Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 07 Agustus 2018

Keadaan Ahli Surga Di Akhirat - Tafsir al-Furqan: 24



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Penghuni-penghuni Surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.” (TQS. al-Furqan [25]: 24).

Berkebalikan dengan orang kafir yang dipastikan sengsara dan menderita di Akhirat, orang Mukmin justru mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka diberikan tempat tinggal paling baik dan paling indah, yakni Surga. Dibandingkan dengan tempat tinggal orang kafir di dunia yang paling baik dan paling bagus jelas amat jauh, terlebih dengan tempat tinggal mereka di Akhirat.

Inilah di antara perkara penting yang diberitakan oleh ayat ini.

Tempat Tinggal Terbaik

Allah SWT berfirman: Ashhaab al-jannah yawmaidz[in] khayr[un] mustaqarr[an] wa ahsanu maqiil[an] (penghuni-penghuni Surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya). Dalam ayat sebelumnya diberitakan tentang nasib yang menimpa orang kafir di Akhirat. Semua amalnya terhapus sia-sia.

Ayat ini kemudian memberitakan tentang balasan yang akan diterima oleh ashhaab al-jannah (para penghuni Surga). Dikemukakan Abdurrahman al-Sa'di dalam tafsirnya, Taysiir al-Kariim al-Rahmaan fii Tafsiir al-Kalaam al-Mannaan, yang dimaksud dengan ash-haab al-jannah di sini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, beramal shalih, dan bertakwa kepada Tuhan mereka. Tak berbeda, al-Alusi juga mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Mukmin. Kesimpulan ini ditunjukkan oleh ayat sebelumnya: “Katakanlah, "Apa (adzab) yang demikian itukah yang baik, atau Surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?" (TQS. al-Furqan [25]: 15). Dalam ayat tersebut jelas disebutkan jannah al-khudi (Surga yang kekal) dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.

Kata yawmaidz[in] merupakan al-zharf (kata keterangan) yang menunjukkan waktu terjadinya kejadian tersebut. Diterangkan al-Alusi, hari yang dimaksud adalah hari ketika terjadi apa yang diberitakan dalam ayat sebelumnya, yakni tatkala disodorkan amal mereka (orang kafir) dan dijadikannya laksana debu-debu beterbangan; atau ketika tidak ada kabar gembira buat mereka, dan mereka berkata: Hijr[an] mahjuur[an].

Dalam ayat ini diberitakan bahwa para penghuni Surga itu memperoleh: khayr[un] mustaqarr[an] (sebaik-baik tempat tinggal). Menurut al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan al-Alusi, al-mustaqarr adalah tempat menetap yang di dalamnya sebagian besar waktunya digunakan untuk duduk-duduk dan berbincang-blncang.

Selain itu, mereka mendapatkan: Wa ahsan maqiil[an] (tempat paling indah untuk beristirahat). Diterangkan al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan al-Alusi, al-maqiil adalah tempat berlindung yang digunakan untuk beristirahat dan bersenang-senang bersama para istri dengan bercengkerama bersama mereka.

Sebagian mufassir memahami maqiil di sini sebagai tempat tidur atau istirahat sebentar pada pertengahan hari. Menurut Imam al-Qurthubi, makna ini dikaitkan dengan hadits marfu' dari al-Mahdawi: ”Sesungguhnya Allah SWT menyelesaikan hisab makhluk dalam setengah hari dan menempatkan penghuni Surga di Surga dan menempatkan penghuni Neraka di Neraka.”

Dalam ayat ini, Surga disifati dengan dua kata, yakni: khayr (paling baik) dan ahsan (paling bagus). Menurut al-Alusi, ditambahkannya sifat al-hasan padahal telah disebutkan khayr mengisyaratkan bahwa mereka mendapatkan berbagai gambaran indah dan perkakas yang bagus. Pasalnya, tempat tinggal yang indah dikembalikan kepada penghuninya sehingga memberikan kegembiraan yang sempuma.

Berkenaan dengan bentuk al-tafhiil pada kata khayr dan ahsan, ada dua penjelasan yang dikemukakan para ulama. Sebagian menganggap bermakna komparatif (perbandingan). Dalam hal ini dibandingkan dengan keadaan orang-orang kafir. Al-Khazin dalam tafsirnya mengatakan: “lebih baik daripada orang-orang musyrik yang sombong.” Dikemukakan Ibnu Athiyah dalam tafsirnya: ”Tempat tinggal ahli Surga lebih baik daripada tempat tinggal ahli Neraka.” Menurutnya, khayr di sini li tafdhiil (untuk melebihkan) antara dua hal, tidak ada kesamaan di antara keduanya.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Jarir al-Thabari dalam Jaami' al-Bayaan fii Ta‘wiil al-Qur'aan, pengertian frasa khayr[un] mustaqarr[an] adalah tempat menetap yang mereka tinggali di Surga lebih baik daripada tempat tinggal orang-orang musyrik yang mereka banggakan beserta harta mereka dan seluruh perhiasan dunia yang diberikan keadaan mereka. Juga lebih indah daripada tempat istirahat mereka.

Jika ada pertanyaan, bagaimana dikatakan lebih baik dan lebih bagus dibandingkan Neraka padahal tidak ada kebaikan dan kebagusan di Neraka? Jawabannya adalah firman Allah SWT sebelumnya: “Katakanlah: "Apakah (adzab) yang demikian itukah yang lebih baik atau Surga yang kekal” (TQS. al-Furqan [25]: 15). Demikian menurut Fakhruddin al-Razi.

Bisa juga dimaknai superlatif (paling). Artinya, menunjukkan bahwa mereka berada dalam tempat tinggal yang paling baik dan tempat istirahat yang paling indah. Dikatakan juga oleh Fakhruddin al-Razi, ini menunjukkan ghaayah al-khayr (puncak kebaikan). Menurut Imam al-Qurthubi, maknanya adalah bagi mereka sebaik-baik tempat tinggal. Menurut al-Alusi kedua makna tersebut bisa terkandung dalam ayat tersebut.

Penjelasan Lain

Keadaan penghuni Surga dan penghuni Neraka memang tidak sama. Perbedaan tersebut juga ditegaskan dalam firman Allah SWT: “Tiada sama penghuni-penghuni Neraka dengan penghuni-penghuni Surga; penghuni-penghuni Surga itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. al-Hasyr [59]: 20). Menurut Ibnu Katsir, hal itu disebabkan karena penghuni Surga menempati derajat yang tinggi dan kamar-kamar yang aman. Mereka dalam posisi yang aman, pemandangan yang indah, dan kedududukan yang bagus: Mereka kekal di dalamnya; Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman (TQS. al-Furqan [25]: 76).

Masih menurut Ibnu Katsir, penghuni Neraka menempati tingkatan bagian bawah, kesedihan dan penyesalan yang terus-menerus, dan berbagai macam azab dan hukuman: Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman (TQS. al-Furqan [25]: 66). Yakni tempat tinggal yang paling buruk pemandangannya dan tempat istirahat yang paling buruk posisinya. Oleh karena itu dikatakan: Penghuni-penghuni Surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.

Di muka telah dipaparkan makna mustaqarr[an] adalah tempat menetap yang di dalamnya sebagian besar waktunya digunakan untuk duduk-duduk dan berbincang-bincang. Kajian terhadap ayat-ayat lain, menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para penghuni Surga memang dipenuhi dengan kesenangan dan ketentraman. Mereka duduk-duduk sambil bercengkerama. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya penghuni Surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” (TQS. Yasin [36]: 55-56).

Allah SWT juga berfirman: “Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan” (TQS. al-Waqiah [56]:15-16).

Keindahan Surga digambarkan sebagai tempat tinggal yang di bawahnya mengalir berbagai sungai, terdapat aneka buah yang tak kenal musim, bermacam makanan yang lezat, dan para istri yang jelita, senantiasa muda, dan selalu suci.

Demikianlah keadaan ahli Surga. Mereka medapatkan balasan atas apa yang mereka lakukan selama di dunia. Sebagaimana diterangkan para mufassir, mereka adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Maka siapapun yang ingin menjadi ahli Surga, mendapatkan tempat kediaman yang paling baik, dan tempat istirahat yang paling bagus nan indah, mereka harus menjadikan tauhid sebagai akidahnya dan syariah-Nya sebagai tatanan kehidupannya. Semoga kita termasuk di antara mereka. Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]
.
Ikhtisar:
1. Orang beriman dan bertakwa akan menjadi ahli Surga.
2. Ahli Surga mendapatkan tempat tinggal yang paling baik dan tempat istirahat paling indah.
3. Kehidupan Surga dipenuhi dengan kesenangan dan kenikmatan.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam