Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 14 November 2017

Penduduk Thaif (Bani Tsaqif) Masuk Islam Dan Gabung Negara Islam



I. Penduduk Thaif (Tsaqif) Masuk Islam

Setelah Rasulullah Saw. kembali ke Madinah dari Tabuk, pada bulan Ramadhan, delegasi Tsaqif datang kepada beliau Saw.

1. Sebab kedatangan mereka

Di antara kisah tentang mereka adalah setelah Rasulullah Saw. mengakhiri pengepungan terhadap mereka (orang-orang Tsaqif), Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi -ia termasuk di antara orang Tsaqif yang ditaati- mengikuti jejak langkah Rasulullah Saw. Urwah bin Mas’ud berhasil menyusul beliau, sebelum beliau sampai di Madinah, lalu Urwah bin Mas'ud masuk Islam. Urwah bin Mas’ud minta izin kepada beliau untuk kembali kepada kaumnya, ia akan menyeru kaumnya kepada Islam. Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Sungguh mereka akan membunuhmu.” Rasulullah Saw. tahu persis bahwa dalam diri orang-orang Tsaqif ada kesombongan untuk menolak setiap kebenaran yang diserukan kepada mereka.
Urwah bin Mas’ud berkata, “Wahai Rarulullah, aku jamin, mereka sekali-kali tidak akan melakukan itu, sebab aku lebih dicintai oleh mereka daripada anak-anak sulung mereka sendiri.” Rasulullah Saw. memberi izin Urwah bin Mas'ud kembali kepada kaumnya. Urwah bin Mas’ud pun pergi untuk menyeru kaumnya kepada Islam, ia berharap kaumnya tidak menentangnya, mengingat kedudukannya yang tinggi di tengah-tengah mereka.
Ketika Urwah bin Mas’ud mengawasi kaumnya dari atas ruangannya yang tinggi, setelah ia menyeru kaumnya kepada Islam, dan setelah ia memperlihatkan agamanya kepada mereka, kaumnya memanahnya dari segala penjuru, akhirnya Urwah bin Mas’ud terkena panah hingga ia gugur. Urwah bin Mas’ud ditanya, “Apa pendapatmu tentang darahmu?” Urwah bin Mas’ud berkata, “Darahku adalah kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan aku, dan syahadah (mati syahid) yang dikaruniakan Allah kepadaku. Sehingga, tidak ada sesuatu apapun pada diriku, kecuali apa yang ada pada darah mereka yang syahid, yang terbunuh ketika mereka berperang bersama Rasulullah Saw. sebelum beliau pergi dari tempat kalian. Untuk itu kuburlah aku bersama mereka yang syahid tersebut.”
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda tentang Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi ini, “Sesungguhnya perumpamaan Uruwah bin Mas'ud di tengah-tengah kaumnya adalah seperti penguasa Yasin di antara kaumnya.”
Kemudian orang-orang Tsaqif diam beberapa bulan setelah terbunuhnya Urwah. Dan selama beberapa bulan itu, mereka terus berunding dengan cukup lama. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memerangi Negara Islam, mengingat seluruh Jazirah Arab telah tunduk terhadap Negara Islam. Bahkan Negara Islam mulai menghancurkan batas-batas kekuasaan bangsa Romawi.
Mereka sepakat untuk mengirim seseorang kepada Rasulullah Saw., sebagaimana mereka pernah mengirim Urwah. Mereka berbicara kepada Abdu Yalil bin Amr bin Umair, dan mereka meminta agar Abdu Yalil bin Amr bin Umair yang pergi kepada Rasulullah Saw., namun Abdu Yalil menolak melakukannya, sebab ia khawatir, kalau ia mau melakukannya -ketika ia kembali- ia akan diperlakukan sebagaimana Urwah.
Abdu Yalil berkata, “Aku tidak akan melakukannya sebelum ada beberapa orang yang juga diutus bersamaku.” Akhirnya, mereka sepakat mengutus bersama Abdu Yalil dua orang dari Akhlaf dan tiga orang dari Bani Malik, sehingga jumlah mereka seluruhnya menjadi enam orang.
Mereka yang diutus bersama Abdu Yalil adalah al-Hakim bin Amr bin Wahb bin Mu’attib dan Syarhabil bin Ghailan bin Salamah bin Mu'attib, sedang yang berasal dari Bani Malik adalah Utsman bin Abu al-Ash bin Bisyr bin Abdu Dahman saudara Bani Yasar, Aus bin Auf saudara Bani Salim, dan Numair bin Kharsyah bin Rabi’ah saudara Bani Harits.
Abdu Yalil pergi bersama mereka. Abdu Yalil yang memimpin dan yang memiliki otoritas perintah. Setelah mereka dekat dengan Madinah dan berhenti di Qanah, mereka bertemu dengan Mughirah bin Syu’bah yang sedang mendapat giliran menggembala kuda-kuda yang dipakai berjihad oleh para sahabat Rasulullah Saw. Kuda-kuda itu digembala secara bergiliran di antara para sahabat Rasulullah Saw.
Ketika Mughirah bin Syu’bah melihat mereka, Mughirah membiarkan kuda-kuda itu ada di antara orang-orang Tsaqif. Mughirah bin Syu’bah pergi dengan terburu-buru untuk menyampaikan kabar gembira kepada Rasulullah Saw. tentang kedatangannya orang-orang Tsaqif kepada beliau.
Sebelum bertemu Rasulullah Saw., Mughirah bin Syu’bah bertemu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, lalu Mughirah memberitahu Abu Bakar tentang delegasi Tsaqif yang datang hendak berbaiat dan menyatakan masuk Islam, dengan ketentuan Rasulullah Saw. membuat beberapa syarat untuk mereka, dan mereka meminta dibuatkan surat jaminan keamanan dari beliau untuk kaum, negeri, dan harta benda mereka. Abu Bakar berkata kepada Mughirah, “Akn bersumpah dengan nama Allah kepadamu, engkau tidak boleh mendahuluiku datang ke tempat Rasulullah Saw. hingga aku sendiri yang akan menceritakan hal itu kepada beliau.” Mughirah menuruti apa yang diinginkan Abu Bakar.
Kemudian, Abu Bakar masuk ke tempat Rasulullah Saw. dan memberitahukan kepada beliau tentang kedatangannya orang-orang Tsaqif kepada beliau. Sedang Mughirah pergi kepada orang-orang Tsaqif. Pada siang itu, Mughirah beristirahat bersama mereka. Mughirah mengajari mereka bagaimana cara memberi salam kepada Rasulullah Saw., namun mereka tidak melakukannya, kecuali tetap memberi salam dengan cara jahiliyah kepada beliau.

2. Tidak ada tawar-menawar dalam urusan akidah

Setelah mereka tiba di tempat Rasulullah Saw., mereka dibuatkan kubah di salah satu sisi masjid beliau. Khalid bin Sa’id bin al-Ash orang yang berjalan mondar-mandir antara mereka dengan Rasulullah Saw. hingga mereka selesai menulis surat perjanjian mereka, bahkan Khalid bin Sa’id bin al-Ash orang yang menulis surat perjanjian itu dengan tangannya sendiri. Mereka tidak mau memakan makanan yang diberikan oleh Rasulullah Saw. sebelum Khalid bin Sa'id bin al-Ash terlebih dahulu memakannya. Keadaan seperti itu terus berlangsung hingga mereka masuk Islam dan surat perjanjian selesai ditulisnya.
Di antara permintaan delegasi Tsaqif kepada Rasulullah Saw. ialah hendaknya beliau tetap membiarkan Lata dan tidak menghancurkannya selama tiga tahun, Rasulullah Saw. menolak permintaan mereka tersebut. Mereka kembali meminta beliau agar tetap membiarkan Lata dan tidak menghancurkannya, namun kali ini jangka waktunya dikurangi, yaitu selama setahun, beliau tetap tidak mengabulkan permintaan mereka. Akhirnya, mereka meminta agar beliau tetap membiarkan Lata dan tidak menghancurkannya selama sebulan saja sejak kedatangan mereka, namun beliau tetap menolak memenuhi permintaan mereka.
Kelihatannya mereka meminta seperti itu kepada Rasulullah Saw. karena mereka berharap bahwa dengan dibiarkannya Lata, mereka bisa selamat dari amukan orang-orang bodoh, wanita-wanita, dan anak-anak mereka. Selain itu mereka tidak ingin menakut-nakuti kaumnya dengan penghancuran berhala-berhala tersebut sebelum seluruh kaum mereka masuk Islam, namun Rasulullah Saw. menolak memenuhi keinginan mereka.
Justru beliau mengirim Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu’bah untuk menghancurkan Lata. Selain meminta agar Lata tetap dipertahankan, delegasi Tsaqif juga meminta kepada Rasulullah Saw. membebaskan mereka dari kewajiban shalat, dan meminta agar mereka tidak disuruh menghancurkan berhala-berhala mereka dengan tangan mereka sendiri.
Rasulullah Saw. bersabda, “Tentang penghancurkan berhala-berhala dengan tangan kalian, maka kalian akan aku bebaskan daripadanya. Sedang permintaan untuk dibebaskan dari kewajiban shalat, maka tidak akan aku kabulkan, Jebab tidak ada kebaikan pada agama yang di dalamnya tidak ada shalat.” Mereka berkata, “Wahai Muhammad, kami akan mengerjakan shalat, meski shalat itu menunjukkan kehinaan.”
Ketika delegasi Tsaqif telah menyatakan masuk Islam dan Rasulullah Saw. telah membuat surat perjanjian untuk mereka, beliau mengangkat Utsman bin Abu al-Ash sebagai pemimpin mereka. Utsman bin Abu al-Ash adalah orang termuda di antara mereka, namun ia orang yang paling bersemangat untuk mendalami ajaran Islam, dan mempelajari al-Qur’an. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, aku lihat anak muda ini (Utsman bin Abu al-Ash) adalah satu-satunya delegasi Tsaqif yang paling bersemangat untuk mendalami ajaran Islam dan mempelajari al-Qur’an.”

3. Kembalinya delegasi Tsaqif dan penghancuran Lata

Setelah delegasi Tsaqif menyelesaikan urusan mereka, dan mereka hendak pulang ke negeri mereka, Rasulullah Saw. mengirim bersama mereka Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu’bah untuk menghancurkan Lata. Kedua orang sahabat tersebut berangkat bersama delegasi Tsaqif.
Ketika mereka semua tiba di Thaif, Mughirah bin Syu’bah meminta Abu Sufyan bin Harb agar terlebih dahulu memasuki Thaif, namun Abu Sufyan bin Harb menolaknya, dan berkata, “Seharusnya engkau sendiri yang lebih dahulu masuk kepada kaummu.” Sedang Abu Sufyan bin Harb bersama unta dan perbekalannya tinggal di Dzu al-Hadm. (Dzu al-Hadm adalah mata air milik kabilah Bali yang berada di belakang Wadil Qura)
Setelah Mughirah bin Syu’bah telah masuk kepada kaumnya, ia naik ke atas Lata, kemudian memukulnya dengan cangkul. Ketika Mughirah bin Syu’bah sedang menghancurkan Lata, ia dilindungi oleh kaumnya, Bani Mu’attib, sebab mereka khawatir Mughirah bin Syu’bah dipanah atau dibunuh seperti halnya Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Ketika Mughirah bin Syu’bah sedang menghancurkan Lata itulah, wanita-wanita Tsaqif keluar dengan tidak mengenakan kerudung sambil menangisi Lata.
Setelah Mughirah bin Syu'bah selesai menghancurkan Lata, ia mengambil harta benda dan perhiasan yang ada padanya, lalu ia memberikannya kepada Abu Sufyan bin Harb. Harta benda yang berhasil dikumpulkan dari Lata itu terdiri dari emas dan batu permata.

Dari sini kami harus menyelidiki, mengapa Rasulullah Saw. memilih Abu Sufyan bin Harb sendiri yang ditugaskan menghancurkan Lata?
Ingat! Hingga sekarang, Abu Sufyan bin Harb masih cenderung kepada berhala-berhala tersebut, meski ia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Untuk itu, Rasulullah Saw. bermaksud mengirim Abu Sufyan bin Harb untuk menghancurkan Lata. Sehingga cita-citanya yang terakhir untuk kembali menyembah berhala-berhala tersebut menjadi musnah.
Lebih dari itu, delegasi Tsaqif ketika berbincang-bincang dengan Rasulullah Saw. mengungkapkan bahwa di Tsaqif hingga saat ini masih ada orang-orang beragama yang loyal terhadap Lata. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. memilih sang pembela dan penjaga berhala-berhala tersebut -Abu Sufyan bin Harb- sebagai orang pertama yang berlomba menghancurkan Lata. Ketika mereka melihat Abu Sufyan bin Harb dengan matanya sendiri, maka hancur dan lenyaplah cita-cita mereka. Akhirnya mereka membuang jauh-jauh semangat pembelaannya, dan selanjutnya mereka menyerah dengan agama baru, yaitu agama Islam. Renungkanlah! Betapa luasnya wawasan Rasulullah Saw. dalam menentukan tindakannya.

4. Melunasi sebagian hutang dengan harta yang diambil dari Lata

Jauh sebelum datangnya delegasi Tsaqif kepada Rasulullah Saw., Abu Mulaih bin Urwah dan Qarib bin al-Aswad keduanya menghadap kepada Rasulullah Saw., ketika terbunuhnya Urwah. Keduanya ingin berpisah dari orang-orang Tsaqif. Sebab, antara mereka tidak pernah ada kesepakatan dalam hal apapun. Kemudian keduanya masuk Islam.
Rasulullah Saw. bersabda kepada keduanya, “Tunjukkan siapa saja yang kalian inginkan untuk menjadi pemimpin kalian.” Keduanya berkata, “Kami mengangkat Allah dan Rasul-Nya sebagai pemimpin kami.” Rasulullah Saw. bersabda, “Angkatlah paman kalian, Abu Sufyan bin Harb sebagai pemimpin kalian.” Keduanya berkata, “Ya, pemimpin kami adalah paman kami, Abu Sufyan bin Harb.”
Setelah orang-orang Thaif masuk Islam, dan Rasulullah Saw. telah mengirim Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu’bah untuk menghancurkan Lata, Abu Mulaih bin Urwah meminta Rasulullah Saw. membayar hutang ayahnya, Urwah bin Mas'ud, dengan harta milik berhala-berhala tersebut. Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Mulaih bin Urwah, “Ya, aku akan membayarnya.” Qarib bin al-Aswad berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bayarlah juga hutang al-Aswad -Urwah dan al-Aswad adalah saudara seayah dan seibu.” Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak, sebab al-Aswad meninggal dunia dalam keadaan musyrik.” Qarib bin al-Aswad berkata, “Wahai Rasulullah, akan tetapi engkau menyuruh seorang muslim tetap menyambung hubungan kekerabatan -yang dimaksud ialah dirinya sendiri. Aku tahu, memang hutang tersebut harus aku bayar, karena itulah aku meminta agar hutang tersebut dibayarkannya.”
Kemudian, Rasulullah Saw. memerintahkan Abu Sufyan bin Harb agar membayar hutang Urwah bin Mas’ud dan al-Aswad dengan harta yang diambil dari Lata tersebut. Setelah Mughirah bin Syu'bah mengumpulkan harta dari Lata tersebut, ia berkata kepada Abu Sufyan bin Harb, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. memerintahkanmu agar membayar hutang Urwah bin Mas'ud dan al-Aswad.” Kemudian, Abu Sufyan bin Harb membayar hutang keduanya.
Sedang surat perjanjian yang Rasulullah Saw. buat untuk orang-orang Tsaqif isinya sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim. Surat perjanjian ini dari Muhammad, seorang Nabi dan sekaligus utusan Allah kepada orang-orang yang beriman. Sesungguhnya pohon-pohon yang berduri dan buah-buahan yang ada di Wajj tidak boleh ditebang, dan begitu juga dengan hewan buruannya tidak boleh dibunuh. Siapa saja yang diketahui melakukan salah satu dari hal tersebut, ia dicambuk dan pakaiannya dicopot. Jika ia bertindak lebih jauh, maka ia ditangkap kemudian dibawa kepada Nabi Muhammad, Rasulullah. Isi surat perjanjian ini merupakan perintah Nabi Muhammad Rasulullah Saw.” (Wajj adalah suatu tempat di Thaif)
Surat perjanjian ini ditulis oleh Khalid bin Sa’id atas perintah Rasulullah, Muhammad bin Abdullah. Sehingga tidak seorangpun yang berani menentang isi suratnya. Dan jika ada yang menentangnya, maka sama artinya ia menzhalimi dirinya sendiri, sebab ia menentang apa yang telah diperintahkan Rasulullah Saw. terhadap dirinya.
Dengan demikian, itulah akhir kubu perlawanan di antara kubu-kubu perlawanan kesyirikan yang terdapat di Jazirah Arab. Akhirnya seluruh jazirah Arab tunduk kepada Negara Islam.

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam