Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 20 Agustus 2019

Kisah Muhammad al-Fatih



Sultan Muhammad al-Fatih – Panglima Islam Penakluk Konstantinopel

Kali ini, kita bersama seorang pemuda yang mendapat kabar gembira Rasulullah . terkait penaklukan Konstantinopel, terwujud untuknya. Ia adalah Sultan Muhammad II Al-Fatih. Julukannya mengalahkan namanya, sehingga ia dikenal dengan julukannya oleh para ahli sejarah secara umum, baik di barat maupun timur.

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:


Sungguh, kalian akan menaklukkan Konstantinopel. Sungguh, sebaik-baik amir adalah amirnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu. ” (HR Ahmad)

Hadits ini sangat membekas di dalam jiwa para khalifah, amir, dan komandan pasukan sejak masa Muawiyah bin Abu Sufyan hingga pada masa Abbasiyah, Al-Ayyubi, Al-Mamluki, dan seterusnya hingga masa Turki Utsmani.

Mereka semua yang mempersiapkan pasukan untuk memerangi kota tersebut dan berperang di dekatnya, dari lubuk jiwa berharap meraih kemuliaan besar dan kabar gembira itu.

Satu hal yang perlu disampaikan terkait hal ini, yaitu makam seorang shahabat mulia bernama Abu Ayyub Al-Anshari, tuan rumah yang menjamu Rasulullah pada saat beliau berhijrah, hingga kini masih ada di Istanbul (Konstantinopel).

Begini ceritanya, ia turut serta dalam pasukan yang menyerang Konstantinopel di bawah komando Yazid bin Muawiyah. Abu Ayyub kala itu sudah tua dan uzur. Ia mendapat luka cukup parah di salah satu peperangan ini. Panglima perang ini menghentikan pertempuran dan menjenguk prajurit mulia yang terluka itu. Namun, Abu Ayyub menolak dan meminta panglima perang agar para prajurit membawanya dengan menggunakan tandu dan mereka meneruskan berjihad. Selanjutnya, jika ia mati, ia meminta mereka untuk menguburnya di tempat yang berhasil mereka capai.

Para pasukan menurut dan memenuhi permintaannya. Setelah itu, Allah mewafatkan Abu Ayyub di dekat benteng-benteng Konstantinopel saat mereka mengepungnya. Di sanalah Abu Ayyub dikebumikan.

Saat ini, makam Abu Ayyub menjadi salah satu ikon kota Istanbul bagi orang-orang Turki. Di dekat tempat tersebut dibangun sebuah masjid dengan bangunan indah dan luar biasa. Orang berdatangan dari mana-mana ke masjid tersebut. Di kalangan masyarakat umum, masjid ini dikenal sebagai masjid sultan Ayyub.

Di kiblat masjid terdapat sebuah papan marmer bertuliskan nama Abu Ayyub, Khalid bin Zaid Al-Anshari, dengan sedikit pengenalan singkat tentang sosok Abu Ayyub.

Di sela pemaparan ini, saya ingin menjelaskan kepada pembaca yang budiman bahwa titik tolak perhatian penaklukan Konstantinopel adalah hadits Rasulullah di atas. Perhatian ini sudah muncul sejak awal, lalu terus berlangsung dalam waktu lama.

Peperangan-peperangan yang dipersiapkan untuk penaklukan kota besar ini disebut perang shawa'if atau perang musim panas, karena cuaca cerah adalah waktu yang tepat untuk bergerak di negeri-negeri itu, di mana hujan deras, salju, dan angin kencang selalu menyertai selama musim dingin yang berlangsung lama.

Sekarang, mari kita mengikuti kehidupan si pemuda penuh obsesi ini dan aksi-aksi penaklukannya.

Sebagai informasi, bahwa para ahli sejarah Barat menyebut penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M, bertepatan dengan tahun 857 H, seraya memberikan keterangan sejarah, dan bahkan sesekali mereka mencantumkan tanggal peristiwa ini.

Nasab Muhammad Al-Fatih

Ia adalah Muhammad bin Sultan Murad II, keturunan amir Utsman bin Ertugrul, pendiri daulah Utsmaniyah di Asia kecil (Anatolia).

Murad II dinilai sebagai salah satu sultan Bani Utsman yang paling banyak memperkokoh sendi-sendi daulah, dan memperluas penaklukan-penaklukan daulah di tanah Eropa -kecuali Konstantinopel- yang terletak di atas perbukitan tinggi di dekat Bosphorus, gerbang menuju laut hitam, dikelilingi tembok-tembok tinggi dengan menara tinggi, memanjang hingga teluk Golden Horn yang digunakan perahu-perahu untuk berlindung dari hantaman ombak besar, dan celah masuk teluk ini ditutup dengan rantai-rantai besi besar. Jika perahu-perahu musuh bermaksud menyeberangi celah masuk teluk ini, semuanya pasti hancur dan rusak.

Murad II menerobos negeri-negeri Eropa sebagai pejuang dan penakluk hingga ke sungai Danube pada tahun 829 H (1426 M), dan mengalahkan pasukan Hongaria. Setelah itu, ia membuat perjanjian dengan raja Hongaria.

Ia juga berhasil menaklukkan kota Thessaloniki dan Iaonnina (Yannena) yang tercakup ke dalam Wilayah Yunani. Ia juga berhasil menguasai negeri Serbia, menghapus pemerintahannya, menjadikan negeri ini tunduk pada Daulah Utsmaniyah, dan memberinya nama Samandara. Ia juga menundukkan Albania. Kemudian, Wilayah Venice (kota di Italia) membuat perjanjian dengan sultan Murad II.

Sultan Murad II juga berhadapan dengan pasukan gabungan Eropa di Varna, salah satu kota negara Bulgaria, menimpakan kekalahan telak terhadap mereka, dan menjadikan salah satu permaisuri Nasrani sebagai istri. Ia adalah ibu Sultan Muhammad Al-Fatih.

Kelahiran dan Pertumbuhan Muhammad Al-Fatih

Sultan Muhammad Al-Fatih lahir pada tanggal 27 Rajah 535 H, bertepatan dengan tanggal 30 Maret 1432 H.

Sejak masa kecil, si amir kecil ini menjalankan aturan pendidikan yang tegas. Ia tidak ubahnya seperti para amir Bani Utsman pada umumnya. Pendidikan Al-Fatih diawasi sejumlah ulama terbaik dan terkenal pada masanya.

Al-Qur’an, hadits, dan fikih adalah materi pertama yang diajarkan kepadanya hingga ia benar-benar menguasai bidang ini.

Di samping juga ilmu-ilmu peradaban lainnya, seperti matematika, astronomi, sejarah, dan pelajaran militer, baik secara teori maupun praktik.

Guru-guru Muhammad AI-Fatih yang Paling Dikenal

Si amir kecil ini berguru dan belajar pada sejumlah tokoh pendidik dan guru. Di antara yang paling dikenal, ada dua guru yang memberikan pengaruh terbesar pada kepribadiannya, yaitu Amid Syamsuddin dan Mulla Al-Kaurani.

Kelompok ulama terbaik ini berpengaruh dalam membentuk bangunan wawasan, politik, dan seni militer dalam kepribadiannya.

Guru yang paling tegas dan paling berpengaruh baginya adalah syekh Amid Syamsuddin.

Muhammad Al-Fatih menuturkan tentang hal itu -setelah memegang kesultanan, “Penghormatanku terhadap syekh itu (Amid Syamsuddin) adalah penghormatan yang menarik seluruh sisi jiwaku. Saat berada di hadapannya, aku dan kedua tanganku gemetar.”

Antara Kekuasaan dan llmu

Capaian ilmu ini terus menyertainya hingga ia besar, hingga ia menjadi seorang amir yang memegang kesultanan saat masih sangat belia.

Ini karena keluarga Utsman punya tradisi untuk melimpahkan administrasi kekuasaan kepada setiap amir saat masih kecil, agar membuatnya layak untuk memimpin daulah di kemudian hari.

Ayahnya memilih wilayah Magnesia untuk ia pimpin saat ia masih sangat belia dan belum baligh. Para guru dan pendidiknya turut berpindah bersamanya. Mereka mendampinginya selama berada di sana, mencurahkan perhatian, perawatan, dan bimbingan kepadanya.

Jenjang pendidikan yang ia tempuh dalam belajar adalah jenjang akademisi dan berjenjang; pendidikan dasar, menengah, menengah atas, lalu universitas.

Jenjang pendidikan ini sangat berpengaruh dalam metode reformasi yang ia terapkan saat memimpin kesultanan Utsmaniyah secara umum setelah ayahnya wafat, karena ia membuat revolusi jenjang pendidikan di tingkat daulah.

Wawasan Al-Fatih

Ia memiliki wawasan luas sebagai buah ilmu yang selama ini ia pelajari.

Ia menguasai beberapa bahasa; Arab, Persia, apalagi Turki. Ia memiliki perhatian di bidang sastra dan syair, terlebih ada bait-bait syair yang diriwayatkan darinya, ia juga memiliki buku syair dalam bahasa Turki.

Ia seringkali menuturkan dua bait syair hasil gubahannya ini:

Aku berniat menjalankan perintah ilahi
“Berjihadlah di jalan Allah...!”
Semangatku hanyalah semangat di jalan agama Allah

Amir Muhammad juga menguasai bahasa Latin, Yunani, dan Serbia (bahasa ibunya).

Pentingnya memperluas penguasaan bahasa-bahasa tersebut bagi seorang amir yang tengah meniti jalan untuk memimpin segala persoalan daulah Utsman yang saat itu dinilai sebagai daulah terbesar baik di Timur maupun Barat, tampak dengan jelas.

Peran Masa Pemerintahan

Masa pemerintahan mempengaruhi kepribadian Muhammad, sehingga berkat pencerahan yang disampaikan guru-gurunya, ia menjadi salah satu amir Utsmani yang paling memahami pelajaran ilmu sejarah, geografi, dan ilmu-ilmu militer, terlebih guru-gurunya mengalihkan perhatiannya untuk mempelajari para tokoh besar sejarah yang bergema dan mempengaruhi alur sejarah.

Guru-gurunya menjelaskan kepadanya sisi-sisi kebesaran para tokoh sejarah tersebut, dan apa saja titik-titik lemahnya, dengan harapan amir mereka suatu hari nanti menjadi penguasa yang paling berpengalaman, paling bijak dan genius.

Syekh Amid Syamsuddin jelas memainkan peran besar dalam membentuk kepribadian amir Muhammad, dan menanamkan dua hal dalam dirinya sejak masih kecil, hingga membuatnya menjadi seorang penakluk:

1. Memperbanyak gerakan jihad daulah Utsmaniyah.

2. Selalu memberikan isyarat kepada Muhammad sejak masih kecil, bahwa ia adalah amir yang dinantikan dan yang dimaksud oleh hadits nabawi, “Sungguh, kalian akan menaklukan Konstantinopel. Sungguh, sebaik-baik amir adalah amirnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu."

Sehingga, hadits ini tidak pernah terlepas dari perasaan, keinginan, dan harapan amir Muhammad.

Sultan

Muhammad ikut bersama ayahnya, sultan Murad II, di sejumlah peperangan, latihan menguasai seni-seni perang, menerapkan teori-teori militer yang ia pelajari, menampakkan keahlian, keberanian, dan kekuatan saat ia menginjak usia 13 tahun.

Sultan Murad II mulai merasakan kelelahan dan keletihan karena memadamkan berbagai gejolak, menghadapi berbagai musuh, dan memperluas penaklukan-penaklukan yang ia jalani selama ini, sehingga ia memilih untuk istirahat. Ia melihat anaknya, Muhammad, sudah memiliki keahlian yang sempurna. Untuk itu, ia turun dari tahta kekuasaan untuk istirahat.

Saat itu, orang-orang Eropa menggalang ekspedisi militer dengan sasaran Daulah Utsmaniyah. Ekspedisi militer ini diikuti kekuatan dari Hongaria, Toulon (Sekarang masuk ke dalam wiIayah negara Perancis, sebelah selatan provinsi Aix-en), Jerman, Perancis, dan Italia. Seluruh kekuatan bergerak dengan sangat deras, menyapu apapun yang ada di hadapannya.

Daulah Utsmaniyah bersiap-siap membendung serangan. Dewan syura sultan mengadakan pertemuan, lalu dewan memutuskan meminta Murad II kembali memimpin daulah. Akhirnya, sultan Murad II mengurungkan keinginannya untuk istirahat. Ia memimpin pasukan Utsmaniyah bersama Muhammad Al-Fatih.

Kedua kubu berhadapan di lembah Varna di Wilayah Bulgaria, di dekat laut Hitam. Murad II dengan pengalaman, pengetahuan dan keberaniannya berhasil mengalahkan pasukan gabungan Eropa, menimpakan kekalahan telak pada mereka, memecah-belah persatuan mereka, dan mengejar mereka hingga keluar perbatasan Wilayah kekuasaannya di negeri Balkan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 848 H, tepatnya pada tanggal 28 Rajab.

Gema kemenangan besar ini membahana ke berbagai penjuru dunia Islam. Sampai-sampai, sultan kerajaan Mamluk bernama Az-Zhahir Saifuddin Jaqmaq, penguasa Mesir, memerintahkan untuk menyebut nama sultan Murad II dalam khotbah Jumat setelah nama khalifah Abbasiyah.

Sultan Murad II Wafat dan Suksesi Kepemimpinan Muhammad Al-Fatih

Setelah melalui kehidupan yang penuh dengan jihad dan sumbangsih, sultan Murad II akhirnya wafat pada tanggal 5 Muharam 855 H, bertepatan dengan tanggal 7 Februari 1451 H.

Selanjutnya, Muhammad Al-Fatih memimpin kesultanan, kekuasaan, dan segala tanggung jawab kesultanan melalui pembaiatan ahlul halli wal adqi daulah Utsmaniyah saat ia berusia 20 tahun.

Perhatian-Perhatian Utama

Saat menduduki singgasana kekuasaan dan berada di pucuk tanggung jawab daulah, penaklukan Konstantinopel menjadi perhatian utama Sultan Muhammad. Bukan karena dorongan petualangan militer ataupun kedunguan masa muda, tapi semata karena pandangan yang objektif.

Para ayah dan kakeknya sudah berupaya untuk menaklukkan Konstantinopel sebelumnya. Juga para pemimpin sebelumnya dalam sejarah, baik pada masa yang belum lama maupun pada masa yang lampau. Mereka semua mengepung kota tersebut dengan ketat. Namun, kota itu tetap saja kokoh berdiri, menjadi penghalang yang sulit diatasi di tengah jalan menuju Eropa, serta menjadi permasalahan militer yang berbahaya di belakang pasukan Islam yang bergerak kesana-kemari di Eropa hingga wilayah Vienna (Ibu kota Austria) dan berada di jantung benua Eropa. Untuk itu, Konstantinopel harus ditaklukkan, apapun harga yang harus dibayar. Harus ditaklukkan dengan strategi militer yang dipelajari dengan baik dan kejutan-kejutan yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Selain mewujudkan harapan keyakinan terhadap sabda Rasulullah ﷺ, penaklukan Konstantinopel bagi Sultan Muhammad juga akan memudahkan Daulah Utsmaniyah untuk menaklukkan wilayah Balkan dan Eropa timur, juga membuat wilayah negerinya terhubung langsung dengan kawasan-kawasan tersebut tanpa adanya musuh ataupun ancaman keamanan di sela-selanya.

Seperti yang telah kami sampaikan, Konstantinopel adalah penghalang yang menghadang jalan penaklukan-penaklukan di Eropa. Untuk itu, Konstantinopel harus ditaklukkan, dikuasai, dan disingkirkan dari jalan.

Ibu Kota Edirne (Salah satu kota di Turki)

Edirne terletak di timur laut Konstantinopel. Kota ini dijadikan para pendahulunya sebagai ibu kota Daulah Utsmaniyah, dan Sultan Muhammad Al-Fatih mengikuti mereka. Padahal, berdasarkan posisi geografis, wilayah kota ini tidak aman. Namun, kota ini menjadi titik tolak pasukan Daulah Utsmaniyah bergerak ke jantung Eropa, sehingga kota ini harus dipersiapkan dan dibentengi super kuat.

Meriam Kesultanan

Salah seorang arsitek Bulgaria berpikir untuk menciptakan meriam. Ia menawarkan gagasan ini kepada pihak-pihak berwenang di negaranya. Namun, mereka menilai biayanya terlalu besar, dan mereka tidak mampu membiayai gagasan pembuatan meriam.

Akhirnya, ia menemui Sultan Muhammad dan menawarkan gagasannya itu kepadanya. Muhammad langsung menyetujui, dan mulai membuat banyak meriam. Meriam-meriam dicoba dan sukses.

Romalli Hishar

Romalli Hishar artinya benteng Romawi.

Kakek Sultan Muhammad, Bayazid Ash-Sha’iqah, membangun benteng di tepi bagian Asia tepatnya di selat Bhosporus saat berusaha menaklukkan Konstantinopel. Benteng tersebut ia beri nama Anatholi Hishar yang berarti benteng Anatholia. Posisi benteng ini terletak di tepi selat yang lebih sempit. Akhirnya, Sultan Muhammad memutuskan untuk membangun benteng di tepi bagian Eropa di selat yang sama berhadapan dengan benteng pertama.

Tujuan dari proyek militer ini adalah untuk memperkuat selat Bhosporus dari kedua sisinya. Berdasarkan ilmu matematika arsitektur yang ia pelajari. Sultan Muhammad sendiri yang membuat desain benteng, merancangnya. dan memilih posisinya.

Kemudian, desain benteng ini diterapkan seorang arsitek bangunan, Muslihuddin Anma. Untuk penggarapan proyek benteng ini, ia melibatkan tujuh ribu pekerja, hingga mereka menyelesaikan pembangunan benteng dalam empat bulan.

Jika Anda ditakdirkan berkunjung ke Istanbul -dengan izin Allah- dan menyaksikan jejak-jejak benteng yang hingga kini masih ada ini, Anda akan melihat sebuah “keajaiban.” Sebab, benteng ini sangat tinggi di posisinya, juga tembok-tembok dan menaranya yang tinggi. Anda dijamin kehabisan tenaga untuk mencapai puncak benteng ini.

Setelah selesai dibangun dan benteng diisi prajurit serta persenjataan, sebagian di antara mereka keluar untuk melihat Konstantinopel dari dekat, hingga terjadi adu mulut dan kegaduhan antara mereka dengan penduduk Bizantium yang ada di kawasan pinggiran. Raja Konstantinopel terpaksa memerintahkan untuk mengosongkan tempat-tempat tersebut dan mengevakuasi penduduknya ke wilayah Konstantinopel demi menyelamatkan hidup mereka, juga memerintahkan untuk menutup pintu-pintu gerbangnya.

Perlu disampaikan terkait persoalan ini, bahwa orang-orang Konstantinopel berlindung di balik tiga tembok penghalang secara berlapis, yang antara satu tembok dengan tembok lain terpaut jarak cukup luas.

Awal Serangan

Pada musim semi tahun 857 H (1453 M), serangan penaklukan dimulai. Untuk serangan ini, Sultan Muhammad menghimpun 20 ribu prajurit dalam 400 perahu besar, serta 80 ribu prajurit kavaleri dan invanteri. Jumlah total kekuatannya mencapai 100 ribu prajurit didukung 200 meriam.

Konstantinopel dikepung dari darat dan laut sebagai persiapan penyerangan.

Meski banyak, perahu-perahu Utsmaniyah minim persiapan sehingga tidak mampu berdiri dengan tegak di teluk Golden Horn untuk memasukinya, karena teluk ini ditutup dengan rantai-rantai besi yang sangat tebal. Perahu-perahu dijamin hancur ketika berupaya nekad menerobos masuk, sehingga panglima armada laut Utsmaniyah, Baltha Ouglu Sulaiman Bek cukup mengawasi situasi karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Di tengah situasi tersebut, perahu-perahu datang dari Genoa, Italia, dikirim oleh Paus untuk menyelamatkan Konstantinopel. Perahu-perahu ini berhasil menyeberang hingga ke teluk setelah melalui peperangan laut dan setelah rantai penghalang diangkat. Armada laut Utsmaniyah tidak tegar menghadapi armada laut Genoa ini.

Panglima Militer Genius, Sultan Muhammad Al-Fatih

Sultan Muhammad tidak putus asa karena apa yang terjadi. Ia terus mengasah otaknya yang cerdas dan menyendiri di dalam tendanya, hingga muncullah sebuah harapan.

Ia langsung mengumpulkan para komandan dan menyampaikan gagasannya kepada mereka. Meski sulit dilakukan, tapi gagasan ini merupakan strategi inovatif yang mengejutkan yang belum pernah dikenal seorang panglima militer pun dalam sejarah.

Perahu-perahu dipindahkan melalui jalur darat melalui puncak-puncak perbukitan tinggi, melintas di atas papan-papan kayu yang telah dilumuri minyak, melintasi wilayah Galata.

Aksi ini dilaksanakan pada malam hari. Para prajurit memperlihatkan kekuatan dan tekad luar biasa, hingga 67 kapal berhasil diturunkan ke perairan teluk Golden Horn.

Pasukan Bizantium dikejutkan oleh kekuatan-kekuatan laut yang sudah terpampang di hadapan mata mereka. Perahu-perahu perang Daulah Utsmaniyah berbaris lurus satu persatu untuk menghubungkan dua tepi teluk seakan sebuah jembatan agar pasukan-pasukan Utsmaniyah bisa menyeberang dengan mudah.

Doukas, seorang ahli sejarah yang hidup pada masa itu dan menyaksikan kejadian tersebut, menuturkan, “Ini mukjizat. Tak seorangpun mendengar hal ini sebelumnya, dan tak seorangpun melihat hal ini sebelumnya.”

Sebelum Serangan Umum

Sultan Muhammad mengirim utusan kepada kaisar Konstantinopel, memintanya untuk menyerahkan kota demi mencegah pertumpahan darah dan kaisar berhak menarik diri ke mana saja ia mau dengan seluruh harta benda dan simpanannya. Sultan berjanji memberikan jaminan aman kepada penduduk Konstantinopel atas harta, aset, dan nyawa mereka jika ia memenuhi permintaan sultan. Peringatan ini adalah peringatan kedua.

Pasukan Genoa menolak permintaan itu. Mereka juga meminta kaisar untuk menolaknya. Dan itulah yang terjadi.

Serangan Umum

Pada waktu fajar tanggal 28 Mei dan selepas shalat, Sultan Muhammad menuju lokasi-lokasi serangan.

Meriam-meriam besar membidikkan peluru berupa bongkahan batu bulat menggempur benteng, dan gema suaranya terdengar dari kejauhan.

Instruksi sultan memerintahkan untuk mengeluarkan dan menyebarkan ilmu Utsmani dari tempat penyimpanan. Ini berarti awal serangan umum.

Tiga Strategi Inovatif

Meriam-meriam kecil tidak mampu menembus benteng-benteng Konstantinopel karena terlalu besar.

Selanjutnya, panglima genius ini berpikir untuk membuat menara-menara dari kayu setinggi benteng-benteng Konstantinopel. Menara-menara kayu tersebut ditutup kulit dan diisi pasukan, digerakkan dengan roda agar mendekati benteng-benteng Konstantinopel, sehingga dengan mudah memburu pasukan-pasukan musuh. Seluruh menara-menara kayu berhasil dibuat dalam satu malam. Pasukan Bizantium dikejutkan dengan adanya menara-menara yang terpampang di hadapan mata mereka dan hanya berjarak beberapa meter.

Mereka segera melempari menara-menara kayu tersebut dengan api menggunakan kayu-kayu yang dibasahi dengan minyak dan dibakar, hingga menara-menara kayu berjatuhan.

Setelah itu, panglima genius menggali parit-parit di bawah tanah sepanjang tiga benteng Konstantinopel. Meski upaya ini tuntas dalam waktu singkat dan pasukan Utsmani bisa menyusup di sela-selanya, tapi mereka dibendung dan akhirnya mundur kembali.

Terakhir, akhirnya meriam kesultanan harus digunakan.

Meriam kesultanan ini memiliki berat berton-ton, ditarik 80 ekor lembu, dan menggunakan tenaga 400 prajurit; 200 di kanan dan 200 di kiri. Berat peluru meriam ini adalah 500 kg, dan jangkauannya mencapai sekitar 1,5 km (sekitar 1.650 m). Suara meraim ini terdengar hingga radius 60 km.

Meriam ini diletakkan di atas sebuah bukit tinggi yang saat ini dikenal sebagai wilayah Topkapi yang berarti bukit meriam. Tempat ini adalah salah satu perkampungan di Istanbul.

Peluru-peluru meriam kesultanan mulai mendobrak benteng-benteng Konstantinopel, membuat banyak lubang di dinding benteng, hingga para prajurit Utsmaniyah maju dengan keberanian tiada tara, mereka melemparkan tali-tali ke atas benteng, lalu mereka naik secara bergelombang.

Seorang prajurit Utsmaniyah membidikkan anak panah ke arah panglima pasukan Bizantium, Justinian, hingga tepat mengenai sasaran. Panglima Justinian mundur dari medan perang meski kaisar Konstantinopel mengharapkannya untuk tetap bertahan.

Syahid pertama pahlawan pasukan Utsmaniyah yang menyerang adalah amir Waliyuddin Sulaiman yang mengangkat bendera Utsmaniyah di atas tembok-tembok Konstantinopel. Sebelum bendera jatuh dari tangannya, sejumlah pasukan maju untuk meraihnya dan mengangkatnya kembali.

Pasukan Utsmaniyah terus bergerak masuk ke dalam kota dan sejumlah pintu gerbang kota berhasil dibuka, atau melalui celah-celah benteng yang tembus akibat serangan peluru-peluru meriam kesultanan.

Rantai besi yang menghalangi dan melindungi selat Golden Horn juga diputus, sehingga perahu-perahu armada laut Utsmaniyah melaju membelah lautan hingga mengepung perahu-perahu pasukan Bizantium, melenyapkannya beserta seluruh pasukan yang ada di atasnya.

Muhammad AI-Fatih

Sultan Muhammad Al-Fatih memasuki kota Konstantinopel setelah gerakan perlawanan di sana lumpuh, dan bahkan lenyap. Ia masuk dengan mengendarai kuda putih miliknya sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an, menuju gereja Aya Sofia yang dipenuhi orang; kaum tua, muda, anak-anak, wanita, pendeta, dan rahib.

Saat melihatnya, mereka bersungkur sujud, menangis, sambil berteriak dan memohon.

Al-Fatih turun dari kuda, shalat dua rakaat untuk Allah demi mensyukuri kemenangan nyata yang Allah karuniakan padanya.

Seusai shalat, Al-Fatih melihat orang-orang, ternyata mereka masih saja sujud. Ia merasa terusik, lalu berkata kepada para rahib, “Hentikan...! Berdirilah kalian semua, aku ini Sultan Muhammad. Aku katakan kepada kalian semua, untuk seluruh saudara-saudara kalian, dan siapapun yang ada di sini, ‘Sesungguhnya, sejak hari ini, nyawa dan kebebasan kalian aman.’

Jaminan keamanan yang diberikan sultan Al-Fatih ini memberikan kebebasan kepada para penduduk kota Konstantinopel yang melarikan diri agar kembali. Ia juga memberikan sejumlah perintah agar rakyat Bizantium tidak disakiti sedikitpun...

...kota tersebut diberi nama Islam Bul yang berarti kota Islam, menggantikan nama Konstantinopel. Setelah itu, Islam Bul diubah menjadi Istanbul, setelah namanya juga diubah menjadi Estonia.

Perilaku Al-Fatih (dinukil dari Ad-Daulah Al-’Utsmaniyyah, Majmu’at Safir (Vll/25)

Saat memasuki kota Konstantinopel sebagai pemenang, perilaku Al-Fatih jauh berbeda dengan aturan perang pada abad-abad pertengahan yang mengusir penduduk kota yang ditaklukkan ke tempat lain, atau menjual mereka di pasar-pasar budak. Akan tetapi, Al-Fatih justru melakukan sesuatu yang tidak bisa dipahami pemikiran Barat pada masa itu; toleran dan kasih sayang. Ia melakukan tindakan berikut:

Pertama: Al-Fatih langsung membebaskan para tawanan dengan tebusan uang yang tidak seberapa, itupun dibayar dengan cara diangsur dalam waktu yang lama.

Kedua: Menempatkan para tawanan yang menjadi bagiannya dari rampasan perang di sejumlah rumah yang terletak di pesisir teluk.

Ketiga: Ketika kota Konstantinopel diizinkan untuk para prajurit dan hanya selama tiga hari pasca penaklukan, izin yang diberikan terbatas untuk hal-hal yang tidak bersifat materi, sehingga wanita tidak diperkosa, orang tua tidak diusik, demikian halnya anak kecil ataupun pendeta. Gereja dan biara tidak diruntuhkan, meski kota ini direbut melalui peperangan dan menolak untuk menyerah...

Putusan-putusan Sultan Muhammad Al-Fatih mencantumkan banyak poin yang menetapkan sejumlah biara di tangan orang-orang Bizantium.

Kepemilikan Yahudi atas biara-biara mereka tetap diakui secara penuh, dan pendeta Yahudi, Musa K. Tasali, diberi banyak hadiah.

Pada tahun 1461 M (865 H), seorang santo bernama Youakim diangkat untuk kelompok-kelompok Armenia, untuk mengawasi seluruh kepentingan orang-orang Armenia.

Al-Fatih menaruh perhatian besar terhadap kota yang berhasil ditaklukkan itu. Ia mendatangkan sejumlah pekerja dan arsitek untuk merenovasi kota tersebut dan membuatnya lebih indah dari sebelumnya.

Urusan perdata rakyat non-muslim berkenaan dengan agama dan tradisi diserahkan kepada mereka. Ini merupakan fenomena beradab yang mendahului masanya.

Antara Perang dan Kemuliaan Militer dengan Pembangunan Sosial

Pasca penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 H, usia Muhammad Al-Fatih saat itu 21 tahun. Semangatnya mengarah untuk melancarkan ekspedisi-ekspedisi militer beruntun ke Eropa.

Pada tahun 1459 M, ia menaklukkan negeri-negeri Serbia. Pada tahun 1460 M, ia menaklukkan negeri-negeri Mora, Swedia.

Pada tahun 1462 M, ia menaklukkan negeri-negeri Valachia dan menggabungkannya ke dalam kekuasaannya.

Antara tahun 1463 hingga 1479 H, ia menaklukkan Albania.

Peperangan-peperangan sengit dan penguasaan terhadap negara-negara tersebut untuk selanjutnya digabungkan ke dalam kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Dan semua itu tidak menghalangi Al-Fatih untuk menata internal daulah.

Berikut akan kami sebutkan satu sisi saja di antara sederetan gerakan reformasi yang ia lakukan, agar kita tahu sosok ini membangun daulah modern dan bahkan mendahului masanya dengan sepenuh makna kata ini.

Sisi yang kami maksudkan adalah bidang pendidikan.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, seorang penakluk membentuk jenjang-jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas, dan universitas kejuruan. Buktinya hingga kini masih ada.

Di sebuah masjid yang menggunakan namanya di Istanbul terdapat sejumlah bangunan yang dikelilingi halaman luas. Ruang-ruang seluruh bangunan tersebut digunakan untuk jenjang-jenjang pendidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Jenjang-jenjang pendidikan seperti itu menyebar ke seluruh wilayah kekuasaan Daulah Khilafah Utsmaniyah, karena aturan ini diterapkan secara merata di seluruh negeri. Sama sekali tidak diragukan bahwa pendidikan adalah salah satu unsur penting yang membangun kepribadian warga di bidang pengetahuan.

Inilah yang selanjutnya dikenal dengan aturan akademi.

Muhammad Al-Fatih Wafat

Belum juga menginjak usia 51 tahun, Al-Fatih sudah kelelahan dan tubuhnya melemah. Sebab, sejak menginjak usia 12 tahun, ia sudah mengarungi berbagai peristiwa dan menanggung tanggung jawab besar.

Ia jatuh sakit hingga wafat.

Semoga Allah merahmati Sultan Muhammad Al-Fatih, serta memberinya balasan terbaik dan paling sempurna atas jerih payah yang ia lakukan untuk Islam dan kaum muslimin.

Al-Fatih dalam Sejarah

Cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan baginya bahwa pemberitaan Rasulullah terwujud pada dirinya.

Cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan baginya bahwa ketika julukan Al-Fatih disebut, julukan ini langsung mengarah kepada Sultan Muhammad II Al-Utsmani.

Cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan baginya bahwa tahun 1453 H, tahun penaklukan Konstantinopel, dicatat orang-orang Barat sebagai peristiwa sejarah.

Cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan baginya bahwa para ahli sejarah Barat menghormati, memuliakan, dan mengagungkannya, baik ahli sejarah yang mencintainya sehingga bersikap objektif terhadapnya, ataupun ahli sejarah yang membencinya sehingga ia dipaksa untuk menaruh hormat kepadanya.

Cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan baginya bahwa ia menyandang nama paling mulia dan luhur, yaitu Muhammad.

Sayangnya, lembaran penaklukan-penaklukan dilipat sepeninggalnya. Inilah yang membuat kita, kaum muslimin merasa sedih. Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil azhiim.

Buku Bacaan:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam