang lain lagi yang ditahan, tapi nama dan tempatnya masih belum diketahui.
Juga belakangan ini kaum Muslimin ditangkap di kota Salavat dan Stirleetmak pada 2016, aparat keamanan tidak segera memperbarui data media tentang tuntutan baru yang diajukan, juga mereka tidak memberitahukan rincian inspeksi dan penahanan yang dilakukannya. Alasan di balik kerahasiaan ini atas penangkapan beberapa muslim karena tergabung dalam Hizbut Tahrir bisa jadi karena adanya perubahan dalam Artikel Konstitusi Federal Rusia mengenai partisipasi dalam aktivitas organisasi teroris karena kasus ini tidak cocok dengannya dan aktivitas Hizbut Tahrir partai Islam dunia telah diketahui merupakan partai politik.
Ada lebih dari 30 tahanan politik Muslim dari daerah Bashkortostan, jika aparat keamanan mampu mengelabui orang seperti di masa lalu bahwa melawan Hizbut Tahrir sama dengan melawan 'terorisme', maka hari ini mereka akan sulit mengelabui orang karena tuntutan penghukuman oleh mereka jelas-jelas karena alasan politik belaka.
Dan esok, dengan pertolongan Allah, Rusia akan terpaksa mengakui kesalahannya dalam kebijakannya memusuhi Islam, dan akan melihat bahwa cerita sesungguhnya di balik penangkapan para Muslim hari ini akan menjadi alasan bagi kebangkitan spiritual masyarakat.
Bacaan: khilafah.com
---
Kami memohon kepada Allah SWT untuk memperkuat iman, niat dan kesabarannya yang sedang diuji, sebagaimana kita memohon kepada-Nya agar dapat menginspirasi keluarga dan kerabatnya dengan kesabaran dan Allah adalah tempat bertumpu. Biarkan rezim kriminal tahu bahwa kejahatan mereka terhadap aktivis Muslim tidak akan pernah berlalu tanpa hukuman.
Bendera Islam, benderanya Khilafah sedang berkibar di seluruh dunia, dan kaum Muslim berusaha untuk melanjutkan cara hidup Islam dengan perjuangan mendirikan kembali Khilafah Rasyidah hingga bisa memberikan baiat kepada Khalifah Rasyidun. Jika tidak hari ini maka esok hari, InsyaAllah, dan kemudian rezim pemerintahan di Rusia dan rezim-rezim lainnya di negeri-negeri Muslim akan merasakan akibat dari kejahatan yang mereka lakukan terhadap Islam dan umat Islam, hari esok sudah di depan mata, namun siksaan akhirat jauh lebih besar jika mereka tahu.
Selasa, 14 Maret 2017
Penguasa Pakistan Terdesak Untuk Merusak Reputasi Hizbut Tahrir
Di saat kaum muslimin di Pakistan sudah mengenal Hizbut Tahrir dan metodenya, rezim Pakistan sedang sibuk menghinakan diri dengan kukuh menyebarkan kebohongan dan tuduhan terhadap Hizbut Tahrir. Pada 2 Maret 2017, harian "Aaj" di Peshawar mempublikasikan laporan badan-badan pemerintah sebagaimana biasanya, tanpa ada etika jurnalistik, menulis tentang penangkapan 4 aktivis Hizbut Tahrir, yang sedang membagikan selebaran dan dituduhkan bahwa senjata-senjata kemudian disita dari mereka.
Kebohongan semacam itu hanya akan merugikan rezim sendiri karena kaum Muslimin di pakistan sudah mengetahui bahwa Hizbut Tahrir hanyalah mengikuti metode Rasulullah Saw. dalam upayanya menjayakan kembali Islam untuk memerintah atas kaum Muslimin.
Mereka telah mengenal betul bahwa Hizbut Tahrir membatasi dirinya pada aksi-aksi politis dan intelektual saja dan menaati larangan Rasulullah Saw. dalam hal penggunaan senjata untuk mendirikan Negara Khilafah Islam.
Rezim memfitnah Hizbut Tahrir dengan mengatakan bahwa Hizb akan mengubah metodenya karena frustasi dan putus asa, padahal telah dikenal baik bahwa Hizbut Tahrir menaati Islam dalam semua tahap dakwahnya dan para syababnya telah mengalami penyiksaan berat dan mengorbankan diri selama puluhan tahun di seantero dunia Muslim, tanpa melanggar Allah Swt. dan Rasul-Nya Saw.
Sejatinya, frustasi dan keputusasaan lebih cocok untuk menjelaskan keadaan penguasa Pakistan itu sendiri, yang menyebarkan kebohongan meskipun kebohongan semacam itu telah terbukti gagal di masa Hizbut Tahrir masih kurang dikenal umat.
Memang, frustasi dan keputusasaan bagi rezim yang melihat tanda-tanda kembalinya Khilafah telah memandulkan kemampuan rezim dalam berpikir, karena bermacam kebohongan yang mereka buat hanyalah semakin mengungkap kebusukan mereka sendiri di hadapan tokoh umat dan militer.
Sungguh, telah dimaklumi bahwa rezim lalim, pembangkang terhadap Allah Swt. dan Rasul-Nya Saw., akan mencitrakan negatif kewajiban menegakkan Khilafah dan para pejuangnya. Namun demikian, disayangkan bahwa beberapa elemen media massa mau melayani rezim dalam kemunkaran, sementara banyak media massa lainnya yang tidak mau melawan penyimpangan rezim.
Memang, bagi mereka yang "tidak bisa bicara" dalam rangka mendukung perjuangan syariah dan khilafah, mereka harus mendukungnya dalam hati mereka. Rasulullah Saw. pernah bersabda (artinya),
"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam" (HR. Bukkhari dan Muslim)
Upaya lebih jauh lagi dalam menyikapi persoalan ini adalah umat mengkritik pemerintah zalim karena kebohongan-kebohongannya tanpa bukti dari Hizbut Tahrir sendiri.
Dan media massa pelayan kezaliman itu harus mulai bertaubat dan mencari pengampunan atas dosa-dosanya kepada Allah Swt. dan mmenyebarkan klarifikasi yang benar dari Hizbut Tahrir serta menolong Hizbut Tahrir dalam mengungkap kejahatan rezim dan kezalimannya terhadap Islam dan umat Islam.
Bacaan: Khilafah.com
---
Jangan lemah, jangan ‘saling menunggu’. Kita tidak boleh menunggu kemenangan tegak sementara kita berpangku tangan. Kita tidak boleh diam menunggu Khilafah tegak, karena menegakkan Khilafah itu adalah kewajiban kita bersama sebagai kaum Muslimin.
Saudara-saudara kita yang ada di negeri-negeri tertindas, berjuang seadanya. Tidak punya tempat tinggal, makanan, senjata apalagi teknologi modern. Tapi meski dengan kondisi seperti itu, tidak akan pernah menggentarkan, juga tidak bisa menghentikan jalan kemerdekaan, meski propaganda-propaganda negatif dan intelijen-intelijen juga dikirimkan kepada mereka.
Hari ini Anda menyaksikan, di mana-mana masyarakat bangkit hendak melakukan revolusi itu bukan sekadar ingin menggulingkan rezim, tetapi sekaligus untuk mengusir penjajahan gaya baru imperialis dan antek-antek penjaganya. Semua solusi yang ditawarkan imperialis pada hakikatnya adalah sekadar menggantikan rezim lama dengan rezim baru yang akan menjadi antek imperialis.
Sungguh, ummat Islam membutuhkan kepemimpinan untuk bangkit dan kembali menjadi adidaya dunia. Ummat Islam membutuhkan Khilafah Islamiyah, satu-satunya institusi negara Islam yang independen, tidak terikat dengan kepentingan negara lain. Khilafah Islamiyah akan menjalankan politik dan ekonomi yang bebas dari intervensi. Khilafah juga memiliki angkatan bersenjata dan persenjataan serta industri yang independen, bebas dari ketergantungan pada negara lain.
Hanya perjuangan untuk tegaknya Khilafah Islamiyah satu-satunya agenda politik yang shahih bagi ummat Islam.
Rezim Di Yordania melanjutkan Upaya Jahat Menangkap Syabab Hizbut Tahrir
(8/03/2017) Rezim kriminal di Yordania masih melanjutkan kampanye kriminalnya melawan para pengemban dakwah dari Syabab Hizbut Tahrir, sebagai bagian dari upaya kejinya melawan Islam sesuai dengan kampanye Amerika salibis melawan Islam dan Umat Islam; para aparat di Yordania berbuat zalim menangkap:
- Ustadh Saeed Radwan (Abu Imad) – ditahan dalam sel sendirian.
- Salim Jaradat – ditahan dalam sel sendirian dan mengalami penindasan dan dilarang berobat.
- Ustadh Hamza Bani Issa – dihajar dan disiksa oleh pengurus penjara.
- Ustadh Imad Qandil – ditahan dalam sel sendirian.
- Ibrahim Nasr – dihukum 4 tahun penjara atas tuduhan palsu, meski ada saksi untuk itu!
- Ustadh Taqi al-Din Ismail Amir – ditahan atas keputusan pejabat birokrasi.
Selain itu, puluhan Syabab dijatuhi kurungan rumah meskipun perkara mereka sudah diselesaikan pengadilan, dan dijatuhkan atas mereka denda untuk menebus berjumlah total jutaan dinar. Selain itu, paspor para syabab disita semata untuk merugikan mereka. Tidak ada yang menghambat kezaliman rezim dan mereka tidak takut ancaman Allah pada mereka. Yang Mahakuasa berfirman:"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (TQS. al-Buruj: 10)
Wahai kaum muslimin di Yordania:
Para syabab Hizbut Tahrir mengalami kebiadaban ini hanya karena mereka adalah garda depan yang tidak berbohong pada umat, dan karena mereka tidak takut demi Allah atas penghinaan siapapun, dan karena mereka mengatakan kebenaran yang menunjukkan penyimpangan dan pengkhianatan para penguasa zalim. Dan karena mereka mendedikasikan diri, darah dan uang mereka supaya umat kembali pada kejayaan dan kemakmuran, dipimpin oleh Kitab Allah Swt. dan Sunnah Rasulullah Saw. dalam naungan satu negara; Negara Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian; manhaj keadilan dan kedermawanan, dan manhaj kekuatan dan keagungan. Dan itulah apa yang ditolak para penguasa muslim, karena mereka menghalalkan kehinaan dan kerendahan untuk diri mereka, dengan menjadi algojo dan antek kafir Barat, menjalankan proyek mereka dan mengikuti aturan main mereka untuk menjaga umat tetap tersandera.
Maka kami mengajakmu untuk menghentikan tangan rezim kriminal, dan untuk mendukung syabab Hizbut Tahrir. Karena Nabimu Saw. bersabda (artinya):
“Barang siapa yang tidak membela saudaranya sesama muslim pada saat kehormatan dan harga dirinya dilecehkan, maka Allah pasti tidak akan membelanya pada saat pertolongan Allah sangat diharapkan.” [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/271) dan Ahmad dalam Musnad-nya (IV/30)]
Ini adalah sesuatu yang kamu berikan pada dirimu sendiri, sementara Hizbut Tahrir dan syababnya mereka tidak terhenti dengan pembunuhan, penahanan, siksaan dan bermacam penindasan dari melanjutkan bekerja dengan dedikasi dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan Negara Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Dan kami yakin dengan janjinya Yang Mahakuasa dan kabar gembira Rasul-Nya Saw.
Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) Hari yang tiada berguna bagi orang-orang lalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk." (TQS. Ghafir: 51-52)
Bacaan: Khilafah.com
---
Sungguh kaum Muslim, harta dan kehormatannya, bagi pemerintah kotor ini jauh lebih murah daripada secangkir kopi. Kehormatan tersebut masih menanti Khilafah yang akan mengirim tentaranya untuk melindunginya, sehingga bangsa-bangsa di dunia meyakini kemuliaan seorang Muslim dan kekuatan negaranya.
Apakah belum tiba saatnya bagi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, supaya mencabut rezim-rezim rusak dan zalim ini, kemudian di tempatnya kita bangun Khilafah Rasyidah yang mengikuti metode kenabian, yang akan menjaga agama dan dunia, sehingga dengan tegaknya Khilafah ini kaum Muslim memiliki perisai pelindung dari setiap kejahatan dan tipu daya musuh-musuhnya?
Sabtu, 11 Maret 2017
Kebohongan Sejarawan Barat Terhadap Tentara Inkisyariyah Khilafah
Sebagian besar sejarawan Barat menuduh, bahwa
tentara AI Inkisyariyah ini berasal dari anak-anak orang Nasrani yang dirampas
dari keluarganya dan dipaksa untuk memeluk Islam, sesuai ketentuan yang
-menurut mereka tertera dalam aturan Dafsyariyah. Mereka juga menuduh, bahwa
aturan itu diadopsi dari kewajiban membayar khumus dalam Islam. Mereka
menyangka, dengan aturan itu kaum muslimin Utsmani diperbolehkan mengambil
seperlima dari jumlah anak-anak orang Nasrani di setiap kota atau desa, sebagai
pembayaran upeti. Mereka menyebut hal itu sebagai “upeti anak"; disamakan
dengan ketentuan khumus (1/5) hasil rampasan perang yang harus diserahkan
kepada Baitul Mal. Di antara sejarawan Barat yang berpendapat demikian antara
lain Karl Brocklman, Gibbon dan Gibb. (Jawanib Mudhi'ah, hlm. 122.)
Apa yang dikatakan para sejarawan itu, pada
hakikatnya hanyalah kebohongan besar yang dimasukkan untuk mengotori kemuliaan
sejarah Sultan Orkhan bin Utsman dan Sultan Murad bin Orkhan. Kebohongan
tersebut terus mereka lekatkan terhadap seluruh penguasa Khilafah Utsmani
setelah mereka. Padahal, sistem rekrutmen itu muncul dari kepedulian
pemerintahan Utsmani kepada anak-anak kaum Nasrani yang terlantar dan yatim, di
mana mereka menjadi korban peperangan yang berlangsung terus-menerus. Islam
yang menjadi agama para penguasa Utsmani, jelas-jelas tidak membenarkan adanya
"upeti anak” seperti yang dituduhkan para sejarawan non-Muslim asal Barat
tersebut.
Demikian banyak anak-anak yang kehilangan
ayah dan ibunya, akibat perang. Para penguasa Utsmani terdorong untuk
memelihara mereka yang terlantar di jalanan kota-kota yang yang telah
ditaklukkan itu. Ini dilakukan oleh penguasa Utsmani untuk menjamin masa depan
mereka. Lalu adakah jaminan seperti itu dalam agama-agama lain? Maka tatkala
kaum muslimin memberi kepedulian yang besar, lalu anak-anak terlantar itu
kemudian masuk Islam atas kesadaran mereka; apakah kenyataan itu layak disebut,
bahwa kaum muslimin sudah merampas anak-anak itu dari orangtuanya, dan memaksa
mereka masuk Islam?
Ironisnya, tuduhan penuh kedengkian,
provokasi, dan kebohongan besar itu, justru ditelan begitu saja oleh beberapa
sejarawan muslim yang belajar di universitas-universitas Barat. Bahkan, mereka
menetapkan bahwa propaganda dusta itu merupakan kebenaran yang pantas diterima.
Beberapa sejarawan muslim telah terpengaruh kebohongan sejarawan Barat itu.
Tidak jarang mereka termasuk penulis muslim yang memiliki ghirah keislaman
tinggi. Sayangnya, mereka terus mengulang-ulang kebohongan sejarawan Barat
dalam buku-bukunya. Misalnya tulisan seorang sejarawan sekaligus advokat,
Muhammad Farid Baek dalam buku Ad Daulatil 'Aliyah Al-Utsmaniyyah, juga Dr. Ali
Hasun dalam bukunya Tarikhud Daulatil Utsmaniyah, atau sejarawan Muhammad Kurd
dalam bukunya Khithathus Syam, juga Dr. Umar Abdul Aziz dalam bukunya
Muhadharat fi Tarikhis Syu'ubil Islamiyah serta Dr. Abdul Karim Gharibah dalam
bukunya Al Arab Wal Atrak.
Realitas mengatakan, bahwa apa yang mereka
sebut sebagai “upeti anak" atau bahwa anak-anak itu katanya dirampas secara
paksa dari tengah-tengah keluarga mereka, semua itu tidak memiliki dalil apapun
kecuali apa yang ada di dalam buku-buku orientalis, seperti Gibb, sejarawan
Nasrani Soumuvile, atau Brocklman. Sedangkan mereka tidak bisa dijadikan
sandaran dalam penulisan sejarah Islam, sebab tidak memiliki niat ikhlas dalam
mengkaji sejarah Islam.
Sesungguhnya orang-orang yang terdidik secara
khusus untuk berjihad, bukanlah orang-orang Nasrani. Mereka tak lain adalah
anak-anak kaum muslimin yang telah melepaskan diri dari agama Nasrani dan
mendapat hidayah untuk masuk Islam. Mereka melakukannya dengan kesadaran yang
muncul dari dalam hati sendiri dan bukan karena dipaksa. Anak-anak itu oleh
orangtuanya diserahkan kepada Sultan untuk dididik dengan pendidikan Islam yang
baik. Sedangkan sisanya, adalah anak-anak yatim dan terlantar korban
peperangan, yang kemudian dipelihara dengan baik oleh pemerintahan Utsmani.
Sesungguhnya hakikat dari pembentukan tentara
baru oleh Orkhan bin Utsman, tak lain merupakan pembentukan struktur angkatan
militer yang terorganisir, yang selalu siaga baik dalam kondisi perang maupun
aman. Maka dia membentuk pasukan kavaleri dari keluarganya dan para mujahid
siap tempur yang selalu bergelora untuk menyambut seruan jihad; sebagaimana dia
juga telah mengangkat pasukan dari kalangan orang-orang Romawi yang telah
menjadi muslim dan cukup baik kualitas keislamannya.
Belum usai membentuk organisasi militer,
Orkhan segera menemui seorang ulama yang takwa yaitu Haji Baktasy. Orkhan
meminta doa kepadanya, agar Allah Swt. senantiasa melimpahkan kebaikan kepada
pasukannya. Haji Baktasy melihat pasukan dengan penuh antusias, lalu meletakkan
tangannya di atas kepala seorang tentara, kemudian berdoa kepada Allah agar
mukanya menjadi bersih bersinar dan menjadikan pedangnya demikian tajam dan
semoga Allah memenangkan mereka dalam setiap kali peperangan. Kemudian dia
melihat pada Orkhan dan bertanya, “Sudahkan kau beri nama tentara ini?”
Orkhan menjawab, "Belum!"
Haji Baktasy pun berkata, “jika belum, namailah
Yani Tasyri yang berarti tentara baru'.”
Bendera pasukan saat itu, berwarna merah
dengan bulan sabit di tengahnya; di bawah bulan sabit, terdapat gambar pedang
yang mereka sebut Dzul Fiqar, yaitu nama untuk pedang legendaris Ali bin Abi
Thalib. (Jawanib Mudhi'ah, hlm. 147.) Alauddin bin Utsman, saudara Orkhan
adalah orang yang memiliki ide itu. Dia dikenal sebagai seorang alim dalam
bidang Syariah, selain terkenal sebagai sosok zuhud. (Jawanib Mudhi'ah,144.)
Orkhan terus berusaha menambah jumlah pasukan
barunya, setelah gerakan jihad semakin meluas dalam rangka menaklukkan kerajaan
Byzantium. Oleh karena itu, dia memilih beberapa pasukan anak muda yang berasal
dari Turki, dan sebagian yang lain dari kalangan Byzantium yang telah masuk
Islam dan memiliki komitmen tinggi dalam Islam. Mereka digabungkan dalam
pasukan Islam sehingga jumlah mereka semakin besar, sehingga terbentuklah
pasukan dalam jumlah ribuan mujahidin Islam.
Orkhan dan Alauddin sepakat, bahwa tujuan
utama pembentukan tentara baru itu adalah untuk melanjutkan jihad di jalan
Allah, melawan orang-orang (militer) Byzantium, menaklukkan wilayah-wilayah
mereka, menyebarkan agama Islam dan mengambil faidah dari masuknya orang-orang
Byzantium ke dalam Islam.
Ringkasnya, Sultan Orkhan sama sekali tidak
pernah merampas anak-anak orang Nasrani dari rumah bapak mereka. Dia tidak
pernah memaksa seorang anak atau remaja Nasrani pun untuk memeluk Islam. Apa
yang dituduhkan Brockleman, Gibb, atau Gibbon hanyalah kebohongan yang nyata.
Oleh sebab itulah pengaruhnya harus dihapuskan dan dihilangkan dari buku-buku
sejarah Islam kita. (Jawanib Mudhi'ah,155.)
Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof.
Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----