Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 09 Februari 2016

PROSES BERFIKIR



       Pemikiran muncul karena terkaitnya realita dengan informasi, tidak bisa kalau hanya fakta saja atau hanya informasi saja.
       Sodorkan buku berbahasa arab kepada orang yang tidak bisa berbahasa Arab tentu ia tidak bisa memikirkan apa yang ada dalam buku karena ia tidak mempnyai informasi sehingga ia hanya akan melakukan penginderaan berulang (tapi tetap tak bisa memahami makna tulisannya) = tidak berfikir, hanya mengindra.
       Tapi coba sodorkan buku tersebut kepada orang yang telah mendapat informasi tetang bahasa arab, maka ia akan bisa menjelaskan isi dan maksud dari buku tersebut. Maka terjadi berfikir  
       Jika orang hanya diberi informasi yang berulang-ulang misal lagu india, maka orang itu hanya bisa menghafal lagunya tanpa tahu maknanya. Atau anak yang dberi informasi 3 kalimat. “apel manis”, “mangga masam”, “lombok pedas” tanpa pernah ditunjukkan kepadanya benda tersebut. Jika suatu saat diberi ketiga benda dan ditanya “mana yang pedas?”  maka anak akan bingung menjawab dengan pasti benar karena hanya memiliki informasi namun tidak berfikir.
       Namun jika benda-benda itu anda perlihatkan padanya sambil menyebutkan sifatnya atau dia merasakannya sambil menjelaskan bahwa yang ia rasakan itu masam, manis, atau pedas, maka ia akan memperoleh suatu pemikiran.  Maka ketika ditanya ia akan menujuknya dengan yakin meski anda berusaha menyalahkannya, karena sesungguhnya dia telah mengetahui dan memahami faktanya.  Dia dengan mudah akan mengenalinya begitu melihat atau dengan sekedar disebut namanya, karena dia telah memiliki pemikiran tentang buah tersebut, yaitu dengan mengkaitkan realita dengan informasi.

       Maka proses berfikir muncul berdasarkan penginderaan realita dan adanya informasi. Maka apabila ingin mendapatkan pemikiran, maka ia akan mengindera realita lalu menghubungkannya dengan informasi, ketika itulah akan lahir suatu pemikiran.  Tetapi orang yang belum mempunyai informasi, harus diberi informasi lebih dulu. Begitulah proses berfikir, selain dari proses tersebut tidak akan terjadi pemikiran sama sekali.
       Maka harus ada fakta dan informasi. jika ingin menyampaikan pemikiran kepada masyarakat maka harus ditransfer informasi-informasi disertai menunjukkan fakta. Maka akan menghasilkan pemikiran yang sama atau mirip sehingga masyarakat sendiri akan melakukan pemikiran.
       Namun jika hanya memberikan informasi tanpa mengaitkan dengan fakta, Mereka hanya akan menjadi terpelajar tapi tidak menjadi pemikir. Di sinilah letak keharusan untuk mendekatkan realita sebuah ide yang ditransfer ke benak mad`u dengan berusaha menyertakan realita yang dapat diindera oleh mereka agar dapat diperoleh sebagai bentuk pemikiran.  Jika para pemikir tidak melakukan cara seperti itu, berarti mereka belum mentransfer pemikirannya kepada orang lain, akan tetapi hanya mentransfer informasi-informasi yang mereka ajarkan kepada orang lain (masyarakat).
       Atas dasar inilah memulai proses pemikiran dan kemauan untuk terus menjalaninya adalah sesuatu yang harus ada dan dijunjung tinggi oleh manusia.

PERAN INSTING DALAM IDENTIFIKASI

       Pemikiran VS identifikasi naluri. Jika tidak bisa membedakan maka keliru, bisa menyesatkan. Contohnya menganggap anak bayi dan hewan bisa berpikir. Karena tidak tahu defnisi pemikiran dan tidak bisa membedakan keduanya.
       Identifikasi naluri: terjadi pada hewan karena berulangnya penginderaan terhadap realita.  Karena punya otak dan indera.  Hanya saja otaknya tidak bisa menghubungkan informasi dengan kenyataan. Yang ada pada hewan hanyalah perasaan terhadap kenyataan.  Namun tidak terjadi pengaitan informasi-realita, tetapi hanya reaksi pusat indera akibat terjadinya penginderaan terhadap realita pertama  dan realita berikutnya maka terjadi identifikasi naluri sehingga menentukan sikap terhadap pemuasan naluri atau kebutuhan jasmani.  Tingkah laku ini hanya untuk sekedar memilih antara memenuhi atau tidak memenuhi kebutuhannya, tidak lebih dari itu.
       Contohnya apabila seekor kuda disodori gandum dan seonggok tanah, maka kuda itu akan mencoba-coba mengetahui mana di antara keduanya yang dapat memenuhi pemuasan.  Apabila kuda itu merasakan bahwa gandum itu dapat memuaskan kebutuhannya dan bukan pada tanah, maka akan terbentuk pada perasaan kuda itu bahwa gandum dapat memuaskan kebutuhannya; sedangkan tanah tidak.  Maka sejak saat itu, kuda ini tidak lagi menggubris onggokan tanah dan akan memakan gandum ketika lapar, dan tidak mengusahakan lebih dari itu.
       Identifikasi naluri hewan terjadi melalui percobaan menggunakan indera. Percobaan berulang yang rumit bisa saja terjadi sehingga mirip berfikir. tapi bukan mengkaitkan informasi.
       Contohnya, adalah usaha (percobaan) pencurian telur oleh 2 ekor tikus. Usaha ini memang rumit; tetapi  dihasilkan dari percobaan dan pengulangan penginderaan bukan dengan mengkaitkan informasi-informasi. Hanya terjadi pada pemuas kebutuhan. Hal sama bisa juga terjadi pada monyet, unta, dan sebagainya. Dan apa yang dilakukan itu bukan suatu pemikiran, melainkan identifikasi yang berasal dari naluri yang khusus berkenaan dengan sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhannya saja dan tidak akan melampauinya.  Hal ini berarti hewan tidak mungkin sampai mengetahui hahekat sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya dan yang tidak.  Oleh karena itu hal ini merupakan identifikasi yang berasal dari naluri semata, dan tidak menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran, atau kesadaran. 

       Begitu juga anak bayi baru lahir yang belum punya informasi dan belum bisa mengaitkan informasi maka tidak terjadi pemikiran. Melainkan hanya identifikasi yang berasal dari naluri belaka terhadap sesuatu yang memberi kepuasan atau tidak. Hal ini tidak memberinya pengetahuan tentang hakekat sesuatu yang telah dapat ia identifikasi sebagai hal-hal yang dapat memberinya kepuasan.  Si anak tersebut tidak tahu hakekat sesuatu yang dapat memuaskannya atau tidak.  Yang terjadi hanyalah identifikasi yang berasal dari naluri sebatas apakah benda tersebut memuaskannya atau tidak.
       Coba beri anak apel dan batu, sebelum punya informasi dia akan mengidentifikasi kedua benda mana yang bisa dimakan yang merupakan identifikasi naluriah. Jika telah punya informasi ia langsung memilih apel. Sebab kemampuan mempertautkannya merupakan bagian dari bentukan otak.  Penginderaannya terhadap sesuatu secara pasti terikat dengan dijalinnya informasi sebagai suatu keharusan.
       Oleh karena itu adanya persepsi terhadap sesuatu terikat secara pasti dengan penginderaan terhadapnya.  Pada saat itulah terdapat pada diri anak kecil tersebut pemikiran, akal, atau kesadaran segera setelah memperoleh informasi yang dapat dipertautkan.
       Pemikiran itu adalah pengambilan keputusan terhadap sesuatu (mengetahui hakekatnya).  Sedangkan identifikasi yang berasal dari naluri tidak lain adalah penjelasan apakah suatu benda mengenyangkan atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam