Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 13 Desember 2017

Perang Dzu Qarad Pasukan Nabi SAW Melawan Pasukan Uyainah bin Hishn dari Ghathfan



d. Perang Dzu Qarad

Setibanya Rasulullah Saw. di Madinah dari Bani Lihyan, Rasulullah Saw. tidak tinggal di Madinah kecuali beberapa hari, sebab tidak lama setelah itu, Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badar al-Fazari bersama pasukan berkuda dari Ghathfan menyerang unta yang bersusu subur milik Rasulullah Saw. di al-Ghabah. (Al-Ghabah adalah tempat dekat Madinah dari arah Syam)
Di tempat itu ada putra Abu Dzar al-Ghifari dan istri Abu Dzar. Mereka membunuh laki-laki itu, sedang istri Abu Dzar mereka bawa dengan meletakkannya di atas unta yang bersusu subur tersebut.
Orang yang pertama kali mengetahui tentang Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badar al-Fazari dan pasukannya, dan yang bersiap-siap untuk menghadapinya adalah Salamah bin Amr bin Akwa' as-Sulami. Sehingga, pagi-pagi sekali ia pergi ke al-Ghabah dengan membawa busur panah dan anak panahnya, ia pergi dengan ditemani budak milik Thalhah bin Ubaidillah yang menuntun kudanya.
Ketika Salamah berada di atas Tsaniyatul Wada', ia melihat kuda-kuda mereka. Lalu, ia mendaki Sal'u dan berteriak, “Wahai indahnya pagi ini.” Kemudian, Salamah bin Amr yang tidak ubahnya binatang buas dengan cepat mengejar mereka, hingga berhasil menyusul mereka.
Lalu, ia mulai menyerang mereka dengan anak panah. Dan setiap kali memanah ia berkata, “Ambillah anak panah ini! Aku putra Akwa’. Sekarang adalah hari kematian bagi orang-orang yang curang.” Dan apabila pasukan berkuda Uyainah bin Hishn datang ke arahnya, maka ia pun lari menghindar dari mereka. Jika ia punya kesempatan memanah, maka ia gunakan kesempatan itu untuk memanah mereka, lalu ia berkata, “Ambillah anak panah ini! Aku putra Akwa'. Sekarang adalah hari kematian bagi orang-orang yang curang.“ Itulah yang terjadi hingga salah seorang dari mereka berkata, “Aduh! Sungguh sial betul keadaan kita sejak pagi hari.”

Ketika informasi tentang teriakan Ibnu Akwa' ini sampai pada Rasulullah Saw., maka beliau menyeru, “Tolong, tolong!” Mendengar seruan Rasulullah Saw. itu, para pasukan berkuda Rasulullah Saw. memacu kudanya menuju beliau. Sedang orang pertama dari para pasukan berkuda yang sampai pada beliau Saw. adalah Miqdad bin Amr, berikutnya Ubbad bin Bisyr bin Waqsy, Sa’ad bin Zaid, Usaid bin Zhuhair, Ukkasyah bin Mihshan, Muhriz bin Nadhlah, Abu Qatadah Harits bin Rib'i, dan Abu Ayyas Ubaid bin Zaid. Setelah mereka semua berkumpul, Rasulullah Saw. mengangkat Sa’ad bin Zaid sebagai pemimpin mereka. Kemudian, beliau bersabda, “Pergi, kejar mereka, sampai kamu berhasil mendapatkan mereka.”

Fenomena di atas ini menunjukkan bahwa Negara Islam memiliki kekuatan (pasukan) gerak cepat yang senantiasa siap siaga untuk digerakkan. Rasulullah Saw. menggerakkan pasukan itu ke tempat yang beliau inginkan, ketika memang diperlukan.

Setelah pasukan berkuda kaum Muslimin berhasil menyusul pasukan Uyainah bin Hishn, maka Abu Qatadah Harits bin Rib’i membunuh Hubaib bin Uyainah bin Hishn, lalu menutupinya dengan kain burdah milik Abu Qatadah. Kemudian, Abu Qatadah mengejar mereka yang lain. Bersamaan dengan datangnya Rasulullah Saw. di tengah-tengah kaum Muslimin, tiba-tiba ditemukan Hubaib dengan ditutupi kain burdah milik Abu Qatadah, sehingga spontan mereka berkata, “Innalillahi wa inna ilaihi raji'un”, Abu Qatadah telah terbunuh!” Rasulullah Saw. bersabda, “Ini bukan mayat Abu Qatadah, namun mayat orang yang telah dibunuh oleh Abu Qatadah. Abu Qatadah sengaja meletakkan kain burdahnya di atas mayat ini agar kalian mengetahui bahwa dialah yang membunuhnya.”

Ukkasyah bin Mihshan berhasil mengejar Aubar dan anaknya, Amr bin Aubar, di mana keduanya berada di atas satu unta, lalu Ukkasyah bin Mihshan menusuk keduanya dengan tombak hingga keduanya tewas. Akhirnya, kaum Muslimin berhasil menyelamatkan beberapa unta yang bersusu subur, yang sebelumnya dibawa kabur oleh pasukan Uyainah bin Hishn.

Rasulullah Saw. terus bergerak hingga sampai di gunung daerah Dzu Qarad, dan di tempat ini beliau bertemu dengan pasukan Uyainah bin Hishn. Rasulullah Saw. tinggal di tempat ini sehari semalam.
Salamah bin Akwa’ berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, jika engkau mengirim aku bersama seratus orang, maka aku pasti mampu menyelamatkan sisa-sisa unta yang bersusu subur yang belum berhasil diselamatkan, dan aku akan memenggal kepala mereka.” Rasulullah Saw. bersabda “Sekarang mereka sedang menikmati jamuan sore dengan susu di Ghatfan.” Dalam riwayat lain, beliau bersabda pada Salamah bin Akwa’, “Aku percaya kamu mampu, tapi sudahlah! Sekarang mereka sedang menikmati jamuan sore dengan minum susu di Ghatfan.”
Rasulullah Saw. menolak keinginan Salamah bin Akwa’ untuk mengejar mereka karena dua alasan:

Pertama, sesungguhnya peperangan ini bukan peperangan dalam rangka pembersihan. Untuk itu cukup dengan memperlihatkan kepada musuh akan kekuatan pasukan Negara Islam, dan membuktikan kepada musuh bahwa Negara Islam mampu memukul balik dan menghancurkan musuh kapan saja Negara Islam menginginkan hal itu.

Kedua, sesungguhnya orang-orang Ghathfan memiliki kekuatan (pasukan) tempur yang memadai, sehingga Rasulullah Saw. tidak ingin berhadapan dengannya melalui peperangan yang justru akan memperkecil kekuatan pasukan beliau, sebab pasukan ini beliau persiapkan untuk peperangan-peperangan dalam rangka pembersihan yang telah Rasulullah Saw. rencanakan.

Sebagai pesta kemenangan, dan sebagai penghargaan atas kerja keras para pahlawan, Rasulullah Saw. membuat jamuan untuk mereka di tempat mereka mendapatkan kemenangan. Mereka membuat acara makan-makan, dan memuji Allah atas nikmat yang dikaruniakan kepada mereka. Kemudian, Rasulullah Saw. membawa para sahabat kembali ke Madinah.
Istri Abu Dzar al-Ghifari datang kepada Rasulullah Saw. dengan mengendarai unta milik Rasulullah Saw., sesampainya di hadapan Rasulullah, ia bercerita kepada beliau, setelah selesai bercerita, ia berkata,

“Wahai Rasulullah, aku telah bernadzar kepada Allah untuk menyembelih untaku ini jika Allah menyelamatkanku di atas unta.” Rasulullah Saw. tersenyum, lalu bersabda, “Sungguh jelek sekali balas budimu, setelah Allah melindungimu dan menyelamatkanmu dengan mengendarai unta ini, lalu kamu akan menyembelihnya! Tidak ada nadzar untuk bermaksiat kepada Allah, dan untuk sesuatu yang kamu tidak memilikinya. Sesungguhnya unta ini adalah untaku, sekarang pulanglah pada keluargamu dengan membawa berkah Allah.” Dengan demikian, Rasulullah Saw. tidak pernah melupakan pengajaran tentang perangai dan akhlak.

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam