Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 11 Desember 2017

Nabi SAW Melakukan Pembersihan Atas Orang-Orang Musuh Negara Islam



d. Pembersihan terhadap para pengacau Negara Islam

1. Pembersihan terhadap Abu Rafi’

Abu Rafi’ Sallam bin Abi al-Hakik adalah orang Yahudi Khaibar. Dia sering mengacau Negara Islam. Bahkan ia rela memberikan bantuan yang besar kepada orang-orang Ghathfan dan suku-suku kaum musyrikin Arab di sekitarnya ketika mereka melakukan penyerangan terhadap Rasulullah Saw. Persoalan Abu Rafi, ini telah tersebar luas. Provokasinya terhadap Negara Islam termasuk bahaya yang harus segera diselesaikan dan diatasi. Sehingga pada suatu hari sekelompok orang Khazraj meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk membunuhnya sebagai bukti pembelaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. pun mengizinkannya.
Selanjutnya lima orang di antara kaum Anshar pergi mendatanginya, mereka itu adalah Abdullah bin Atik, Mas’ud bin Sanan, Abdullah bin Unais, Abu Qatadah bin Rib’iy, dan Khuza’iy bin Aswad. Rasulullah Saw. mengangkat Abdullah bin Atik sebagai pemimpin mereka. Rasulullah Saw. memerintahkan mereka agar tidak membunuh anak-anak dan kaum perempuan. Mereka pergi pada bulan Ramadhan.
Setibanya di Khaibar, mereka tidak langsung mendatangi rumah Abu Rafi’, mereka mendatangi rumahnya pada malam hari. Setelah mengetok pintunya, istri Abu Rafi’ keluar menemui mereka. Istri Abu Rafi’ bertanya: “Siapa kalian?” Mereka menjawab: “Kami orang-orang di antara orang-orang Arab yang membutuhkan bantuan.” Istri Abu Rafi’ mempersilakan mereka masuk. Setelah mereka masuk, mereka langsung membunuh Abu Rafi’. Mereka segera kembali menyampaikan kabar gembira kepada Rasulullah Saw. tentang terbunuhnya Abu Rafi’. Peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan, tahun keenam Hijriyah.

2. Pembersihan terhadap al-Yasir bin Razzam

Setelah terbunuhnya Abu Rafi’ Sallam bin Abi al-Hakik, kepemimpinan Yahudi Khaibar diserahkan kepada al-Yasir bin Razzam. Ia mulai mengontak orang-orang Ghathfan dan mengumpulkannya untuk menyerang Negara Islam. Berita itu sampai kepada Rasulullah Saw. Maka pada bulan Ramadhan secara rahasia Rasulullah Saw. mengirim Abdullah bin Rawwahah dengan ditemani tiga orang di antara sahabatnya untuk menyelidiki dan mempelajari kasus al-Yasir tersebut, dan bagaimana strategi yang memungkinkan untuk memulai menyerang mereka dengan tidak diketahui oleh mereka terlebih dahulu.
Mereka segera berangkat, dan mereka kembali kepada Rasulullah Saw. dengan membawa informasi yang cukup seputar kasus tersebut. Rasulullah Saw. mengutus Abdullah bin Rawwahah bersama tiga puluh orang di antara sahabatnya untuk mendatangi al-Yasir. Setelah mereka sampai pada al-Yasir, mereka berkata: “Kami sangat percaya sehingga kami menawarkan sesuatu kepadamu, bahkan hanya karena sesuatu itu kami datang kepadamu?” Al-Yasir berkata: “Ya, aku juga akan berbuat seperti itu kepada kalian.” Mereka berkata: “Baiklah.” Selanjutnya mereka berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. mengutus kami kepadamu untuk membawa kamu menghadapnya, selanjutnya beliau akan mempekerjakan kamu mengurus Khaibar, dan beliau akan berbuat baik kepadamu.”
Al-Yasir sangat menginginkan sekali itu, barangkali di belakang itu ia dapat meraih apa yang diinginkan. Al-Yasir bin Razzam dengan dikawal tiga puluh orang Yahudi pergi bersama mereka. Tiap-tiap orang di antara kaum muslimin didampingi oleh satu orang di antara orang-orang Yahudi. Sehingga, ketika mereka sampai di Qarqarahtabar, al-Yasir merasa menyesal dengan kepergiannya, dan ia menjulurkan tangannya berusaha mengambil pedang Abdullah bin Unais al-Juhni -salah seorang tentara yang dipimpin Rawwahah-, namun dengan sigap Abdullah mendorongnya, dan menyerangnya dengan pedangnya, sehingga keduanya saling menyabetkan pedangnya. Al-Yasir, terbunuh sedang Abdullah banyak menderita luka goresan.
Tiap-tiap orang dari kaum muslimin membunuh orang-orang Yahudi yang mendampinginya, kecuali satu orang dari mereka yang berhasil melarikan diri. Pasukan pimpinan Abdullah bin Rawwahah kembali pada Rasulullah Saw. Rasulullah saw, melihat luka goresan yang diderita Abdullah bin Unais, lalu Rasulullah Saw. meludahi luka goresan yang dideritanya, sehingga luka goresannya menjadi kering dan tidak terasa sakit lagi.

3. Pembersihan terhadap Abu Sufyan

Abu Sufyan bin Harb -sebelum ia masuk Islam- berkata: “Adakah seseorang yang akan membunuh Muhammad demi kebaikan kita semua, sebab perkara (agama) yang diserukannya itu rendah dan hina, ia suka berjalan-jalan di pasar-pasar.” Lalu seorang Badui mendatanginya dan berkata: “Kamu benar-benar telah menemukan orang yang paling bulat tekadnya, paling keras pukulannya, dan paling cepat larinya. Jika kamu memenuhi semua kebutuhanku, maka aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya.” Abu Sufyan berkata: “Kamu sahabat kami.” Abu Sufyan memberinya unta dan nafkah (biaya dalam perjalanan). Abu Sufyan berkata kepadanya: “Kamu harus merahasiakan perkara kamu ini.”
Orang Arab Badui itu pergi, setibanya di Madinah, ia bertanya tentang Rasulullah. Setelah mendapatkan penjelasan, ia pun mendatangi Rasulullah Saw. yang sedang berada di masjid Bani Abdul Asyhal. Ketika ia telah melihat Rasulullah, ia berkata: “Sungguh ini benar-benar memerlukan pengkhianatan.” Orang Arab Badui pergi mendekati Rasulullah, lalu Usaid bin Hudhair menarik kain pengikat pinggangnya, ternyata di baliknya ada belati, kemudian Usaid menjatuhkan belati itu dengan tangannya.
Orang Arab Badui itu berkata: “Celaka aku… celaka aku…” Rasulullah bersabda kepadanya: “Jujurlah kamu kepadaku, siapa sebenarnya kamu?” Ia berkata: “Aku orang yang dapat dipercaya.” Beliau bersabda: “Ya, benarkah itu.” Ia pun menceritakan kepada Rasulullah persoalannya, serta apa yang telah diberikan Abu Sufyan kepadanya, lalu Rasulullah Saw. melepaskannya.

Kemudian Rasulullah Saw. mengirim Amru bin Umayyah adh-Dhamriy, dan bersamanya pula dikirim Jabbar bin Shakhr al-Anshariy kepada Abu Sufyan. Beliau bersabda kepada keduanya: “Jika kalian berdua menemukan Abu Sufyan sedang lengah, maka bunuhlah dia.”
Keduanya memasuki Makkah. Pada malam hari Amru bin Umayyah melakukan thawaf di Baitullah. Abu Sufyan melihatnya, dan parahnya lagi, Abu Sufyan mengenalnya. Lalu memberitahukan kepada kaum kafir Quraisy tentang keberadaannya, kaum kafir Quraisy pun merasa khawatir kepadanya -sebab ia terkenal pemberani di masa jahiliyah-, mereka mulai mencarinya.
Amru bin Umayyah melarikan diri, lalu ia bertemu dengan seseorang di antara kaum kafir Quraisy, Amru membunuhnya agar tidak memberitahukan kepada kaum kafir Quraisy tentang keberadaan dirinya. Amru bin Umayyah adh-Dhamriy dan Jabbar bin Shakhr al-Anshariy berada di jalan menuju gua. Ketika keduanya sedang beristirahat di dalam gua, seseorang di antara Bani ad-Dil masuk ke dalam gua juga, namun ia tidak mengetahui tentang keberadaan mereka berdua.
Setelah duduk orang itu mulai bersenandung:
“Selama hidupku, aku tidak akan menjadi muslim
Tidak akan menganut agama mereka, orang-orang muslim

Amru bin Umayyah tidak menghiraukan ocehannya, setelah orang itu tidur Amru membunuhnya.
Ketika keduanya sampai di an-Naqi’, tiba-tiba bertemu dengan dua orang di antara kaum kafir Quraisy. Kaum kafir Quraisy mengirim kedua orang tersebut untuk menjadi mata-mata mereka. Amru berteriak kepada kedua orang tersebut: “Serahkan diri kalian berdua untuk dijadikan tawanan.” Kedua orang itu menolak, lalu Amru memanah salah seorang dari keduanya hingga terbunuh, sedang yang satunya lagi ditawan. Setelah diikat orang itu dibawa ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Amru duduk dan menceritakan kepada Rasulullah tentang kejadian-kejadian yang dialaminya. Mendengar apa yang diceritakan Amru, Rasulullah Saw. pun tertawa.

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam