Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 24 Juli 2017

Dalil Do'a Setelah Shalat



5. Doa

Keutamaan doa dalam Islam termasuk perkara agama yang pasti diketahui (ma'lum min ad-diin bid-dharurah). Dan bagi orang yang masih belum mengetahui nash-nash seputar keutamaan doa, maka saya sebutkan berikut ini. Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada doa (ibadat)-mu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” (TQS. al-Furqan [25]: 77)

Ayat ini begitu jelas menunjukkan keutamaan doa. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah Swt., maka Allah akan marah kepadanya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Tirmidzi meriwayatkan hadits ini dengan lafadz:

“Sesungguhnya orang yang tidak meminta kepada Allah Swt., maka Allah akan marah kepadanya.”

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw.:

“Tidak ada sesuatu yang Iebih mulia di sisi Allah Swt. dibandingkan doa.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi, alHakim dan Ibnu Hibban)

Cukuplah kiranya hadits ini menjelaskan keutamaan doa.

Dari Nu'man bin Basyir ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau Saw. membaca: “Dan Tuhan kalian berkata mintalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaan kalian.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Tirmidzi)

Dari Tsauban ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali kebaikan, dan tidak ada yang bisa menolak qadha kecuali doa. Dan sesungguhnya seseorang itu akan terhalang rizkinya karena kesalahan yang dilakukannya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Tirmidzi)

Seandainya kami tidak memiliki argumen kecuali nash yang terakhir ini (yaitu): “dan tidak ada yang menolak qadha kecuali doa”, niscaya cukup menjelaskan betapa doa itu memiliki keutamaan yang besar. Karenanya, mari kita berdoa kepada Allah Swt., dengan hati yang ikhlas, kita perbanyak doa dan menyandarkan harapan hanya kepada Allah Swt.

Ada banyak hadits yang menyebutkan doa-doa yang bisa diucapkan setelah selesai shalat. Saya sebutkan di antaranya sebagai berikut:

a) “Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

b) “Ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang kulakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dan segala yang Engkau lebih mengetahuinya dari diriku, Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

c) “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan para hamba-Mu.”

Ada juga doa-doa lainnya yang disebutkan dalam beberapa hadits, tetapi dengan sanad yang kurang kuat. Karena itu saya cukupkan dengan tiga doa yang saya sebutkan tadi, dan inilah dalil-dalilnya berdasarkan urutan di atas. Dari Muadz bin Jabal ra.:

“Pada suatu hari Nabi Saw. memegang tangannya, kemudian berkata: “Wahai Muadz, sesungguhnya aku mencintaimu.” Maka Muadz berkata kepadanya: “Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah, aku pun mencintaimu.” Beliau Saw. berkata: “Aku wasiatkan kepadamu wahai Muadz agar dalam setiap akhir shalat, engkau tidak meninggalkan dari mengucapkan: “Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Dari Ali ra. -ketika berbicara tentang sifat shalat Nabi Saw.- ia berkata:

“Jika beliau Saw. bersalam dari shalatnya, maka beliau mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang kulakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dan segala sesuatu yang Engkau lebih ketahui dibandingkan diriku. Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)

Muslim meriwayatkan hadits ini, tetapi dia menyebutkan hadits ini di antara tasyahud dengan salam, bukan setelah salam. Dari al-Barra ra. ia berkata:


“Jika kami shalat di belakang Rasulullah Saw., kami sangat suka jika berada di sebelah kanannya, karena beliau Saw. akan menghadapkan wajahnya ke arah kami. Dia (perawi) berkata: Lalu kami mendengarnya mengucapkan: “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan para hamba-Mu.” (HR. Muslim)

Sebelumnya hadits ini telah kami sebutkan dalam “duduk sejenak setelah shalat” pada bab ini.

Mengenai doa yang diucapkan khusus setelah shalat subuh dan maghrib (yaitu): “Ya Allah selamatkanlah aku dari siksa Neraka” sebanyak tujuh kali. Al-Harits bin Muslim at-Tamimi telah meriwayatkan bahwa ayahnya bercerita kepadanya, dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika engkau shalat subuh maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara dengan siapapun: “Ya Allah selamatkanlah aku dari siksa Neraka, sebanyak tujuh kali, karena jika engkau mati pada harimu itu, maka Allah Swt. akan menuliskan untukmu perlindungan dari Neraka. Dan jika engkau shalat maghrib maka ucapkanlah semisal itu, karena jika engkau mati malam itu, Allah Swt. akan menuliskan untukmu perlindungan dari Neraka.” (HR. Thabrani, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Hibban)

Inilah doa-doa yang disebutkan dalam beberapa nash yang dianjurkan untuk diucapkan setelah shalat. Meski demikian, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berdoa dengan (doa) lain yang dipilihnya setelah shalat, karena doa itu disyariatkan dan disunahkan pada setiap waktu dan dengan bentuk kalimat apapun.
Tetapi doa-doa yang tadi disebutkan setelah shalat memiliki keistimewaan tersendiri di sisi Allah Swt., sehingga lebih utama dan lebih baik untuk diucapkan dan didahulukan dibandingkan doa yang lain.
Jadi, seorang Muslim boleh memilih antara doa yang sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam urusan agamanya, dunianya, ataupun akhiratnya, yang dipilihnya sendiri, dengan doa-doa yang dipilih dari doa-doa Rasulullah Saw. yang disebutkan dalam nash-nash di atas.

Saya akan membantu Anda menyebutkan sejumlah doa yang ma’tsur, dan isinya ringkas tetapi mencakup segala hal. Lebih dari itu, Nabi Saw. sangat menyukai doa-doa yang isinya ringkas tetapi mencakup segala hal (al-jami'), sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim dari jalur Aisyah ra.,


1) “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku ini dalam agama-Mu.”
2) “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu agar aku bisa melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran serta mencintai orang-orang miskin, dan agar Engkau mengampuni dan mengasihiku, dan jika Engkau akan menimpakan fitnah pada satu kaum maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah, dan aku memohon kepada-Mu cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan cinta akan perbuatan yang bisa mendekatkan aku pada cinta-Mu.”


3) “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kecukupan.”



4) “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan kesehatan di dunia dan di akhirat.”



5) “Ya Allah Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api Neraka.”

Di dalam doa itu sendiri terdapat sejumlah adab yang harus diketahui dan dijaga oleh setiap Muslim, dengan harapan Allah Swt. akan menerima dan mengabulkan doanya. Di antara adab-adab tersebut adalah:

1) Hendaknya memohon sesuatu yang ingin diraihnya, dan dia sangat memahami apa yang diinginkannya itu. Apa yang dimohonkannya itu ada di dalam benaknya dan dia tidak pernah melupakannya. Sebab, jika tidak seperti itu maka doanya tidak dikabulkan. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya hati-hati itu menyadari atau memahami, yang satu lebih memahami dari yang lain. Wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah maka mintalah kepada-Nya di mana kalian dalam keadaan yakin akan diijabahnya doa, karena Allah Swt. tidak akan mengabulkan permohonan seseorang yang berdoa dengan hati yang lalai.” (HR. Ahmad)

2) Tidak tergesa-gesa meminta dikabulkannya doa, hendaknya dia terus-menerus berdoa tanpa putus asa. Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Doa itu akan dikabulkan bagi salah seorang dari kalian selama dia tidak tergesa-gesa, misalnya dengan mengucapkan: aku telah berdoa tetapi belum juga dikabulkan.” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Dawud dan Muslim)

3) Tidak memohon sesuatu yang diharamkan dan di dalamnya terdapat dosa, atau memohon sesuatu yang di dalamnya ada pemutusan hubungan silaturahmi. Dari Abu Said al-Khudri ra., bahwa Nabi Saw. bersabda:

“Tidaklah salah seorang Muslim memanjatkan satu doa yang di dalamnya tidak ada dosa atau pemutusan hubungan silaturahmi kecuali Allah Swt. akan memberikannya (mengabulkannya) dengan salah satu dari tiga bentuk: (yaitu) bisa dengan menyegerakan terwujudnya permohonan itu baginya, bisa dengan menyimpannya (sebagai pahala) untuknya nanti di akhirat, dan bisa juga dengan memalingkan keburukan darinya dengan nilai semisalnya. Mereka (para sahabat) berkata: ”Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah Saw. berkata: “Allah akan lebih banyak lagi mengabulkannya.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, al-Hakim dan Abu Ya’la)

4) Memulai doanya dengan pujian kepada Allah Swt. dan shalawat kepada Rasulullah Saw., kemudian memanjatkan doa yang dikehendakinya. Dari Fudhalah bin Ubaid sahabat Rasulullah Saw., ia berkata:

“Rasulullah Saw. mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah Swt. dan tidak bershalawat pada Nabi Saw., maka Rasulullah Saw. berkata: “Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada selainnya: “Jika salah seorang dari kalian berdoa maka mulailah dengan memuji Tuhannya yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, dan sampaikan sanjungan kepada-Nya, kemudian bershalawatlah untuk Nabi Saw., dan setelah itu berdoa memohon apa yang dikehendakinya.” (HR. Abu Dawud, Thabrani, Tirmidzi dan Ahmad)

Jika memulai doa dengan ucapan: “Subhana Rabbiyal Aliyyil A’lal-Wahhab” (Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha Pemberi) maka itu lebih baik lagi, berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa Salamah bin al-Akwa berkata:

 
“Aku tidak mendengar Nabi Saw. memulai doanya melainkan memulainya dengan ucapan: “Subhana Rabbiyal Aliyyil A’lal-Wahhab (Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha Pemberi).” (HR. al-Hakim, dia menshahihkannya, dan disepakati oleh ad-Dzahabi)

5) Mengangkat kedua tangannya jika berdoa, di mana dia menjadikan bagian dalam telapak tangannya menghadap wajahnya, dan tidak mengangkat keduanya melewati wajahnya. Jika selesai berdoa, lalu mengusapkan keduanya pada wajahnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman ra. dari Nabi Saw., bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya Tuhan kalian sangat pemalu dan Maha Mulia. Dia merasa malu pada hambanya jika sang hamba mengangkat kedua tangan kepada-Nya, lalu dia mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan hampa atau dia berkata dalam keadaan tanpa hasil.” (HR. Ibnu Majah, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Thabrani)

Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Umair pelayan Abu Lahm:

“Bahwa dia melihat Rasulullah Saw. beristisqa di samping bebatuan az-zait yang dekat dengan Zaura, berdiri memohon dan meminta hujan, mengangkat kedua tangannya tidak melebihi kepalanya, dan beliau Saw. menciumkan bagian dalam kedua telapak tangannya itu ke wajahnya.” (HR. Ibnu Hibban, Ahmad dan Abu Dawud)

Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan Umar bin Khaththab ra., bahwa dia berkata:

“Adalah Rasulullah Saw. jika mengangkat kedua tangannya dalam doa, beliau tidak menurunkan kedua (tangan)nya hingga beliau mengusapkan kedua tangannya itu pada wajahnya. Muhammad bin al-Mutsanna berkata dalam haditsnya: Beliau tidak mengembalikan kedua (tangan) nya hingga mengusapkan keduanya itu pada wajahnya.” (HR. Tirmidzi)

Thabrani meriwayatkan hadits ini dalam kitab ad-Du'a.

6) Mengulang doa sebanyak tiga kali. Dari Abu Mas'ud ra. ia berkata:

“Adalah Nabi Saw. sangat suka mengucapkan doa sebanyak tiga kali dan beristighfar sebanyak tiga kali.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

7) Setelah selesai berdoa mengucapkan amin. Sebelumnya telah kami sebutkan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dari jalur Abu Zuhair dalam pembahasan “mengucapkan amin di dalam shalat” pada bab “sifat shalat”:

“Lalu beliau Saw. berkata: “Allah akan mengabulkan (doanya) jika orang itu menutupnya.” Seseorang dan kaum itu bertanya: "Dengan apakah dia harus menutupnya?” Beliau berkata: ”Dengan (ucapan) amin, karena jika dia menutup dengan amin maka Allah akan mengabulkannya…”

Saya di sini memohon kepada Allah Swt. agar menerima amal baik dari artikel yang saya tulis ini, dan menjadikannya dalam timbangan kebaikan, dan mencurahkan ridha dan penerimaan kepada para pembaca. Karena Allah Swt. Maha Mendengar doa. Aamiin.

Sumber: Tuntunan Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam