Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 20 Desember 2017

Kekalahan Negara Islam Perang Uhud Melawan Institusi Politik Quraisy Dan Sekutu Kufur



e. Kekalahan

Para pasukan pemanah yang ditempatkan Rasulullah Saw. di atas gunung mengira bahwa peperangan telah berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Sehingga mereka meninggalkan posisi mereka, dan menyusul pasukan yang lain. Keadaan yang demikian itu dilihat oleh Khalid bin Walid pemimpin sayap kanan pasukan kaum kafir Quraisy. Lalu ia dan pasukan yang bersamanya bergerak memutar dari belakang gunung tempat pasukan pemanah berada, dan menyerang kaum muslimin setelah mereka berada di antara dua pihak yang bertempur. Lalu ia mulai menyerang kaum muslimin dari belakang, dan tentara kafir Quraisy menyerangnya dari depan.
Tiba-tiba terdengar orang berteriak, “Ketahuilah bahwa Muhammad benar-benar telah terbunuh.” Hal itu menghancurkan kekuatan kaum muslimin, dan memperlemah semangat gerak mereka, akhirnya banyak dari mereka yang meninggalkan medan peperangan dengan keyakinan bahwa tidak ada harapan lagi untuk menang setelah terbunuhnya Rasulullah Saw., sehingga di antara mereka banyak yang menjadi korban musuh, saat itu bencana bagi kaum muslimin, sampai Rasulullah Saw. sendiri turut merasakan bencana itu.
Rasulullah Saw. terkena panah Utbah bin Abi Waqqash, sehingga gigi beliau patah dan bibirnya yang bawah juga luka; Abdullah bin Syihab az-Zuhri melukai dan menggores dahi beliau; dan hal yang sama dilakukan juga oleh Ibnu Qami'ah yang melukai pipi beliau, lalu beliau menaruh dua tetes getah pohon pada pipinya.
Rasulullah Saw. terperosok ke dalam lubang yang dibuat kaum musyrikin untuk menjebak kaum muslimin, sedang kaum muslimin tidak mengetahuinya, Ali bin Abi Thalib mengambil tangan Rasulullah Saw. guna menariknya keluar dari lubang, Thalhah bin Ubaidillah mengangkatnya hingga Rasulullah Saw. berdiri kembali, sedang Malik bin Sinan -ayah Abu Sa’id al-Khudri- yang membersihkan darah dari wajah Rasulullah Saw. Orang yang pertama mengenal Rasulullah Saw. setelah kekalahan itu adalah Ka’ab bin Malik, ia berteriak dengan kerasnya, “Wahai kaum muslimin, ada kabar gembira untuk kalian, ini Rasulullah.” Lalu Rasulullah Saw. memintanya agar diam.

Setelah Rasulullah Saw. mengetahui kondisi kaum muslimin bahwa mereka telah tercerai-berai, maka Rasulullah Saw. merintahkan mereka yang masih tersisa untuk mundur ke gunung Uhud, dan memperkuat benteng pertahanan di sana. Rasulullah Saw. mundur ke gunung Uhud, dan beliau menjadikan salah satu bukit sebagai tempat pusat komando kepemimpinannya, ketika mundur beliau ditemani oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Harits bin Shammah, dan sekelompok kaum muslimin. Kemudian, kelompok-kelompok sahabat yang lain mulai bergabung dengan Rasulullah Saw.
Setelah Rasulullah Saw. sampai di bukit, Rasulullah Saw. didatangi oleh Ubay bin Khalaf yang berkata, “Hai Muhammad, saya tidak akan selamat, karena kamu juga tidak akan selamat.” Sahabat Rasulullah Saw. yang telah sampai ke bukit bersama Rasulullah Saw. berkata, “Wahai Rasulullah, perlukah kami merasa kasihan padanya?” Rasulullah Saw. bersabda, “Panggil dia.” Ketika dia telah mendekat, Rasulullah Saw. mengambil belati dari Harits bin Shammah, lalu beliau menikamkannya ke leher Ubay bin Khalaf, sehingga ia tersungkur dari kudanya.

Rasulullah Saw. menyadari bahwa beliau harus membangun pertahanan yang kuat dari pusat komando di bukit itu. Rasulullah Saw. membangun pertahanan ini melalui dua barisan: Barisan pertama adalah barisan pasukan pemanah, barisan ini ditempatkan di sekeliling bukit, tugas mereka menyiramkan anak-anak panah mereka pada siapa saja yang hendak menyerang pusat komando dari kejauhan. Barisan kedua barisan pertahanan depan yang bertugas mencegah setiap gerakan maju yang dilakukan musuh menuju pusat komando.

Setelah Rasulullah Saw. berada di pusat komando yang baru di bukit itu, maka Ali bin Abi Thalib segera pergi menuju mata air yang berada tidak jauh dari tempat itu, lalu dia mengisi perisainya dengan air, dan dengan air itu dia datang pada Rasulullah Saw. untuk memberinya minum, namun Rasulullah Saw. mendapati air itu baunya tidak enak, sehingga beliau tidak menyukainya dan tidak meminumnya. Karena itu, kemudian Ali menyiramkan air itu di atas kepalanya, dan mencuci bekas-bekas darah dari wajahnya. Sambil melakukan itu semua, Ali berkata, “Allah sangat murka kepada siapa saja yang mengalirkan darah nabi-Nya.”

Kaum musyrikin mengetahui keberadaan pusat komando kaum muslimin yang baru, maka mereka mulai mengirim sekelompok kecil orang untuk menguasai tempat itu, serta melenyapkan Rasulullah Saw., namun mereka tidak mampu berbuat banyak setelah mereka dihadapkan dengan pertahanan kaum muslimin yang ternyata masih kuat.
Para penulis sirah menuturkan kepada kami bahwa sekelompok kecil orang Quraisy itu berusaha dengan keras menekan perlawanan kaum muslimin agar dapat menerobos bukit, dan setelah berusaha keras mereka mampu menerobos perlawanan kaum muslimin yang berada di sekeliling bukit. Lalu, Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa orang yang mau mengorbankan dirinya untuk kami?” Maka tampillah Ziyad bin Sakan bersama lima kelompok orang dari golongan Anshar. Kemudian mereka berperang di bawah pengawasan Rasulullah Saw.
Di hadapan Rasulullah Saw., satu persatu mereka terbunuh. Ziyad atau Ammarah bin Yazin bin Sakan adalah orang yang berperang terakhir, akhirnya dia pun menderita luka-luka yang sangat parah.
Lalu, sekelompok kaum muslimin mendekati mereka dan membawanya mundur. Mereka membawa orang-orang yang terluka kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. menidurkannya pada kaki beliau, akhirnya dia pun meninggal, sedang pipinya masih berada di atas kaki Rasulullah Saw.

Pasukan pemanah musuh telah menguasai tempat yang berhadapan dengan bukit. Dan mulailah mereka menghujankan panah pada Rasulullah Saw. Melihat itu, Abu Dujanah bersegera menjadikan dirinya perisai bagi Rasulullah Saw., sehingga banyak sekali anak panah yang menancap di punggung Abu Dujanah.
Pasukan pemanah kaum muslimin membalas serangan pasukan pemanah musuh dengan menghujankan anak-anak panah pada mereka. Tampak di antara pasukan pemanah kaum muslimin adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berdiri di dekat Rasulullah Saw. sambil memanah. Rasulullah Saw. mengambilkan anak panah dan berkata kepadanya, “Panahlah, jadikanlah dirimu tebusan bagi ayah dan ibuku.”

Ketika kaum musyrikin yakin bahwa mereka telah bunuh Muhammad -berdasarkan prasangka mereka saja- mereka tidak perlu lagi membasmi sisa kaum muslimin, sebab kekuatan mereka sudah tidak ada lagi dengan meninggalnya Rasulullah Saw., maka mereka memutuskan untuk mundur dan kembali ke Makkah. Akan tetapi Abu Sufyan -setelah mengeluarkan keputusan terhadap pasukan kaum kafir Quraisy agar mundur- tidak lupa naik ke atas batu di tempat yang tinggi, dengan bangga dia berteriak dengan sangat keras agar didengar oleh kaum muslimin yang masih ada, dia berkata, “Bersungguh-sungguhlah dalam berbuat baik, sesungguhnya perang itu kompetisi (tidak selamanya menang dan tidak selamanya kalah), mengakui kebesaran Hubal (nama salah satu berhala yang ada di Makkah).”

Ketika mendengar perkataan Abu Sufyan itu, Rasulullah Saw. berkata kepada Umar bin Khaththab, “Berdirilah dan jawablah dengan perkataan, “Allah Maha Tinggi lagi Maha Perkasa, tidak seorangpun yang menyamainya, orang-orang kami yang terbunuh berada di Surga, sedang orang-orang kalian yang terbunuh berada di Neraka.”
Setelah Umar menjawab apa dikatakan Abu Sufyan, Abu Sufyan berkata kepada Umar, “Datanglah kepadaku, wahai Umar.” Rasulullah berkata kepada Umar, “Datangilah, dan lihat apa maunya.” Setelah Umar datang, Abu Sufyan berkata kepada Umar, “Wahai Umar tahukah kamu bahwa kami telah membunuh Muhammad?” Umar berkata, “Ya Allah, itu tidak benar, bahkan beliau sekarang benar-benar sedang mendengar apa yang kamu katakan.” Sufyan berkata, “Bagiku kamu lebih jujur dan lebih baik daripada Ibnu Qum'ah.” Dan Umar pun pergi. Abu Sufyan kembali berteriak dengan perkataan, “Sesungguhnya kami berjanji bertemu kalian di Badar tahun depan.” Rasulullah Saw. berkata kepada salah seorang sahabatnya, “Katakan, “Ya.” Itulah janji antara kami dan kalian. Kaum musyrikin pun mundur dari medan perang.
Di medan perang itu mereka meninggalkan 70 syahid dari kalangan kaum muslimin, di antara mereka adalah orang Islam yang telah kuat dengan Islamnya; orang Yahudi yang adil yang meminta kaumnya orang-orang Yahudi agar membantu Muhammad, sebab dia Rasul yang dijanjikan, namun kaumnya menolak, maka akhirnya dia bergabung dengan kaum muslimin dan turut berperang hingga dia terbunuh, seperti “Mukhairik”; orang yang baru masuk Islam, yang belum menunaikan shalat serakaatpun, seperti Ushairim Bani Abdul Asyhal Amru bin Tsabit bin Waqqash; dan di antara mereka ada juga orang yang pincang yang kewajiban jihad digugurkan oleh Allah darinya, dia bertengkar dengan anak-anaknya dan mengadukan mereka pada Rasulullah Saw. bahwa mereka hendak membiarkannya tetap mengurusi para janda dan anak-anak yatim, seperti Amru bin Jumuh.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam