• Pemikiran
muncul karena terkaitnya realita dengan informasi, tidak bisa kalau hanya fakta
saja atau hanya informasi saja.
• Sodorkan
buku berbahasa arab kepada orang yang tidak bisa berbahasa Arab tentu ia tidak
bisa memikirkan apa yang ada dalam buku karena ia tidak mempnyai informasi
sehingga ia hanya akan melakukan penginderaan berulang (tapi tetap tak bisa
memahami makna tulisannya) = tidak berfikir, hanya mengindra.
• Tapi
coba sodorkan buku tersebut kepada orang yang telah mendapat informasi tetang
bahasa arab, maka ia akan bisa menjelaskan isi dan maksud dari buku tersebut.
Maka terjadi berfikir
• Jika
orang hanya diberi informasi yang berulang-ulang misal lagu india, maka orang
itu hanya bisa menghafal lagunya tanpa tahu maknanya. Atau anak yang dberi
informasi 3 kalimat. “apel manis”, “mangga masam”, “lombok pedas” tanpa pernah
ditunjukkan kepadanya benda tersebut. Jika suatu saat diberi ketiga benda dan
ditanya “mana yang pedas?” maka anak
akan bingung menjawab dengan pasti benar karena hanya memiliki informasi namun
tidak berfikir.
• Namun
jika benda-benda itu anda perlihatkan padanya sambil menyebutkan sifatnya atau
dia merasakannya sambil menjelaskan bahwa yang ia rasakan itu masam, manis,
atau pedas, maka ia akan memperoleh suatu pemikiran. Maka ketika ditanya ia akan menujuknya dengan
yakin meski anda berusaha menyalahkannya, karena sesungguhnya dia telah
mengetahui dan memahami faktanya. Dia
dengan mudah akan mengenalinya begitu melihat atau dengan sekedar disebut
namanya, karena dia telah memiliki pemikiran tentang buah tersebut, yaitu
dengan mengkaitkan realita dengan informasi.
• Maka
proses berfikir muncul berdasarkan penginderaan realita dan adanya informasi.
Maka apabila ingin mendapatkan pemikiran, maka ia akan mengindera realita lalu
menghubungkannya dengan informasi, ketika itulah akan lahir suatu pemikiran. Tetapi orang yang belum mempunyai informasi,
harus diberi informasi lebih dulu. Begitulah proses berfikir, selain dari
proses tersebut tidak akan terjadi pemikiran sama sekali.
• Maka
harus ada fakta dan informasi. jika ingin menyampaikan pemikiran kepada
masyarakat maka harus ditransfer informasi-informasi disertai menunjukkan
fakta. Maka akan menghasilkan pemikiran yang sama atau mirip sehingga
masyarakat sendiri akan melakukan pemikiran.
• Namun
jika hanya memberikan informasi tanpa mengaitkan dengan fakta, Mereka hanya
akan menjadi terpelajar tapi tidak menjadi pemikir. Di sinilah letak keharusan
untuk mendekatkan realita sebuah ide yang ditransfer ke benak mad`u
dengan berusaha menyertakan realita yang dapat diindera oleh mereka agar dapat
diperoleh sebagai bentuk pemikiran. Jika
para pemikir tidak melakukan cara seperti itu, berarti mereka belum mentransfer
pemikirannya kepada orang lain, akan tetapi hanya mentransfer
informasi-informasi yang mereka ajarkan kepada orang lain (masyarakat).
• Atas
dasar inilah memulai proses pemikiran dan kemauan untuk terus menjalaninya
adalah sesuatu yang harus ada dan dijunjung tinggi oleh manusia.
PERAN INSTING DALAM IDENTIFIKASI
• Pemikiran
VS identifikasi naluri. Jika tidak bisa membedakan maka keliru, bisa
menyesatkan. Contohnya menganggap anak bayi dan hewan bisa berpikir. Karena
tidak tahu defnisi pemikiran dan tidak bisa membedakan keduanya.
• Identifikasi
naluri: terjadi pada hewan karena berulangnya penginderaan terhadap
realita. Karena punya otak dan
indera. Hanya saja otaknya tidak bisa
menghubungkan informasi dengan kenyataan. Yang ada pada hewan hanyalah perasaan
terhadap kenyataan. Namun tidak
terjadi pengaitan informasi-realita, tetapi hanya reaksi pusat indera akibat
terjadinya penginderaan terhadap realita pertama dan realita berikutnya maka terjadi
identifikasi naluri sehingga menentukan sikap terhadap pemuasan naluri atau
kebutuhan jasmani. Tingkah laku ini
hanya untuk sekedar memilih antara memenuhi atau tidak memenuhi kebutuhannya,
tidak lebih dari itu.
• Contohnya
apabila seekor kuda disodori gandum dan seonggok tanah, maka kuda itu akan
mencoba-coba mengetahui mana di antara keduanya yang dapat memenuhi
pemuasan. Apabila kuda itu merasakan
bahwa gandum itu dapat memuaskan kebutuhannya dan bukan pada tanah, maka akan
terbentuk pada perasaan kuda itu bahwa gandum dapat memuaskan kebutuhannya;
sedangkan tanah tidak. Maka sejak saat
itu, kuda ini tidak lagi menggubris onggokan tanah dan akan memakan gandum
ketika lapar, dan tidak mengusahakan lebih dari itu.
• Identifikasi
naluri hewan terjadi melalui percobaan menggunakan indera. Percobaan berulang
yang rumit bisa saja terjadi sehingga mirip berfikir. tapi bukan mengkaitkan
informasi.
• Contohnya,
adalah usaha (percobaan) pencurian telur oleh 2 ekor tikus. Usaha ini memang
rumit; tetapi dihasilkan dari percobaan
dan pengulangan penginderaan bukan dengan mengkaitkan informasi-informasi.
Hanya terjadi pada pemuas kebutuhan. Hal sama bisa juga terjadi pada monyet,
unta, dan sebagainya. Dan apa yang dilakukan itu bukan suatu pemikiran,
melainkan identifikasi yang berasal dari naluri yang khusus berkenaan dengan
sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhannya saja dan tidak akan
melampauinya. Hal ini berarti hewan
tidak mungkin sampai mengetahui hahekat sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan yang tidak. Oleh karena
itu hal ini merupakan identifikasi yang berasal dari naluri semata, dan tidak
menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran, atau kesadaran.
• Begitu
juga anak bayi baru lahir yang belum punya informasi dan belum bisa mengaitkan
informasi maka tidak terjadi pemikiran. Melainkan hanya identifikasi yang
berasal dari naluri belaka terhadap sesuatu yang memberi kepuasan atau tidak.
Hal ini tidak memberinya pengetahuan tentang hakekat sesuatu yang telah dapat
ia identifikasi sebagai hal-hal yang dapat memberinya kepuasan. Si anak tersebut tidak tahu hakekat sesuatu
yang dapat memuaskannya atau tidak. Yang
terjadi hanyalah identifikasi yang berasal dari naluri sebatas apakah benda
tersebut memuaskannya atau tidak.
• Coba
beri anak apel dan batu, sebelum punya informasi dia akan mengidentifikasi
kedua benda mana yang bisa dimakan yang merupakan identifikasi naluriah. Jika
telah punya informasi ia langsung memilih apel. Sebab kemampuan
mempertautkannya merupakan bagian dari bentukan otak. Penginderaannya terhadap sesuatu secara pasti
terikat dengan dijalinnya informasi sebagai suatu keharusan.
• Oleh
karena itu adanya persepsi terhadap sesuatu terikat secara pasti dengan
penginderaan terhadapnya. Pada saat itulah
terdapat pada diri anak kecil tersebut pemikiran, akal, atau kesadaran segera
setelah memperoleh informasi yang dapat dipertautkan.
• Pemikiran
itu adalah pengambilan keputusan terhadap sesuatu (mengetahui hakekatnya). Sedangkan identifikasi yang berasal dari
naluri tidak lain adalah penjelasan apakah suatu benda mengenyangkan atau
tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar