C. Pembersihan Institusi Politik
Bani Nadhir
Setelah Rasulullah
Saw. melakukan pembersihan institusi politik Bani Qainuqa' -yang merupakan
komunitas pertama di antara komunitas-komunitas Yahudi- pada tahun kedua
Hijriyah, beliau mulai melakukan persiapan untuk melakukan pembersihan
institusi politik Bani Nadhir -yang merupakan komunitas kedua di antara
komunitas-komunitas Yahudi- pada tahun kedua Hijriyah. Akan tetapi, kekalahan
kaum muslimin yang terjadi pada perang Uhud, kesibukan Nabi dalam menyiapkan
kekuatan persenjataan yang baru, dan usaha mengembalikan dominasinya di padang
pasir menyebabkan ditundanya operasi pembersihan institusi politik Bani Nadhir
hingga tahun keempat hijriyah.
1. Persiapan untuk Melakukan
Pembersihan Institusi Politik Bani Nadhir
Setelah Rasulullah
Saw. melakukan pembersihan institusi politik Bani Qainuqa’ maka beliau
melakukan persiapan berbagai aktivitas militer yang memperkuat hegemoni Negara
Islam, dan yang menggetarkan hati siapa saja yang berkeinginan untuk melawan
Negara Islam sebagai persiapan untuk melakukan pembersihan institusi komunitas
politik kedua di antara komunitas-komunitas Yahudi, yaitu komunitas Yahudi Bani
Nadhir.
Secara global berikut
ini aktivitas-aktivitas militer yang dilakukan Rasulullah Saw.: (Lihat Lampiran
6, Mobilisasi Pasukan Rasulullah antara Pembersihan Bani Qainuqa’ sampai
Pembersihan Bani Nadhir)
a. Perang as-Sawiq
(Dinamakan Ghazwah as-Sawiq (perang tepung) karena
kebanyakan bekal yang mereka lemparkan ketika kaum muslimin menyerangnya adalah
tepung. Tepung itu adalah hasil dari tumbukan gandum atau jewawut, yang
biasanya dimakan dengan dicampuri susu, madu, mentega, atau air.)
Setelah kaum kafir
Quraisy mengalami kekalahan di tangan kaum muslimin pada perang Badar, maka Abu
Sufyan bin Harb -salah seorang pemimpin kaum kafir Quraisy- bernadzar untuk
tidak menyiramkan air pada kepalanya setelah janabat sebelum ia berhasil memerangi
Muhammad. Sehingga pada bulan Dzul Hijjah tahun kedua Hijriyah ia keluar dengan
membawa 200 penunggang kuda dari kaum kafir Quraisy untuk memenuhi sumpahnya.
Abu Sufyan bin Harb
melewati an-Najdiyah hingga ia sampai di pangkal saluran air menuju gunung yang
bernama Tsayb, jarak tempat tersebut dari Madinah kira-kira satu barid (pos).
Di malam hari Abu
Sufyan mendatangi Bani Nadhir. Ia mendatangi Huyyi bin Akhthab, lalu ia
mengetok pintu rumah Huyyi bin Akhthab, namun Huyyi tidak mau dan takut
membukakan pintunya. Akhirnya ia pergi menuju Sallam bin Masykam, ketika itu
Sallam merupakan pemimpin Bani Nadhir, serta merupakan orang terkaya di antara
mereka. Abu Sufyan meminta izin kepada Sallam, dan Sallam pun memberinya izin.
Lalu Sallam mempersilahkan Abu Sufyan tinggal, menyuguhkan minuman, dan
menunjukkan rahasia-rahasia kaum muslimin kepadanya. Kemudian di malam itu
juga, Abu Sufyan kembali menemui orang-orangnya.
Selanjutnya ia
mengutus beberapa orang kafir Quraisy ke Madinah. Orang-orang kafir Quraisy
yang diutus Abu Sufyan itu mendatangi salah satu daerah Madinah yang bernama
al-‘Uraidh, lalu mereka membakar kebun kurma milik kaum muslimin yang ada di
sana. Di kebun kurma itu mereka menemukan orang Anshar dan seorang temannya,
lalu mereka membunuh keduanya. Dan setelah melakukan itu semua, maka merekapun
pergi dengan segera.
Ketika Rasulullah Saw.
mengetahui peristiwa itu, maka beliau pergi mengejar mereka. Sedang kekuasaan
di Madinah diserahkan kepada Bisyir bin Abdul Mundzir. Beliau mengejar mereka
hingga sampai di Qarqarah al-Kudar, lalu beliau pun pulang kembali.
Sungguh Abu Sufyan dan
orang-orangnya benar-benar lolos dari kejaran beliau, namun mereka mendapati
banyak bekal orang-orang Abu Sufyan yang dilemparkan ke persawahan. Mereka
membuang sebagian bekalnya itu agar dapat selamat. Kaum muslimin berkata ketika
mereka kembali bersama Rasulullah Saw. “Wahai Rasulullah, apakah engkau jadikan
hal itu sebagai alasan bagi kami untuk berperang?” “Ya,” jawab Rasulullah Saw.
b. Perang Bani Sulaim di
al-Kudar
Setelah Rasulullah
Saw. sampai di Madinah, maka kurang dari satu minggu beliau berada di Madinah,
beliau mendengar adanya pertemuan Bani Sulaim dan Ghathfan di Qarqarah
al-Kudar. Lalu beliau menyiapkan pasukan sebanyak 200 mujahid. Tujuan
Rasulullah Saw. memimpin pasukan itu mendatangi pertemuan mereka adalah untuk
menunjukkan wibawa Negara Islam. Sehingga tidak ada satupun orang yang
berkeinginan untuk menghancurkan Negara
Islam.
Rasulullah Saw.
berjalan memimpin pasukan itu hingga sampai di salah satu sumber mata air
mereka yang bernama al-Kudar, namun di tempat ini beliau tidak mendapatkan
seorangpun. Beliau mendapati orang-orang telah melarikan diri dan meninggalkan
binatang ternak mereka. Binatang ternak yang mereka tinggalkan sebanyak 500
ekor unta. Rasulullah Saw. mengambil semua binatang ternak itu, beliau
membaginya pada setiap pasukan yang ikut.
Beliau tinggal di
sumber mata air itu selama tiga hari. Dan selama berada di tempat itu beliau
tidak melakukan peperangan. Lalu beliau kembali ke Madinah. Beliau tinggal di
Madinah akhir bulan Syawal dan Dzul Qa’dah tahun kedua hijriyah. Dan ketika
beliau berada di Madinah beliau menerima tebusan bagi sebagian pembesar kaum
kafir Quraisy yang ditawan.
c. Perang Dzi Amar
Setelah Rasulullah
Saw. pulang dari Perang as-Sawiq, beliau tinggal di Madinah di akhir bulan Dzul
Hijjah, atau kurang lebih separuh bulan Dzul Hijjah. Lalu beliau menyerang
Najd, yang beliau ingin serang adalah Ghothafan. Perang ini adalah perang Dzi
Amar. Ketika beliau mengetahui bahwa pertemuan di antara Bani Tsa’labah dan
Muharib yang berkeinginan menghancurkan kekuatan-kekuatan Rasulullah Saw.,
namun mereka lari duluan setelah mendengar adanya rombongan pasukan yang
dipimpin Rasulullah Saw.
Beliau berada di Najd
selama bulan Shafar, atau separuh bulan Shafar. Kemudian beliau kembali lagi ke
Madinah. Dan selama di Najd beliau tidak melakukan peperangan. Beliau tinggal
di Madinah selama bulan Rabi’ul Awwal, atau kurang dari satu bulan.
d. Pembersihan para provokator
(atas) Negara Islam
Ketika berada di
Madinah, Ka’ab bin Asyraf mendengar tentang kemenangan Rasulullah Saw. pada
perang Badar. Lalu ia pun marah mendengar kenyataan itu. Ka’ab berkata, “Kalau
saja Muhammad sudah bisa mengalahkan mereka, niscaya isi bumi lebih baik dari
permukaannya.” Ka'ab keluar menuju Makkah guna memprovokasi kaum kafir Quraisy.
Ka’ab dengan suara
keras membaca syair, sehingga membuat orang yang berhati sensitif menangis.
Kemudian Ka’ab kembali ke Madinah, lalu dia memaki wanita-wanita muslimat,
sehingga mereka merasa sakit dengan makiannya itu.
Rasulullah Saw.
bersabda, “Siapa yang mau menyerahkan Ibnu
Asyraf untukku?” “Wahai Rasulullah, sayalah yang akan menyerahkannya
untukmu, saya akan membunuhnya,” kata Muhammad bin Maslamah pada Rasulullah
Saw. “Lakukan jika kamu mampu melakukannya,” sabda Rasulullah Saw. pada
Muhammad bin Maslamah.
Muhammad bin Maslamah
pun pulang. Dia selama tiga hari tidak makan dan minum, kecuali sekedar yang
dibutuhkan tubuhnya. Hal itu disampaikan kepada Rasulullah Saw. lalu beliau
memanggilnya. Beliau bersabda, “Kenapa kamu tidak makan dan minum?” Muhammad bin
Maslamah berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah berjanji kepadamu, padahal aku
tidak tahu apakah aku akan berhasil atau tidak?” Rasulullah Saw. bersabda
“Kewajibanmu hanya berusaha dengan sungguh-sungguh!” Muhammad bin Maslamah
berkata, “Wahai Rasulullah Saw. sungguh kami telah mengatakan perkataan yang
buruk kepadamu.” Beliau bersabda, “Katakan apa yang hendak kalian katakan.
Sebab, kalian tidak dilarang mengatakan hal itu.” Kalian lihat sendiri
bagaimana Rasulullah Saw. membolehkan mereka menampakkan umpatan di hadapan
Rasulullah Saw. demi mewujudkan kepentingan dakwah dengan menghabisi
musuh-musuhnya. Kalau saja perkara ini kamu ajukan sekarang, niscaya mayoritas
orang-orang yang mengaku berilmu akan mengingkarinya, sebab kebodohan mereka
terhadap tujuan-tujuan syari’at
yang agung.
Muhammad bin Maslamah,
Silkan bin Salamah, Abu Nailah, dan lainnya telah bersepakat untuk membunuh
Ka’ab bin Asyraf. Abu Nailah pergi menemui Ka’ab bin Asyraf, lalu dia
berbincang-bincang dan bersikap lemah lembut terhadapnya. Kemudian dia berkata
kepadanya, “Sungguh aku mendatangimu karena suatu keperluan yang ingin aku
sampaikan kepadamu, maka rahasiakanlah kedatanganku ini.” Ibnu Asyraf berkata,
“Baiklah.” Abu Nailah berkata, “Datangnya orang ini -Mubammad- di tengah-tengah
kami merupakan salah satu bencana. Dialah yang menyebabkan bangsa Arab memusuhi
kami, menyerang kami dari satu busur; memblokade jalan-jalan kami, hingga
hubungan keluarga kami menjadi rusak, menyulitkan jiwa-jiwa kami sehingga kami
dan keluarga kami menjadi sangat kesulitan.”
Ka'ab berkata, “Saya,
Ibnu Asyraf, demi Allah, saya benar-benar telah menyampaikan kepadamu, bahwa
perkara itu akan menjadi seperti apa yang aku katakan.” Silkan berkata kepada
Ibnu Asyraf, “Jika kamu ingin menjual makanan kepada kami, maka kami akan memberi
jaminan senjata kepadamu dengan penuh keikhlasan.” Ka’ab bin Asyraf pun setuju
dengan semua itu.
Lalu, Silkan pergi
untuk berkumpul kembali dengan sahabatnya di sisi Rasulullah Saw. Rasulullah
Saw. menemui mereka, lalu melepaskan mereka, serta mendo’akan kebaikan kepada
mereka.
Selanjutnya, di malam
yang terang bulan mereka menuju benteng Ka’ab, lalu mereka meminta Ka’ab turun
dari bentengnya. Setelah Ka’ab turun, mereka menyeretnya ke luar Madinah, lalu
mereka membunuhnya, dan membawanya kepada Rasulullah Saw. Peristiwa itu terjadi
pada tanggal 14 Rabi’ul Awal tahun ketiga Hijriyah.
e. Perang al-Furu’ Bagian dari
Daerah Buhran
Sampai berita kepada
Rasulullah Saw. bahwa Bani Sulaim telah mengumpulkan orang banyak. Mereka semua
berkumpul di Buhran. Lalu Rasulullah Saw. pergi mendatangi mereka dengan
membawa 300 orang di antara sahabatnya melalui arah al-Furu'. Namun, Rasulullah
Saw. mendapati mereka telah tercerai-berai. Selanjutnya, Rasulullah Saw.
tinggal di sana selama bulan Rabi’ul Akhir dan Jumadil Ula tahun ketiga
Hijriyah. Kemudian, Rasulullah Saw. kembali ke Madinah. Dan selama itu
Rasulullah Saw. tidak melakukan peperangan.
f. Pasukan Zaid bin Haritsah
Menuju al-Qaradah Bagian dari Daerah mata air Najd
Sungguh strategi
politik yang dilakukan Rasulullah Saw. guna menciptakan suasana kacaunya
pikiran musuh telah terasa hasilnya. Sebab, kaum kafir Quraisy tidak berani
lagi melewati jalan yang biasa mereka lewati menuju Syam pada saat terjadi
perang Badar. Selanjutnya mereka melewati jalan Iraq.
Di antara para
pedagang yang melakukan perjalanan dagang ini adalah Abu Sufyan bin Harb, ia
membawa banyak perak, sebab peraklah dagangan mereka terbesar. Mereka mengupah
seseorang dari Bani Bakar bin Wail, namanya Furat bin Hayyan, sebagai penunjuk
jalan baru bagi mereka. Akhirnya, berita itu sampai kepada Rasulullah Saw.
melalui mata-mata yang beliau sebar dan bekerja di antara barisan musuh, serta
melalui pengamatan yang kuat yang dimiliki beliau.
Rasulullah Saw.
mengirim Zaid bin Haritsah dengan kekuatan satu peleton kaum muslimin
untuk menghadang mereka. Akhirnya, mereka sampai di mata air, dan di sinilah
mereka mendapatkan rombongan pedagang itu. Namun mereka tidak mampu berbuat
banyak, sehingga mereka kembali lagi pada Rasulullah Saw. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah. Peristiwa ini merupakan perang
pertama di mana Zaid menjadi pimpinannya. (Lihat Lampiran 7, Peta Perang Uhud)
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar