Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 14 November 2017

Nabi Saw. Mengumumkan Dasar Dan Tujuan Negara Islam



D. Mengumumkan Dasar Dan Tujuan Negara Islam

Setelah seluruh penjuru Jazirah Arab itu semuanya tunduk kepada Rasulullah Saw., beliau harus mengupayakan tempat pertemuan yang luas yang mampu menampung banyak orang di antara kaum muslimin, sebab mereka akan datang dari berbagai kabilah, dan dari berbagai penjuru. Sehingga dengan berkumpulnya mereka itu beliau dapat menyampaikan suara kemenangan, dan dengan berkumpulnya mereka di satu tempat, beliau dapat mengumumkan kepada mereka materi-materi dasar konstitusi yang telah disyari’atkan Islam dalam mendidik individu dan masyarakat, dan materi-materi dasar konstitusi yang wajib dipegang teguh dan diterapkannya oleh mereka sebagai kaum muslimin dan warga negara di Negara Islam.
Rasulullah Saw. berpendapat bahwa tempat yang pas untuk pertemuan ini adalah Makkah al-Mukarramah, sedang waktu yang tepat untuk pertemuan tersebut adalah di musim haji.
Rasulullah Saw. mengumumkan kepada para pemimpin kaum bahwa beliau hendak melakukan ibadah haji. Beliau meminta dengan sungguh-sungguh agar seluruh kaum muslimin ikut serta bersamanya, dan meminta mereka agar mempersiapkannya.
Rasulullah Saw. berangkat bersama-sama kaum muslimin yang jumlahnya banyak sekali. Beliau melakukan ibadah haji dengan mereka. Ibadah haji kali ini tidak sama dengan sebelumnya. Ibadah haji kali ini bersih dari setiap bentuk peribadatan dan pemujaan terhadap berhala. Di sanalah Rasulullah Saw. berdiri sambil berkhuthbah di tengah-tengah kerumunan orang yang bergemuruh.
Beliau bersabda, “Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu. Ku Jambul“ panggilan-Mu, tiada rekam bagi-Mu, ku rambut panggilan-Mu...” Rasulullah Saw. berkhutbah di tengah-tengah mereka khutbah yang mampu mengubah perjalanan sejarah.
Di sini Rasulullah Saw. mengumumkan kepada mereka metode (cara) Islam dalam menyiapkan individu muslim dan membangun masyarakat. Ada lima landasan yang dilakukan beliau dalam mewujudkan semuanya. Dua di antaranya tentang metode penyiapan dan pendidikan individu, sedang tiga di antaranya tentang metode membangun masyarakat.
Dalam menyiapkan individu dan mendidiknya, Rasulullah Saw. melakukannya berdasarkan dua landasan mendasar:

1. Memutus setiap hubungan individu dengan cara hidup jahiliyah, berhala-berhalanya, peninggalan-peninggalan jahiliyah, sesembahan-sesembahan jahiliyah, dan lain-lainnya. Sebab kehidupan baru yang sedang dijalani seorang muslim setelah menyatakan masuk Islam tidak memiliki hubungan sama sekali dengan najis dan kotoran-kotoran masa lalu.

2. Menjauhkan individu dari berbagai dosa dan kesalahan. Sebab dosa atau kesalahan yang dilakukan seorang individu, maka dampak buruknya melebihi apa yang dilakukan musuhnya. Mengingat dosa atau kesalahan yang dilakukannya menjadi sumber datangnya berbagai musibah dan bencana di dunia. Allah Swt. berfirman:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (TQS. asy-Syura [42]: 30),” dan di akherat menyebabkannya dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam. Dosa atau kesalahan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat mampu menghasilkan sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan pedang.
Rasulullah Saw. mengumumkan agar seseorang tidak berkeinginan melakukan dosa dan kesalahan sekecil apapun, apalagi kembali menyembah berhala-berhala. Sebab akal yang telah terbuka menerima ajaran tauhid menolak kembali pada kesyirikan yang tampak. Namun, syetan tidak pernah merasa putus asa untuk menciptakan cara agar orang melakukan dosa dan kesalahan. Syetan membuat perangkap-perangkap dosa dan kesalahan, sehingga tanpa disadarinya seorang masuk dalam perangkapnya, yaitu melakukan kesyirikan yang tidak terlihat (asy-syirk al-khafi).

Sedang dalam membangun masyarakat, maka Rasulullah Saw. melakukannya berdasarkan tiga landasan mendasar:

1. Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan yang mengikat kaum muslimin antara yang satu dengan yang lainnya. Ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan yang diikatkan oleh Allah Swt. di langit. Sehingga Ukhuwah Islamiyah ini menjadi benang yang merangkai seluruh kaum muslimin dengan rangkaian otomatis.
Ukhuwah Islamiyah membentuk ikatan perjanjian yang sangat berharga. Dengan ukhuwah ini seorang muslim berhak memberikan pertolongan pada muslim lainnya,

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempnan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” (TQS. at-Taubah [9]: 71), menasehatinya, membantu memecahkan kesulitannya, dan sebagainya.

2. Memperhatikan kaum lemah. Sehingga kelemahannya ini tidak menjadi celah dalam masyarakat. Rasulullah Saw. berwasiat dalam khutbahnya tentang kaum wanita dan budak, sebab keduanya menjadi lambang kaum lemah.

3. Bekerjasama dengan Negara Islam dalam menerapkan hukum-hukum Islam. Berusaha semaksimal mungkin untuk membasmi keburukan, dan menanam kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Jangan sampai warna kulit penguasa, keluarga, dan kelompoknya menjadi penghalang kerjasamanya dengan Negara Islam ketika berkehendak menyebarkan kebaikan.

4. Landasan utama ini akan dapat berjalan dengan sempurna jika didukung oleh sikap berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. tidak lupa menyeru agar berpegang teguh dengan keduanya, berhukum pada keduanya, dan berhenti di sisi keduanya. Meski khutbah Rasulullah Saw. ini pendek, namun ia merupakan serat tali ideologi yang mampu memperbaiki individu dan masyarakat. Untuk itu, Rasulullah Saw. mempertegas dan minta disaksikan bahwa beliau benar-benar telah menyampaikannya.

Berikut ini teks khuthbah beliau Saw. setelah beliau memuji Allah, dan menyanjung-Nya:

“Wahai manusia, dengarkanlah ucapanku, karena aku tidak tahu, barangkali aku tidak akan bertemu kalian kembali selama-lamanya setelah tahun ini, di tempat ini.
Wahai manusia, Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram bagi kalian hingga kalian berjumpa dengan Allah sebagaimana haramnya hari dan bulan kalian ini.
Sesungguhnya kalian semua akan berjumpa dengan Tuhan kalian, kemudian Dia akan meminta penjelasan kalian tentang amal perbuatan kalian. Sungguh hal ini telah aku sampaikan.
Siapa saja yang memiliki amanah, maka berikanlah amanah itu kepada orang yang dapat dipercaya mampu menjalankan amanah.
Sesungguhnya semua riba itu dihapus, namun modal harta kalian tetap menjadi milik kalian. Kalian jangan berbuat zhalim dan jangan mau dizhalimi, karena Allah telah menetapkan bahwa hal tersebut bukan termasuk riba. Sesungguhnya riba Abbas bin Abdul Muththalib semuanya dihapus. Sesungguhnya seluruh (hutang) darah pada masa jahiliyah itu dihapus dan (hutang) darah yang pertama kali aku hapus ialah (hutang) darah Ibnu Rabi’ah bin Harits bin Abdul Muththalib, dulu ia mencari wanita yang menyusui di Bani Laits, lalu ia dibunuh orang-orang Hudzail. Ini adalah (hutang) darah pada masa jahiliyah yang pertama aku hapus. (Rasulullah Saw. menghapus hutang harta, hutang darah, dan semua jenis tindak pidana (kejahatan)

Amma Ba’du. Wahai manusia, Sesungguhnya syetan telah merasa putus asa untuk bisa disembah di negeri kalian ini selama-lamanya, namun dalam hal selain itu, setan masih ditaati. Sungguh, syetan ridha dengan amal perbuatan yang kalian remehkan. Oleh karena itu, waspadalah terhadap setan demi terpeliharanya agama kalian.
Wahai manusia, Sesungguhnya nasi’ (yaitu menghalalkan bulan-bulan haram, dan mengharamkan bulan-bulan halal) itu menambah kekafiran. Sebab, karena nasi' itu (maka) orang-orang disesatkan. Mereka menghalalkan nasi’ pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar dengan cara seperti itu mereka bisa menyesuaikan dengan bilangan yang telah diharamkan Allah. Sungguh mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana mestinya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan. Di antara keduabelas bulan tersebut terdapat empat bulan haram, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab Mudhar yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. (Penambahan kata Mudhar pada bulan Rajab tidak lain karena bulan Rajab merupakan bulan yang diagungkan. Tidak seorangpun di antara bangsa Arab yang melakukannya selain pada bulan Rajab)

Amma Ba'du. Wahai manusia, Sesungguhnya kalian mempunyai hak atas istri-istri kalian, sebaliknya istri-istri kalian mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas istri-istri kalian ialah hendaklah istri-istri kalian tidak memperbolehkan siapapun di antara orang-orang yang kalian benci untuk mendatangi ranjang-ranjang kalian, dan tidak mengerjakan perbuatan keji yang terang-terangan. Jika istri-istri kalian mengerjakan hal-hal tersebut, maka Allah mengizinkan kalian untuk mengisolasi mereka di tempat tidur, dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak terlalu keras. Jika mereka berhenti dari perbuatan tersebut, maka mereka berhak mendapatkan nafkah dan pakaian dengan cara yang baik.
Berbuatlah baiklah kalian terhadap para wanita, sebab keberadaan mereka di tempat kalian adalah seperti tawanan yang tidak memiliki sesuatu apapun untuk diri mereka. Sesungguhnya kalian mengambil istri-istri kalian dengan amanah Allah, dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat-kalimat Allah. Oleh karena itu, pahamilah ucapanku ini, wahai manusia, sebab aku telah menyampaikannya.
Sungguh aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang jelas, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia, dengarkanlah ucapanku dan pahamilah. Ketahuilah bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan seluruh kaum muslimin adalah bersaudara. Oleh karena itu, seseorang tidak halal mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya. Janganlah kalian sekali-kali menzhalimi diri kalian sendiri.
Ya Allah, semuanya telah aku sampaikan.” Kaum muslimin berkata, “Ya Allah, betul.” Mereka mengucapkannya berkali-kali. Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah, saksikanlah.”

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam