Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 14 Desember 2017

Persiapan Nabi SAW Membersihkan Institusi Politik Yahudi Bani Musthaliq



E. Pembersihan Institusi Politik Yahudi Bani Musthaliq

1. Persiapan untuk melakukan pembersihan institusi politik Bani Mushthaliq

Setelah dilakukannya pembersihan institusi politik Yahudi Bani Quraidhah, Rasulullah Saw. berencana melakukan pembersihan terhadap komunitas institusi politik orang-orang Yahudi yang lain. Sedang komunitas institusi politik orang-orang Yahudi yang masih berpengaruh di Madinah al-Munawwarah hanya tinggal dua, yaitu Yahudi Bani Mushthaliq dan Yahudi Khaibar. Untuk itu, Rasulullah Saw. harus melakukan beberapa manuver militer dan politik sebelum melakukan pembersihan terhadap mereka.
Berikut ini manuver-manuver terpenting yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.: (Lihat Lampiran II, Mobilisasi Pasukan Islam antara Perang Bani Quraidhah dan Perang Bani Musthaliq)

a. Pasukan pimpinan Muhammad bin Maslamah pergi ke ar-Raqtha’

Setelah memasuki bulan Muharram, tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Muhammad bin Maslamah al-Anshari untuk pergi ke ar-Raqtha’ daerah pedalaman Bani Bakar. Rasulullah Saw. memerintahkannya agar bergerak pada malam hari dan bersembunyi di siang hari. Perintah Rasulullah Saw. itu pun dilakukan.
Setelah Muhammad bin Maslamah sampai pada mereka, maka ia pun langsung menyerangnya, sehingga di antara mereka terbunuh kurang lebih 10 orang, dan yang lain melarikan diri. Muhammad bin Maslamah menggiring 150 ekor unta dan 3.000 ekor kambing. Dan dengan membawa semua itu, Muhammad bin Maslamah kembali ke Madinah al-Munawwarah.

b. Perang Bani Lihyan

Setelah memasuki bulan Rabi’ul Awal, tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. pergi sendiri ke Bani Lihyan.

Adapun sebab yang tidak secara langsung terkait dengan perang ini adalah membangun hegemoni Negara Islam, memperlihatkan kekuatannya, dan menakut-nakuti musuh-musuh Negara Islam.
Sedangkan sebabnya yang secara langsung adalah peristiwa ar-Raji’, tahun keempat Hijriyah. Yaitu, ketika datang delegasi dua suku ‘Adhal dan Qarah. Mereka menyatakan masuk Islam, lalu mereka meminta Rasulullah Saw. agar mengirim bersama mereka orang-orang yang akan mengajari mereka. Rasulullah Saw. mengirim bersama mereka beberapa sahabat terbaik.
Akan tetapi, tidak lama kemudian mereka berkhianat, mereka membunuh para sahabat terbaik itu di tengah jalan. Rasulullah Saw. mengabaikan mereka itu, namun setelah mendapatkan kekuatan untuk memerangi mereka, maka Rasulullah Saw. pergi memerangi mereka, sebagai balasan terhadap perbuatan mereka di ar-Raji', dan pengajaran bagi mereka. Sebab, sebelumnya Rasulullah Saw. tidak mungkin memberi pelajaran pada mereka, mengingat ketika terjadinya peristiwa itu Rasulullah Saw. sedang menghadapi situasi dan kondisi yang sangat sulit.

Sebagaimana biasanya, ketika bergerak, Rasulullah Saw. menyembunyikannya dari musuhnya. Bahkan tidak jarang beliau membuat bingung para musuh beliau. Sebab, beliau sering pergi menuju peperangan, namun tidak seorangpun yang mengetahui ke mana tujuan beliau pergi.
Dan kali ini, beliau hendak membuat bingung pihak musuh. Beliau memperlihatkan bahwa beliau hendak pergi ke Syam, supaya mereka yang menjadi sasarannya lalai dan lengah. Rasulullah Saw. pergi dari Madinah melewati Ghurab -yaitu gunung di daerah Madinah yang di atasnya terdapat jalan menuju Syam-, melintasi Mahis, Batra’, kemudian beliau belok kiri, lalu beliau melewati Bin, kemudian melintasi Shukhairotil Yamam, lalu berjalan lurus menuju al-Mahjah melalui jalan menuju Makkah. Selanjutnya, beliau mempercepat langkahnya hingga sampai di Ghuran yaitu tempat tinggal Bani Lihyan, menuju daerah yang bernama Sayah. Namun, beliau mendapati bahwa mereka telah siaga dan bertahan di puncak-puncak gunung.
(Bin adalah lembah yang ada di dekat Madinah. Ghuran adalah lembah yang terletak di antara Umj dan ‘Usfan.)
Ketika Rasulullah Saw. tiba di Sayah, sedang rencana penyerangan secara tiba-tiba yang telah direncanakan mengalami kegagalan, maka beliau bersabda: “Kalau kita turun ke ‘Usfan, niscaya penduduk Madinah melihat bahwa kita pergi ke Makkah.”
Beliau pergi bersama 200 pejalan kaki dari kalangan sahabat hingga beliau sampai di 'Usfan. Kemudian beliau mengirim dua orang penunggang kuda hingga keduanya tiba di Karra’ al-Ghamim. Selanjutnya, Rasulullah Saw. memutuskan kembali ke Madinah.
Jabir bin Abdullah berkata, “Ketika hendak kembali ke Madinah, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Mereka kembali, insya Allah mereka bertaubat, dan mereka benar-benar memuji Tuhan kami. Aku berlindung kepada Allah dari kesulitan dalam perjalanan, kesedihan karena kembali dengan kegagalan, dan melihat pemandangan buruk dalam keluarga dan harta.”

c. Pasukan pimpinan Karaz bin Zaid pergi ke ‘Irniyyin

Ketika Rasulullah Saw. kembali dari perang Bani Lihyan, beliau bertemu dengan rombongan di antara orang-orang Qais Kubbah dari Bajilah, mereka terinfeksi di Madinah dan mereka menderita sakit pada limpanya, sehingga hampir-hampir mereka celaka. Rasulullah Saw. membawa mereka pada unta yang bersusu subur milik beliau di Faifa’ al-Khabar. Unta yang bersusu subur ini dikuasakan pada Yasar.
Ketika mereka merasa sehat, mereka malah berbuat zalim pada Yasar, mereka menyembelihnya, menusukkan duri pada kedua matanya, dan bahkan membawa pergi unta yang bersusu subur itu.
Rasulullah Saw. mengutus Karaz bin Jabir untuk mengejar mereka. Setelah berhasil dikejarnya, lalu mereka dibawa kepada Rasulullah Saw., kemudian tangan dan kaki mereka dipotong, dan mata mereka dicungkil. Tindakan Rasulullah Saw. pada mereka itu tidak kecuali sebagai qishash atas perbuatan mereka pada Yasar, sebagai realisasi firman Allah Swt.:

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (TQS. an-Nahl [16]: 126)




e. Pasukan pimpinan Ukkasyah pergi ke Ghamr

Di bulan Rabi’ul Awal itu juga, setelah perang Dzu Qarad, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan dengan kekuatan 40 orang yang akan diberangkatkan ke Ghamr Marzuq -mata air milik Bani Asad- dengan dipimpin ‘Ukkasyah bin Mihshan. Ukkasyah pergi dengan cepat. Setelah mereka mengetahui kedatangan pasukan pimpinan Ukkasyah, maka merekapun melarikan diri.
Ukkasyah dan pasukannya hanya mendapatkan binatang-binatang ternak mereka, lalu Ukkasyah membawa binatang-binatang ternak mereka itu, yang berjumlah 200 ekor unta. Ukkasyah dan pasukannya sambil membawa binatang-binatang ternak itu menghadap kepada Rasulullah Saw.

f. Pasukan pimpinan Muhammad bin Maslamah pergi ke Dzul Qishah

Memasuki bulan Rabi’uts Tsani, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang terdiri dari 10 orang dengan dipimpin Muhammad bin Maslamah. Rasulullah Saw. menugaskan pasukan itu mendatangi Bani Tsa’labah dan Bani ‘Awwal, mereka berada di Dzul Qishah, mereka berjumlah 100 orang.
Pasukan itu mendatangi mereka pada malam hari. Kaum Muslimin mengelilingi mereka dan menyerangnya. Muhammad bin Maslamah menderita luka di tumitnya, lalu kaum Muslimin membawanya ke Madinah.
Kemudian, Rasulullah Saw. mengirim Abu Ubaidah bin Jarrah dengan kekuatan 40 orang pergi ke tempat mereka berperang, namun mereka tidak mendapati seorangpun, sedang yang mereka dapati hanya binatang ternak. Abu Ubaidah membawanya, dan kembali ke Madinah.

g. Pasukan pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah pergi ke Dzul Qishah

Dalam bulan Rabi'uts Tsani juga, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah dengan kekuatan 40 orang untuk menyerang pertemuan yang diadakan di Maradh -kira-kira 36 mil dari Madinah- tempat kediaman suku Bani Muharib, Tsa'labah, dan Anmar.
Abu Ubaidah bergerak mendatangi mereka pada malam hari. Abu Ubaidah sampai di Dzul Qishoh saat cahaya fajar pertama, kemudian menyerang mereka, akhirnya mereka pun melarikan diri dan kocar-kacir menyelamatkan diri ke gunung. Lalu, Abu Ubaidah mengambil harta benda mereka dan selanjutnya kembali ke Madinah al-Munawwarah.

h. Pasukan pimpinan Zaid bin Haritsah pergi ke Bani Sulaim

Di akhir bulan Rabi’ul Akhir, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Bani Sulaim di al-Humum daerah pedalaman Nakhlah.
Mereka mendapatkan seorang perempuan dari Mazinah, namanya Halimah, lalu mereka menahan perempuan itu. Kemudian perempuan itu yang memberitahu mereka tentang kediaman Bani Sulaim.
Akhirnya mereka mendapatkan binatang ternak, kambing-kambing dan tawanan. Dengan membawa semua itu, mereka kembali pada Rasulullah Saw. Sesampainya di Madinah, Rasulullah Saw. membebaskan Halimah dan suaminya sebagai balasan atas apa yang telah ia lakukan.

i. Pasukan pimpinan Zaid bin Haritsah pergi ke al-'Ish

Memasuki bulan Jumadzil ‘Ula tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah dengan kekuatan 40 pasukan berkuda untuk mencegat para pedagang kafir Quraisy yang akan melintasi al-‘Ish.
Zaid berhasil menemukannya dan mengambil semua yang ada, dan selanjutnya membawanya kepada Rasulullah Saw. Dalam tawanan perang ini terdapat Abu al-Ash bin Rabi’, suami putri Rasulullah Saw., Zainab. Kemudian istrinya, Zainab, menolongnya dengan memberi jaminan, dan Rasulullah Saw. menerima jaminan yang diberikan putrinya.

j. Pasukan pimpinan Zaid bin Haritsah pergi ke ath-Tharif

Setelah itu, di bulan yang sama, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke ath-Tharif -yaitu mata air, kurang lebih 36 mil dari Madinah melalui jalan Iraq-. Zaid pergi ke Bani Tsa’labah dengan kekuatan 15 orang. Ia mendapatkan banyak unta dan kambing. Selanjutnya, dengan membawa semua itu, ia kembali ke Madinah al-Munawwarah.




L. Pasukan pimpinan Zaid bin Haritsah pergi ke Wadzil Qura

Pada bulan Rajab tahun itu (tahun keenam Hijriyah), Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Wadzil Qura. Di Wadzil Qura ini pasukan Zaid bertemu dengan Bani Fazarah. Banyak dari pasukan Zaid yang terbunuh, sehingga Zaid tampak lemas di antara mereka yang terbunuh. Ketika Zaid telah kembali ke Madinah, ia bersumpah untuk tidak menyentuh kepalanya ketika mandi janabat (hadats besar) sampai ia memerangi Bani Fazarah.
Ketika ia telah sembuh dari luka-lukanya, pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw. mengirimnya dengan sebuah pasukan ke Bani Fazarah. Kemudian ia memerangi mereka di Wadzil Qura. Ia berhasil menahan Ummu Qurafah Fatimah bintu Rabiah bin Badar dan kedua putrinya. Ummu Qurafah adalah wanita tua yang disegani dan dihormati. Kemudian, Zaid membunuhnya sebab wanita tua itu telah lancang mencaci dan menghina Rasuiullah Saw.

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam