Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 13 Juli 2018

Ana Muslim! Saya Muslim!



Ana Muslim…!

Menarik untuk menjadi evaluasi kita bersama. Ketika kita sudah akil balig kemudian mengenal Allah SWT dan Islam, apa yang selanjutnya kita lakukan? Bagaimana pemahaman dan sikap diri yang langsung kita lakukan? Apakah kita langsung bergiat diri mempelajari Islam, sekuat tenaga mengamalkan syari'ah Islam atau bahkan menjadi pembela agama Allah yang terpercaya? Ya. Apakah kita mengikrarkan dalam tutur kata dan sikap di depan khalayak ramai, “Ana Muslim qabla kulla syay'[in] (Saya Muslim sebelum yang lain)." Sudahkah kita konsisten terhadap keimanan kita?

Apa yang dialami oleh Sahabat Umar bin al-Khaththab ra. sewaktu baru masuk Islam menjadi pelajaran sangat berharga. Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku The Great Leader of Umar bin Al Khathab (Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua), sikapnya langsung menunjukkan keislaman dan pembelaan pada Islam. Beliau memahami betul konsekuensi dari makna syahadat: satu kata dan perbuatan; satu iman dan amal; satu pemahaman dan perilaku. Beliau pun sekaligus menjadi pembela Islam terpercaya. Beliau dengan lugas dan tegas mengimplementasikan “Ana Muslim..." setelah bersyahadat di depan Nabi Saw.
Umar ra. masuk Islam dengan hati yang tulus. Ia berusaha mengokohkan agama Islam dengan segenap kekuatan yang ia miliki. Ia pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw., “Ya Rasulullah, bukankah kita berada di pihak yang benar bila kita mati dan bila kita hidup?” Beliau menjawab, "Benar. Demi Zat Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh kalian berada di pihak yang benar bila kalian mati dan bila kalian hidup.” Umar lalu berkata, “Lantas mengapa dakwah Islam kita lakukan secara sembunyi-sembunyi? Demi Zat Yang mengutus Anda dengan kebenaran, kami semua akan keluar dari rumah ini."

Inilah sikap Umar yang luar biasa. Setelah bersyahadat dan meyakini kebenaran Islam, ia berkeinginan agar kebenaran Islam itu diketahui oleh orang banyak. Kebenaran harus disampaikan dan ditampakkan secara terbuka kepada khalayak ramai walau dengan risiko sangat besar.

Apa yang disampaikan oleh Umar ra., ditambah oleh bimbingan wahyu, Rasulullah Saw. melihat bahwa telah tiba saatnya untuk berdakwah secara terang-terangan. Dakwah Islam telah kuat dan dapat membela dirinya sendiri. Karena itu beliau pun mulai berdakwah secara terang-terangan.
Beliau keluar dari Darul Arqam bersama kaum Muslim dengan membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin oleh Umar ra. Barisan lainnya dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Tatkala orang-orang Quraisy melihat Umar dan Hamzah memimpin barisan kaum Muslim, mereka tertimpa kesedihan yang belum pernah mereka alami selama ini. Rasulullah saat itu memberi Umar gelar Al-Faruq (pemisah antara yang hak dan yang batil). (HR. Ahmad).

Allah SWT telah mengokohkan agama Islam dan kaum Muslim dengan masuk Islamnya Umar. Umar adalah orang yang sadar akan harga diri. Ia tidak peduli apa risiko yang akan terjadi di belakang dirinya. Allah SWT telah melindungi para Sahabat Nabi Saw. melalui Umar dan Hamzah (Al-Khalifah Al Faruq Umar bin Fil Khattab, hal.26-27).

Lihatlah apa yang dilakukan oleh Umar. Ia menantang orang-orang musyrik Quraisy. Ia melawan atau memerangi mereka hingga akhirnya ia dan kaum Muslim dapat menunaikan shalat di Ka'bah (Ar-Riyadh an-Nadhrah, I/257). Umar tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dengan segenap kemampuannya untuk melawan dan memerangi musuh-musuh Islam.

Tentang dirinya, ia bercerita:
“Aku bertekad ingin dilihat mereka sebagai orang Islam. Aku pergi menemui pamanku, Abu Jahal. Ia termasuk orang terpandang di mata mereka. Kuketuk pintu rumahnya.
“Siapa yang mengetuk pintu?" tanya Abu Jahal.
Kujawab, "Umar bin al-Khaththab."
Ia pun keluar menemuiku.
Kutanyakan kepada Abu Jahal, “Apakah Anda sudah tahu kalau aku telah murtad (telah masuk Islam)?"
Abu Jahal balik bertanya, “Apakah Anda serius telah murtad?"
Kujawab, "Ya. aku serius."
"Jangan lakukan itu,” pinta Abu Jahal.
Lalu ia masuk ke dalam rumahnya. Ia menutup pintu dan tidak menghiraukanku.
Setelah itu, aku pergi menemui salah seorang tokoh terpandang Quraisy. Sesampai di sana, kuketuk pintu rumahnya.
“Siapa di luar?" Tanya dia.
Kujawab, "Umar bin al-Khaththab."
Ia keluar menemuiku. Kutanyakan kepada dia, “Apakah Anda sudah tahu kalau aku telah murtad?”
Ia balik bertanya, "Apakah Anda serius setelah murtad?"
“Ya, saya serius,” jawabku.

"Jangan lakukan itu!” pinta dia. Lalu ia masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.”

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Umar:
“Tatkala Umar masuk Islam orang-orang Quraisy belum mengetahui keislamannya. Umar bertanya, "Siapa di antara penduduk Makkah yang dapat menyebarluaskan informasi tentang keislamanku?"
Dikatakan pada Umar, “Jamil bin Ma'mar Al-Jamhi."
Umar keluar dan aku mengikuti di belakangnya. Aku perhatikan apa saja yang dilakukan Umar. Saat itu aku masih anak-anak, tetapi aku sudah dapat memahami apa yang kulihat dan kudengar. Umar menemui Jamil dan menyampaikan padanya, "Jamil, aku telah masuk Islam."
Demi Allah tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya hingga ia menarik sorbannya.
Umar mengikuti Jamil dan aku pun mengikuti Ayahku, Umar.
Setiba di Masjid, Jamil berdiri tepat di pintu masjid dan berteriak dengan suara lantang, “Wahai orang-orang Quraisy, –saat itu orang-orang Quraisy sedang berada di sekitar Ka'bah- ketahuilah bahwa Umar bin al-Khaththab telah murtad."
Umar berujar, “Jamil telah berdusta. Yang benar, aku telah masuk Islam. Aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya."
Setelah itu orang-orang Quraisy menyerang Umar bin aI-Khaththab. Umar lalu menangkap ‘Utbah bin Rubaiah. Umar memasukkan kedua jari tangannya tepat di mata 'Uthbah. 'Uthbah berteriak. Orang-orang Quraisy pun menjauhi Umar. Umar lalu berdiri dan tidak ada seorangpun yang berani mendekati dirinya hingga akhirnya orang-orang Quraisy bubar. Umar mengikuti majelis-majelis mereka dan menampakkan keislamannya di dalam majelis-majelis tersebut. (Ar-Riyadh an-Nadhrah, hlm.319)

Umar terus menyerang mereka hingga mentari berada tepat di atas kepala mereka. Umar merasa lelah, lalu duduk dan beristirahat. Tidak lama kemudian orang-orang Quraisy menghampiri dia. Kepada mereka, Umar mengatakan, "Lakukanlah apa yang hendak kalian lakukan. Demi Allah, sekiranya kami berjumlah 300 orang laki-laki niscaya kalian akan membiarkannya untuk kalian."

Tidak lama kemudian, datanglah seorang laki-Iaki yang mengenakan sutra dan gamis berbordir. “Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya laki-laki itu kepada mereka.

Mereka menjawab, "Umar bin al-Khaththab telah murtad.”

Laki-laki itu mengatakan, “Biarkanlah dia! Ia telah memilih agama untuk dirinya sendiri. Apakah kalian mengira bahwa Bani Adi akan menyerahkan begitu saja anggota suku mereka pada kalian?"

Setelah di Madinah, aku bertanya kepada Umar, "Ayahku, siapa nama orang yang dulu pernah mencegah ayah dari amukan orang-orang Quraisy?"

Umar menjawab, "Wahai anakku, ia adalah Al-'Ash bin Wail As-Sahmi.” (HR. Imam Ahmad).

Demikianlah sikap luar biasa Umar. Tidak takut sama sekali mengenalkan identitasnya sebagai seorang Muslim walau taruhannya nyawa sekalipun.

Sikap ini sangat tepat dalam kondisi sekarang. Kita sebagai seorang Muslim, apalagi pengemban dakwah, harus berani menampilkan identitas kita bahwa kita adalah para pemeluk Islam yang taat dan pembela agamanya yang terpercaya walau ancaman kriminalisasi dan penjara menanti.

Fragmen di atas juga menjelaskan bahwa suatu saat nanti akan ada ahlul quwwah yang secara terang-tearangan membela agama Allah dengan semua potensi dan jabatan yang dia miliki. Dia tidak peduli lagi dengan kekayaan, jabatan bahkan nilai sosial yang diterimanya saat itu. Bagi dia, Islam jauh lebih mulia dan berharga jika dibandingkan dengan itu semua. Bisa jadi, Andalah ahlul quwwah itu. Karena itu buktikanlah pembelaan Anda: “Ana Muslim...!

WalLahu a'lam bi ash-shawab. [Abu Umam]

Sumber: Media Politik Dan Dakwah al-Wa’ie edisi Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam