Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 06 September 2016

PROPAGANDA BARAT: DARI STIGMA POLITIK HINGGA HEGEMONI WACANA



Resensi Buku: Persepsi-persepsi Berbahaya untuk Menghantam Islam dan Mengokohkan Peradaban Barat
Judul Asli: Mafahim Khathirah li Dharb al- Islam wa Tarkiz al-Hadharah al-Gharbiyyah
Penulis: Abdul Qadim Zallum
Dikeluarkan oleh: Hizbut Tahrir
Penerbit Pustaka Thariqul Izzah Jakarta
Cetakan I, Nopember 1999
73 Halaman

“Kebenaran adalah kesalahan yang dipropagandakan”, demikian sesumbar Adolf Hitler, Tokoh Nazi Jerman, suatu ketika. Hitler tentu tidak sedang berseloroh. Ia bukan saja serius dengan sesumbarnya, tetapi sekaligus sukses mempraktekkannya. Dengan ‘mesin’ propaganda, baik melalui berbagai media maupun tindakan langsung secara konsisten dan berulang-ulang, Hitler mampu menyulap “kesalahan-kesalahan”-nya —berupa sikap otoriter dan tindakan represif- menjadi sebuah “kebenaran”, minimal di mata para pendukungnya.

Dalam kurun selanjutnya, Barat tampaknya paling menyadari efek dahsyat dari propaganda ini. Dengan propaganda pula, Barat telah lama menebar berbagai virus pemikiran ke Dunia Islam. Akibatnya, kaum Muslim bukan saja termakan oleh propaganda pemikiran Barat sehingga memandang benar kekeliruan-kekeliruan pemikiran mereka, tetapi sekaligus telah menjadi bagian dari para propagandis pemikiran itu sendiri. Alih-alih mampu meng-counter berbagai serangan pemikiran Barat yang beracun, kaum Muslim malah larut di dalamnya. Kenyataan demikian merupakan akibat langsung dari tidak adanya kesadaran ideologis di dalam diri kaum Muslim sehingga mereka tidak mampu, secara kritis, menyingkap hakikat bahaya pemikiran Barat yang selama ini telah demikian mendominasi mereka.

Buku kecil ini tampaknya akan menjadi sebuah buku yang sangat berharga bagi kaum Muslim di tengah langkanya buku-buku yang berusaha membongkar berbagai kekeliruan pemikiran Barat yang demikian gencar dipropagandakan. Secara cermat dan kritis, penulis buku ini mencoba membeberkan borok-borok sebagian pemikiran Barat yang selama ini telah dianggap sebagai kebenaran dan keniscayaan sejarah.

Ada lima jenis gagasan pemikiran Barat yang destruktif -baik hanya sekadar sebagai sebuah stigma (noda) politik yang dilekatkan kepada kaum Muslim ataupun agar dijadikan wacana yang mendominasi pemikiran mereka- yang dicoba dikritisi di dalam buku ini. Kelima jenis pemikiran tersebut adalah terorisme, dialog antar agama, sikap moderat, fundamentalisme, dan globalisasi.

Sebagai sebuah stigma politik, istilah terorisme yang dimunculkan Barat -yang mereka definisikan sebagai penggunaan kekerasan untuk melawan kepentingan-kepentingan sipil guna mewujudkan target-target politis- lebih merupakan bentuk arogansi mereka vis a vis Dunia lslam. Penisbatan label terorisme adalah cara ampuh Barat, khususnya Amerika, dalam membungkam berbagai gerakan Islam yang dianggap mengancam kepentingan-kepentingan mereka. Oleh karena itu, sebagaimana halnya HAM dan demokrasi yang mereka gembar-gemborkan, istilah terorisme dilekatkan secara sepihak dan cenderung mendua. Dalam konteks terorisme, buku ini bukan saja mengungkap fakta tentang bagaimana sikap hipokrit Barat dan Amerika dalam menyikapi berbagai tindakan kekerasan, tetapi juga memuat fakta keterlibatan Barat dan Amerika yang justru mensponsori gerakan-gerakan terorisme dalam rangka meraih target-target politik mereka.

Dalam wacana dialog antaragama, buku ini juga berhasil menyingkap bahaya laten gagasan tersebut yang jarang sekali disadari oleh kebanyakan kaum Muslim. Penyebabnya, bukan saja karena gagasan tersebut terkesan humanis dan tampak mulia, tetapi juga karena ia dipandang sebagai cara ampuh untuk meredam konflik antaragama -yang sebetulnya lebih sering dipicu oleh kalangan non-Muslim- dan mengurangi jurang perbedaan di antara masing-masing agama. Dengan itu, kaum Muslim digiring untuk menanggalkan keyakinan beragama yang dipandang “kaku”, "eksklusif”, “puritan”, “sektarian”, dan “intoleran” menuju cara beragama yang lebih “moderat”, “inklusif”, “terbuka”, “toleran”, dan “non-sektarian.” Namun demikian, dialog antaragama sebetulnya lebih merupakan cara Barat dan Amerika untuk mereduksi Islam sebagai sebuah ideologi sehingga ia terlempar ke level yang paling rendah yakni sekadar agama ritual. Dengan dialog antar-agama, Barat berupaya untuk mendudukkan Islam hanya sekadar sebagai sebuah entitas yang disejajarkan dengan agama-agama lain. Artinya, dialog antar-agama, sebagaimana diungkap buku ini, tidak lain merupakan cara halus Barat dan Amerika untuk melakukan sekularisasi Islam dalam rangka mengeliminasi sekaligus memandulkan kekuatan Islam dan kaum Muslim. Sebab, sebagian besar kalangan Barat dan Amerika sendiri -sebagaimana direpresentasikan antara lain oleh Samuel P. Huntington- pada dasarnya menyadari sepenuhnya bahwa Islam, dari sisi manapun, bukan saja bertolak-belakang secara diametral dengan peradaban mereka, tetapi juga merupakan ancaman bagi eksistensi mereka.

Oleh karena itu, yang seharusnya terjadi dan dilakukan oleh kaum Muslim bukanlah dialog antar-agama atau antar-peradaban, tetapi perang antar-pemikiran dan antar-peradaban.

Sementara itu, sikap moderat atau jalan tengah yang juga dipropagandakan oleh Barat dan Amerika, sesungguhnya merupakan gagasan absurd yang juga menyimpan racun yang mematikan. Gagasan tersebut lebih merupakan strategi halus Barat dan Amerika untuk meredam sikap “keras-kepala" kaum Muslim dalam penentangannya terhadap Barat dan Amerika. Sebab, sikap moderat atau jalan tengah yang dipropagandakan -yang merupakan jiwa dan sekaligus inti dari akidah kapitalisme-sekular- tidak lain bertujuan agar kaum Muslim bersedia untuk menanggalkan dan sekaligus meninggalkan aqidah siyasah (ideologi politik) mereka. Dengan itu diharapkan, yang tersisa di tengah-tengah kaum Muslim hanyalah Islam sebagai 'aqidah ruhiyah (keyakinan spiritual) semata. Dari sinilah kemudian, kaum Muslim “dibimbing" untuk melakukan reinterpretasi dan sekaligus rekonstruksi terhadap berbagai fikih (pemahaman) Islam tradisional yang dianggap terlalu “kaku" dan tidak sesuai dengan watak dunia modem.

Stigma lain yang dicoba dipropagandakan oleh Barat dan Amerika adalah istilah fundamentalisme. Istilah tersebut bukan saia terkesan peyoratif (miring), tetapi juga provokatif, la sengaia dipropagandakan untuk membentuk opini internasional agar dunia seluruhnya, secara bersama-sama melawan berbagai gerakan fundamentalis, khususnya gerakan Islam. Sebab, dalam pandangan mereka, fundamentalisme adalah cermin dari watak keterbelakangan, anti-dialog, kaku, kolot, anti-modernitas dan sekaligus anti-Barat.

Sedangkan dalam konteks globalisasi, target yang hendak dibidik adalah bagaimana agar dunia global senantiasa berada dalam dominasi dan hegemoni Barat sebagai pemegang kendali peradaban kapitalis-sekuler.

Walhasil, tidak berlebihan jika dikatakan buku kecil ini sesungguhnya menyimpan energi besar bagi mereka yang senantiasa concern untuk tetap melibatkan diri dalam kancah pergulatan pemikiran maupun perjuangan politik melawan hegemoni kaum kafir imperialis Barat. Dengan itu, mereka tidak saja akan menyadari secara kritis setiap propaganda pemikiran yang dilontarkan musuh-musuh tetapi juga mampu melakukan counter yang seimbang terhadap mereka. Dengan itu pula, kebenaran tidak akan lagi merupakan kesalahan yang dipropagandakan. Kebenaran akan tetap merupakan kebenaran.
Sumber: Majalah al-Wa’ie edisi 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam