“Tegaknya kembali Khilafah
adalah mutlak karena Allah memberi jaminan sendiri di dalam al-Quran. Sistem
selain Islam harus diganti. Inilah perjuangan kita sekarang sebagaimana yang
diperjuangkan oleh Hizbut-tahrir.” [Prof. Dr. H. Muhammad Abduh, M.A., Dosen
Ilmu Komunikasi Fisipol Unhas]
“Hizbut-Tahrir adalah sebuah
gerakan dakwah yang paling lurus dalam perjuangannya, yaitu mengikuti metode
Rasulullah Saw. Saya pernah aktif di beberapa jamaah dakwah seperti LDII, MTA,
Muhammadiyah. Namun, hanya di Hizbut Tahrir, saya merasakan kepuasan dalam memahami
Islam. Saya siap berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkan Syariah dan
Khilafah.” [Ir. Muhammad Yusuf, Dosen Universitas Veteran (Univet), Sukoharjo]
“Ke depan HTI harus mampu
lebih eksis lagi dan lebih besar. Dengan begitu apa yang di cita-citakan HTI
terealisasi untuk Dunia Islam dan umat Islam. Kemenangan ini hanyalah persoalan
waktu.” [Muhammad Yusuf, Anggota FPI Makassar]
“Masyarakat sudah menangis,
merindukan penerapan Syariah Islam. Saya sangat mendukung perjuangan Hizbut
Tahrir. Semoga apa yang diperjuangkan HT segara tegak dalam waktu dekat ini.”
[Sultan DS, Mantan Anggota DPRD Kab Luwu]
“Demokrasi adalah sistem
paling konyol di dunia. Dunia Melayu yang mengaku beragama Islam itu sebenarnya
mau ke mana? Sudah diberi pedoman hidup yang benar oleh Allah untuk
menyelamatkan dirinya. Diberi contoh teladan yang indah bagaimana hidup
bersyariah oleh Nabi Muhammad Saw. Sudah diberi peringatan dengan bencana dari
langit dan bumi, namun tidak mau juga sadar dan berpikir jernih.” [Uu Hamidi,
Budayawan Riau]
“Selama orang Indonesia
masih punya otak yang waras ya pasti mendukung. Kalau untuk kemakmuran,
kedaulatan, dan martabat, kok diajak ndak mau. Ini orang waras atau bukan?
Selama ajaran Hizbut Tahrir yang Islam kaffah, berdasarkan al-Quran dan hadis
tanpa ada penyimpangan sedikit pun saya rela mati bersama Hizbut Tahrir!”
[Burhanudin ZR, Ketua Forum Anti Komunis Indonesia/FAKI]
“Saya baru pertama kali
mengikuti acara Konferensi Islam dan Peradaban yang diselenggarakan oleh Hizbut
Tahrir. Saya merasa sangat tercerahkan.” [Anant, Penyanyi dan Pencipta Lagu
Islami]
“Hidup tanpa Islam pasti,
pasti, pasti kita akan sengsara. Mari kita bersama-sama tegakkan Syariah kita
tegakkan Khilafah.” [Teuku Wisnu]
“Saya harap semua umat bisa
mendukung untuk tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi. Salah satunya dengan
mendukung kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir. Saya juga mendukung sehingga mau
hadir.” [Dr. Saharuddin Daming, Mantan Komisioner Komnas HAM]
“Ternyata kita telah kufur
terhadap nikmat Allah. Tidak perlu ragu lagi untuk kembali ke Khilafah. Makin
banyak kita ragu, makin rusak bumi Allah ini.” [Dyah Litasari, Sekjen Gerakan
Indonesia Membaca]
“Konferensi ini bagus
sekali. Memang itu harus kita perjuangkan. Janganlah kita mengikuti jalan
thaghut. Kita kan harus ngikut Allah. Saya menilai sekarang mulai ada
kesadaran. Nah, HT maju. InsyaAllah, akan ada dukungan dari masyarakat. Kami
yang tua mendukung. Masyarakat harus paham solusi atas permasalahan mereka.
Solusinya Islam. Laksanakan Islam dengan kaffah.” [HM Ali Yunus, Ketua Mahkamah
Adat Aceh (MAA) Aceh Besar]
“Alhamdulillah, bagus
sekali. Mahasiswa sudah aktif mulai bicara. Yang seperti ini jarang terjadi.
Memang butuh waktu. Meski begitu, dakwah demi tegaknya Syariah dan Khilafah ini
harus diperjuangkan.” [H. Muhammad Yus, Mantan Anggota DPRI 2004-2009]
“Event besar ini merupakan
bukti kesungguhan Hizbut Tahrir memperjuangkan agama Allah. Hanya dengan
sungguh-sungguh penuh keimanan seperti ini, Islam akan dimenangkan oleh Allah
SWT. Oleh sebab itu, Hizbut Tahrir sebagai garis terdepan dalam perjuangan ini
semoga mendapatkan pertolongan Allah SWT.” [H. Darmansyah, Tokoh Masyarakat
Banjarmasin]
“Satu-satunya sistem yang
menyatukan manusia adalah Khilafah" (Obay Sobari, S.Pd. Kepala SMPN 1
Maja)
“Indonesia kaya dengan
sumber daya alam, tapi sampai saat ini Indonesia masih miskin karena dalam
kenyataannya pengelolaan dikuasai oleh asing.”
“Saya bergabung dengan
Hizbut Tahrir pada tahun 2006, saya memahami bahwa pendidikan yang saya tuntut
sejak kecil adalah fardhu kifayah, dan menuntut ilmu agama adalah fardhu’ain.
Oleh karena itu, dalam mengajar, saya selalu mengaitkan mata kuliah saya dengan
Islam. Saya ingin berperan untuk menegakkan Khilafah.”
“Saya ingin punya peran dalam
penegakkan Syariah dan Khilafah. Karena Hizbut Tahrir sejalan dengan ilmu dan
intelektual. Marilah seluruh intelektual dunia bergabung bersama Hizbut Tahrir
untuk memperjuangkan Khilafah, Marilah Intelektual bersatu berjuang untuk
menegakkan Khilafah”
“Hizbut Tahrir istiqomah
membina umat dan mencerdaskan ummat dengan Islam, maka saya mengajak seluruh
kaum intelektual untuk bergabung bersama Hizb dan menjadi ujung tombak untuk
menegakkan Khilafah.” (Prof. Dr. Ir. Hj. Sutinah Made M.Si (Guru Besar Fakultas
Kelautan dan Perikanan, UNHAS)
Sistem republik secara
prinsip tidak melarang beredarnya barang haram. Kebebasan kepemilikian,
kebabasan dalam berekonomi menjadi hal yang prinsip dalam sistem ini. Asasnya
adalah manfaat. Selama ada permintaan, selalu ada penawaran. Tidak peduli
barang halal atau haram. Merusak atau mudharat.
Sampai detik ini, orangtua
mana yang tidak khawatir anak nya terkena jerat narkoba? Orangtua mana yang
sudah merasa aman anak putrinya tidak diperkosa? Dan semua tindak kriminal
tersebut tumbuh subur, bahkan berkembang biak dan beranak-pinak, bercucu dan
cercicit, di alam Republik. Sehingga wajar jika kita katakan bahwa sistem republik
adalah ummul jaraim, induk dari segala tindak kriminalitas tesebut.
Pasalnya, sistem Republik
adalah sistem yang sejak kelahirannya memberikan peluang atas segala tindak
kriminalitas. Sistem ini menjadikan kebebasan sebagai landasan kehidupan.
Padahal kebebasan inilah yang menjadi pangkal segala tindak kejahatan.
Sistem Republik nyata-nyata
telah menjadi sumber dari berbagai petaka, ibu dari lahirnya janin
kriminalitas. Jika kita semua telah sadar bahwa Khamar adalah induk dari segala
kejahatan, kita pun juga harus sadar bahwa induk kejahatan itu bersemayam pada
sistem Republik.
Pemilu/ pemilukada republik memang
meniscayakan mahalnya biaya politik. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan
oleh kandidat peserta pemilu. Mulai dari biaya mahar politik, biaya sosialisasi
untuk menjalankan mesin partai politik, biaya survey, biaya pencitraan, biaya
iklan, sogok sana, sogok sini, sampai biaya beragam serangan –mulai dari
serangan “isya”, serangan “fajar”, sampai pada serangan “dhuha” menjelang
dilaksanakannya pemilu/pemilukada.
Mahalnya ongkos politik
dalam sistem pemilu/ pemilukada saat ini merupakan wujud nyata gayung
bersambutnya antara kepentingan politik dengan kepentingan pemodal atau
korporasi.
Dalam sistem republik,
sistem Politik sangat diperlukan untuk menjalankan dan memuluskan sistem
bisnis. Politik dalam sistem republik tidak lebih dari hanya untuk menghamba
pada kepentingan pebisnis.
Pada titik inilah para
pemodal memiliki kepentingan yang bersangatan atas regulasi yang diciptakan
oleh sistem politik atau kekuasaan. Karenanya, dalam sistem republik, hasrat
kekuasaan sangat tampak pada para pemodal.
Konsekuensi berikutnya
adalah, siapapun yang ingin ikut dalam bursa pencalonan kepala daerah atau
kepala negara, harus terlebih dahulu “duduk bersama” dengan para pengusaha
pemodal. Kecerdasan, pengalaman dan kecakapan berpolitik ,keahlian bernegara,
kemampuan menata birokrasi dan sistem pemerintahan menjadi hal yang tidak penting
bagi seorang kandidat. Semua kemampuan itu akan bisa “dipoles” dengan iklan dan
pencitraan yang tentu dengan biaya yang sangat besar.
Kandidat yang tidak memiliki
modal, atau tidak disokong oleh pemodal, hampir bisa dipastikan tidak akan
lolos dalam verifikasi pencalonan.