Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 11 Desember 2017

Persiapan Nabi SAW Membersihkan Kekuatan Politik Bukan-Islam



G. Pembersihan Institusi Politik Kaum Musyrikin

1. Persiapan untuk Melakukan Pembersihan Institusi Politik Kaum Musyrikin

Setelah semua institusi politik kaum Yahudi di Jazirah Arab dibersihkan, maka tidak ada lagi penghalang di hadapan Rasulullah Saw., kecuali melenyapkan institusi politik kaum musyrikin bangsa Arab.

Untuk itu, beliau harus melakukan itu semua dengan penuh kecermatan dan kecerdasan. Sebab, hasil dari beliau menghadapi musuh ini akan menentukan perjalanan dan masa depan Negara Islam. Orang yang merenungi periode permanen terhadap as-sirah an-nabawiyah (perjalanan hidup Nabi Saw.), akan mendapatkan bahwa Rasulullah Saw. berusaha memperkuat kaum muslimin dengan menambah kuantitas mereka, meningkatkan kemampuan mereka dalam hal teknik pembuatan senjata. Sebagaimana beliau berusaha memperlemah musuhnya dengan melakukan gencatan senjata, atau menyerang kabilah-kabilah yang tersebar di sana-sini.
Yang jelas aktivitas beliau semuanya mengandung materi peperangan. Semua itu dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan pembersihan terhadap institusi politik kaum musyrikin. Seperti yang akan kami kemukakan semua rinciannya pada poin-poin berikut ini:

a. Berusaha menambah kuantitas kaum muslimin

Untuk merealisasikan itu semua, Rasulullah Saw. menempuh langkah-langkah berikut ini:

1. Menarik kaum muslimin yang hijrah ke Habasyi

Kita melupakan (tidak membicarakan) kaum muslimin yang berhijrah dari Makkah ke Habasyi yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib yang telah menikmati kebebasan beragama di Habasyi. Mereka bergerak di Habasyi dalam bidang dakwah dengan penuh kelemah-lembutan dan kehati-hatian. Sedang dalam hati mereka bergelora rasa rindu kepada Rasulullah Saw., rasa keinginan untuk bisa dekat beliau.
Telah sampai kepada mereka berita tentang sukses besar yang telah diraih oleh Negara Islam dalam bidang politik, militer, dan sosial. Sebab, Rasulullah Saw. harus memberitahu semua itu kepada mereka, dan meminta mereka agar segera kembali ke negeri mereka, lalu mereka bersegera untuk turut berpartisipasi dalam membangun Negara Islam. Karena setiap orang Islam memiliki peranan dalam membangun negara yang masih baru ini. Negara Islam memerlukan mereka yang ikhlas. Lebih-lebih setelah banyaknya kaum munafik yang menyusup ke dalam Negara Islam melalui rencana buruk kaum Yahudi. Mereka kaum muhajirin sampai ketika kaum muslimin sibuk mengepung beberapa benteng kaum Yahudi Khaibar.

Setelah mereka menginjakkan kakinya di Madinah al-Munawwarah, mereka langsung bertanya tentang Rasulullah Saw. lalu mereka diberitahu, bahwa Rasulullah Saw. berada di Khaibar. Beliau sekarang sedang mengepung benteng-benteng Khaibar. Kemudian mereka menyusul Rasulullah Saw. ke Khaibar agar mereka menjadi kekuatan tambahan bagi Rasulullah Saw. dalam menghadapi musuh Allah. Akan tetapi setelah mereka sampai, ternyata Rasulullah Saw. telah selesai menaklukkan Khaibar.
Rasulullah Saw. sangat gembira atas kedatangan mereka. Beliau Saw. mencium pemimpin mereka, yaitu Ja’far bin Abu Thalib. Beliau Saw. bersabda dengan sebuah ungkapan yang terkenal: “Aku tidak tahu mana di antara keduanya yang membuat aku sangat bahagia, ditaklukkannya Khaibar atau kedatangan Ja’far.” Begitulah bergabungnya kekuatan baru untuk Negara Islam, untuk menambah kekuatan dan kemapanan Negara Islam, dan untuk membantu perjalanan Negara Islam dalam mewujudkan tujuan-tujuannya.

2. Memperluas aktivitas diplomasi untuk mendapatkan dukungan bagi Negara Islam

Setelah stabilitas kondisi internal Negara Islam terkendali dengan dilenyapkannya institusi politik kaum Yahudi, dan setelah adanya pengakuan terhadap Negara Islam dari semua kelompok-kelompok politik yang mampu memainkan situasi dan kondisi kekuatan wilayah bangsa Arab, yang terdiri dari kaum Yahudi dan orang-orang Arab, beliau mulai mengirim utusan-utusan kepada para pemimpin dunia.
Mereka membawa surat untuk disampaikan kepada mereka, yang isinya menyeru mereka agar beriman pada ideologi yang diturunkan kepada beliau dari langit, serta menyeru mereka agar mengakui dan mendukung Negara Islam yang tegak untuk memenangkan ideologi ini dan menerapkannya.
Beliau mengutus Dihyah bin Khalifah al-Kalbi kepada Kaisar Raja Romawi, mengutus Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi kepada Kisra Raja Persia, mengutus Amr bin Umayyah adh-Dhamri kepada an-Najasyi Raja Habasyi, mengutus Hathib bin Abu Batla’ah kepada al-Muqaiqis Raja Iskandariyah, mengutus Amr bin al-Ash as-Sahmi kepada Jaifar dan Abdin, keduanya adalah anak al-Julunda al-Azdi Raja Amman, mengutus Salith bin Amr salah seorang dari Bani Amir bin Luai kepada Tsumamah bin Utsal dan Haudzah, keduanya Raja Yamamah dari Bani Hanifah, mengutus al-‘Ala’ bin al-Hadhrami kepada Mundzir bin Sawa al-Abdi Raja Bahrain, dan mengutus Syuja’ bin Wahb al-Azdi kepada Harits bin Abu Syamr al-Ghassani Raja di daerah perbatasan Syam.

b. Meningkatkan kemampuan teknik membuat senjata

Rasulullah Saw. harus berpikir untuk memiliki persenjataan yang efektif dan efisien, sebagaimana beliau berpikir meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia, khususnya setelah apa yang beliau lihat ketika memerangi Khaibar yang memiliki benteng-benteng kuat dan kokoh, maka beliau memandang perlunya mengembangkan persenjataannya, sebab pedang yang digunakan tidak berarti banyak di hadapan benteng-benteng yang kuat dan kokoh. Sebagaimana Khaibar yang memiliki benteng-benteng kuat dan kokoh, maka Thaif pun demikian juga, mereka memiliki benteng-benteng yang kuat dan kokoh. Padahal suatu hari beliau pasti pergi untuk menaklukkan Thaif. Untuk tujuan itu, beliau mengutus Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi dan Ghailan bin Salamah ke Jarsy di Yordania guna mempelajari cara pembuatan al-‘arradah (alat pelontar batu yang bentuknya lebih kecil dari al-manjiniqah), ad-dababah (alat perang penghancur benteng), dan al-manjiniqah (alat pelontar batu).
Alat-alat perang tersebut merupakan alat-alat perang terbesar pada saat itu, meski pembuatannya masih bersifat lokal. Para pakar sejarah menceritakan kepada kami bahwa keduanya pergi dan mempelajari cara pembuatan alat-alat ini, kemudian keduanya kembali kepada Rasulullah Saw., dan membuatkan alat-alat tersebut untuk beliau. Selanjutnya beliau Saw. menggunakan alat-alat ini ketika mengepung Thaif.

c. Melakukan banyak manuver militer

Rasulullah Saw. harus melakukan banyak manuver militer sebelum pergi untuk menaklukkan Makkah, membersihkan institusi politik kaum musyrikin dengan memutus kabilah-kabilah yang memungkinkan akan membantu kekuatan kaum kafir Quraisy ketika meletus peperangan antara Negara Islam dengan kaum kafir Quraisy. Kabilah-kabilah ini, meski masing-masing dari mereka tidak memiliki kekuatan yang perlu ditakuti, akan tetapi ketika mereka mengalir dalam satu aliran air, dan berkumpul dengan satu kepemimpinan, maka efektivitas kekuatan memungkinkan untuk mereka miliki.

1. Mengirim pasukan ke Turbah

Pada bulan Sya’ban, tahun ketujuh Hijriyah, Rasulullah Saw. mengirim Umar bin Khaththab bersama sekelompok para mujahid ke Turbah. Setelah sampai di Turbah, orang-orang di sana pun melarikan diri. Umar kembali tanpa melakukan peperangan.

2. Mengirim pasukan ke Bani Kalb di Najd

Pada bulan Sya’ban itu juga, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan untuk dikirim ke Bani Kalb di Najd. Pasukan ini akan dipimpin oleh Abu Bakar. Abu Bakar pergi bersama para mujahid hingga ia tiba di Bani Kalb. Abu Bakar memerangi mereka secara tiba-tiba. Sehingga banyak dari mereka yang terbunuh, dan sebagian yang lain ditawan. Selanjutnya Abu Bakar kembali ke Madinah al-Munawwarah.

3. Mengirim pasukan ke Bani Murrah di Fadak

Pada bulan Sya’ban juga, beliau menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Bisyir bin Sa’ad. Beliau memerintahkan Bisyir agar membawa pasukannya pergi ke Bani Murrah di Fadak. Kemudian terjadilah peperangan dengan mereka. Bisyir bin Sa'ad berhasil mengalahkan mereka, dan mengambil binatang-binatang ternak mereka. Namun Bisyir terluka dalam peperangan itu. Bisyir meminta perlindungan kepada orang-orang Yahudi di Fadak (yang sebelumnya telah takluk pada Negara Islam) agar ia dapat beristirahat. Bisyir tinggal bersama mereka beberapa hari, lalu ia kembali ke Madinah al-Munawwarah.

4. Mengirim pasukan ke Maifa'ah

Kemudian, pada bulan Ramadhan, beliau menyiapkan pasukan yang dipimpin Ghalib bin Abdullah al-Laitsi untuk dikirim ke penduduk Maifa’ah di Najd. Ghalib bin Abdullah al-Laitsi menyerang mereka, membunuh sebagian dari mereka, dan membawa binatang-binatang ternak mereka ke Madinah al-Munawwarah.
Di tengah perjalanan pasukan ini, Usamah bin Zaid bertemu dengan salah seorang di antara musuh. Usamah mengangkat pedang untuk membunuhnya. Orang itu berkata, “La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah,” Usamah menganggap ucapannya ini hanyalah tipuan agar ia tidak dibunuh. Usamah menilai ucapannya itu tidak didukung oleh keimanan sedikitpun. Sehingga, Usamah tetap membunuhnya.
Peristiwa itu disampaikan kepada Rasulullah Saw. Ketika Usamah kembali dan bertemu Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. bersabda kepada Usamah, “Wahai Usamah, siapa yang memberi kamu kekuasaan kepada orang yang berkata “La Ilaha Illallah?“ Usamah berkata, “Wahai Rasulullah, ia mengatakan itu hanya untuk berlindung saja.” Rasulullah Saw. bersabda, “Mengapa kamu tidak membelah hatinya saja, sehingga kamu akan mengetahui, apa ia jujur atau dusta.” Dan turunlah firman Allah Swt.:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mu’min” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia.” (TQS. an-Nisa’ [4]: 94)

Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun pada pasukan yang lain, tahun kedelapan, sedang Usamah sebagai pemimpin pasukan.

5. Mengirim pasukan ke Yuman dan Jubar

Pada bulan Syawal, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Bisyir bin Sa’ad al-Anshari dengan kekuatan tiga ratus orang. Beliau memerintahkannya agar pergi ke Yuman dan Jubar bagian dari wilayah Ghathfan. Tindakan ini dilakukan sebab diketahui bahwa orang-orang berkumpul di sana untuk melawan Negara Islam. Bisyir pergi mendatangi mereka. Melihat kedatangan Bisyir dan pasukannya, mereka melarikan diri. Bisyir membawa binatang-binatang ternak mereka, dan lalu kembali ke Madinah al-Munawwarah.






(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam