Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 07 Mei 2016

Sasaran perusakan oleh musuh Islam




FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERLEMAH NEGARA KHILAFAH ISLAM

Negara Khilafah Islam berdiri di atas ideologi (mabda') Islam. Di dalam ideologi Islam terdapat kekuatannya. Dengannya semata, kekokohan Negara Khilafah Islam menjadi kenyataan dan ketinggiannya dapat tercapai. Berarti, ideologi Islam adalah penopang utama wujudnya Negara Khilafah Islam. Karena itu, Negara Khilafah Islam berdiri dengan kuat karena kuatnya Islam. Negara Khilafah Islam berhasil menaklukkan negeri-negeri di dunia yang sangat luas hanya dalam masa kurang dari seabad, padahal sarananya hanya kuda dan unta. Semua bangsa dan umat yang ditaklukkan Islam tunduk dalam waktu yang ringkas. Tidak ada alat selain lidah dan pena. Semuanya ini terwujud dengan sangat cepat tidak lain karena faktor Islam. Islam-lah yang menjadikan Negara Khilafah kuat.

Musuh-musuh Islam mengetahui hal itu. Mereka sadar bahwa Negara Khilafah Islam tidak dapat dilemahkan selama Islam kuat mengakar dalam jiwa para pemeluknya, dalam pemahaman, dan penerapannya. Dengan sadar, mereka berusaha menciptakan sarana-sarana yang akan memperlemah pemahaman kaum muslimin dan penerapan hukum-hukumnya.

Sarana-sarana yang mereka gunakan jumlahnya banyak. Di antaranya yang berkaitan dengan nash-nash Islam, bahasa yang dipakai, dan yang berkaitan dengan penuntasan fakta-fakta kehidupan.

Sasaran yang mereka tuju adalah hadits-hadits Nabi. Caranya dengan menyusupkan hadits-hadits palsu ke dalam hadits-hadits shahih yang asli. Hadits-hadits yang disusupkan tidak pernah dikatakan Nabi. Akan tetapi, mereka memalsunya dan menyusupkan makna-makna yang tidak islami dan pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Islam ke dalam hadits-hadits shahih yang asli, sehingga kaum muslimin mengambil dan mengamalkannya, lalu mereka terjauhkan dari Islam. Mereka mendustakan Rasulullah Saw. dengan cara memalsukan hadits-hadits di antara hadits-hadits yang asli dan menyebarkannya di tengah manusia.

Hanya kaum muslimin yang memahami Islam yang bebas dari tipudaya itu. Mereka berhasil menggagalkan komplotan mereka. Para ulama dan perawi hadits bangkit. Mereka mengumpulkan hadits-hadits dan menyusun sejarah para perawinya dan sifat-sifat mereka, lalu menjelaskan mana hadits yang shahih, lemah, dan palsu, sehingga sebuah hadits pun bisa dipelihara keasliannya. Dalam operasi penyeleksiannya, periwayatan hadits dibatasi hanya sampai pada periode tabi'ina tabi'in (generasi setelah tabi'in atau dua generasi sesudah sahabat) yang memperoleh hadits dari generasi tabi'in yang mendapatkannya dari sahabat. Hadits apapun yang diterima setelah generasi tabi'ina tabi'in, tidak diterima oleh para ulama penyeleksi hadits. Para perawinya juga diidentifikasi secara teliti dan tiap perawi diketahui dengan detil. Kemudian disusun dan dipaparkanlah tingkatan-tingkatan kitab-kitab hadits, sehingga seorang muslim jika mempelajari atau menelusuri sebuah hadits dimungkinkan akan mengetahui shahih tidaknya hadits dan lemah atau palsu tidaknya hadits. Dia dapat mengetahui ini dengan mengetahui sanad dan matan hadits.

Di luar semua itu (upaya memelihara kemurnian sumber-sumber hukum Islam), Negara Khilafah Islam juga melakukan penjagaan dengan menghukum kaum zindiq. Sanksi paling berat yang mereka terima atas pemalsuan hadits adalah hukuman mati. Dengan demikian, komplotan yang hendak merusak Islam dan Negara Khilafahnya tidak memiliki pengaruh yang berarti.

Kemudian sasaran perusakan berikutnya yang dilancarkan musuh-musuh Islam adalah bahasa Arab karena bahasa inilah yang dipakai Islam. Mereka berusaha memisahkan bahasa Arab dari Islam. Pada mulanya mereka tidak berhasil melakukannya karena kaum muslimin pada saat melakukan penaklukan negeri-negeri, mereka membawa Kitabullah, Sunnah Nabi, dan bahasa Arab. Mereka mengajari manusia bahasa Arab sebagaimana mengajari mereka Al-Qur'an dan hadits. Orang-orang pun berbondong-bondong masuk Islam. Mereka belajar bahasa Arab sampai mahir kemudian mematangkannya. Bahkan, di antara kaum 'ajam (orang-orang non-Arab) terdapat imam mujtahid, seperti Abu Hanifah, juga ada penyair-penyair yang andal dan brilian, seperti Basyar bin Bard, dan ada pula penulis yang sangat tajam, seperti Ibnu al-Muqaffa'.

Dalam menjaga kemurnian bahasa Arab, kaum muslimin sangat keras. Seperti demikianlah dukungan yang selalu diberikan pada bahasa Arab. Bahasa Arab diposisikan sebagai bahasa yang sangat penting karena kedudukannya merupakan bagian dari permata Islam dan syarat di antara syarat-syarat ijtihad. Pemahaman Islam yang diambil dari sumber-sumbernya dan pengambilan/ istinbat hukum tidak mungkin diperoleh kecuali dengan bahasa Arab. Hanya saja bantuan atau dukungan ini telah hilang setelah abad ke-6 hijriah ketika yang menguasai pemerintahan adalah orang-orang yang tidak mengetahui nilai bahasa Arab. Mereka menyia-nyiakan urusan bahasa Arab. Akibatnya, ijtihad menjadi terhenti dan tidak mungkin orang yang tidak mengetahui bahasa Arab mengambil/ istinbat hukum. Bahasa Arab menjadi terpisah dari Islam.

Pemahaman Islam yang kacau mengacaukan Negara Khilafah, dan otomatis kekacauan ini juga mengacaukan penerapannya. Ini memiliki pengaruh yang besar dalam Negara Khilafah, yaitu melemahkan Negara Khilafah (Daulah Islam) dan pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa aktual. Akibatnya, problem-problem yang muncul tidak terpecahkan atau terpecahkan tetapi tidak benar, sehingga menumpuk di hadapan Negara Khilafah yang pada gilirannya menyebabkan Negara Khilafah terguncang dan akhirnya lenyap.

Ini kaitannya dengan nash-nash Islam dan bahasa Arab. Adapun sarana-sarana yang dipakai dalam kaitannya upaya memperlemah tata laksana Islam dalam menyelesaikan fakta-fakta kehidupan, maka musuh-musuh Islam sejak  beberapa abad pertama berusaha menyelaraskan antara filsafat India dan Islam. Zuhud dalam masalah-masalah keduniaan dan pencarian Akhirat ditafsiri dengan praktek hidup yang sengsara dan penyiksaan badan. Akibatnya, banyak orang Islam yang menjauhkan diri dari kancah kehidupan dan menarik diri untuk tidak terjun ke dalam kehidupan. Itulah yang menjadikan mereka tidak bekerja bersama Negara Khilafah Islam dan dalam kancah kehidupan kaum muslimin. Negara Khilafah banyak kehilangan kerja keras dari anak-anak umat yang sebenarnya mereka sangat mungkin menggunakannya dalam dakwah Islam. Kehilangan itu justru digantikan dengan penyiksaan badan mereka sendiri. ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam