Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 08 Januari 2018

Pasca Penyiksaan oleh Penguasa Anti Ideologi Islam Sebagian Sahabat Hijrah ke Kerajaan Habasyi



Konsekuensi dari Penyiksaan Fisik

Rasulullah Saw. mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan tentara dakwah, setelah mereka benar-benar membutuhkannya, yaitu ketika tekanan dan ancaman mewarnai kehidupan mereka. Rasulullah Saw. memerintahkan mereka hijrah ke Habasyi.
Beliau Saw. berkata kepada mereka, “Kalau kalian pergi ke negara Habasyi, niscaya kalian di sana akan bertemu dengan seorang raja yang tidak pernah berbuat zhalim dengan siapapun. Habasyi adalah negara penuh kebaikan, sehingga di sana Allah membuat untuk kalian kelapangan atas kenyataan yang kalian hadapi.”
Para sahabat memenuhi perintah Rasulullah Saw., lalu mereka pergi ke negara Habasyi untuk menghindari fitnah, mempertahankan hidup, dan melarikan agama mereka kepada Allah. Hijrah ke Habasyi merupakan hijrah pertama dalam Islam. Hijrah ke Habasyi tidak dilakukan sembarangan, namun dilakukan setelah diadakan pengkajian yang cermat terhadap situasi dan kondisi lapangan oleh Rasulullah Saw.
Bahwa solusi terbaik adalah memerintahkan para sahabat hijrah ke Habasyi dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, hijrahnya kaum muslimin ke Habasyi sebagai tindak penyelamatan terhadap dakwah dari dari hal-hal yang tidak diinginkan di masa awal dakwahnya. Sebab, kalau mereka kaum muslimin tetap tinggal di Makkah, sedang jumlah mereka hari demi hari terus bertambah, maka kaum Quraisy benar-benar akan merasakan bahayanya kaum muslimin terhadap status quo mereka, sehingga tidak mustahil mereka akan melakukan pembersihan total terhadap kaum muslimin dengan alasan melindungi keberadaan tuhan mereka, dengan demikian tindakan mereka didukung oleh semua komunitas bangsa Arab.
Akan tetapi, jika mereka hijrah, maka keberadaan Muhammad di Makkah tetap lemah dan tidak ada pendukungnya -dalam pandangan mereka- sehingga dengan pandangan yang demikian itu mereka akan tetap menganggap remeh Muhammad dan dakwahnya.
Kedua, sebagai starting point letusan suara Islam ke luar Jazirah Arab melalui para juru dakwah yang beriman. Dan upaya seperti ini jangan dianggap remeh.

Dengan demikian, jelaslah bagi kami bahwa Rasulullah Saw. berpikir dan beraktivitas dengan standar negara, meskipun beliau belum memiliki negara. Sementara orang-orang melihat Muhammad hanya seorang pembaharu individu.

Para penulis sejarah perjalanan dakwah Nabi Saw. menyebutkan tiga tahun pertama sejak dimulainya dakwah Islam dengan sebutan: Periode dakwah rahasia, sedang kami menyebutkan periode Makkah seluruhnya sebagai: Periode perencanaan atau aktivitas awal untuk mendirikan negara Islam.

Di antara kaum muslimin yang pertama kali pergi ke Habasyi adalah Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah binti Rasulullah Saw., Abu Hudzaifah bin ‘Utbah dan istrinya Sahlah binti Suhail, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Salamah bin Abdul Asad dan istrinya Ummu Salamah binti Abi Umayyah, Utsman bin Mazh’un, Amir bin Rabi’ah dan istrinya Laila bin Abi Hatsmah, Abu Sabrah bin Abi Ruhm, dan Suhail bin Baidha’.
Mereka itulah sepuluh orang di antara kaum muslimin yang pertama kali hijrah ke negara Habasyi. Akan tetapi, tidak lama mereka tinggal di Habasyi, sampai kepada mereka berita bahwa banyak di antara penduduk Makkah yang masuk Islam dan bergabung di bawah kepemimpinan Muhammad Saw. Berita itu membuat mereka ingin cepat-cepat kembali ke Makkah, untuk membantu Rasulullah Saw. menghadapi periode berikutnya, namun mereka tidak kembali hingga ada berita lagi ternyata penduduk Makkah yang masih kufur tidak henti-hentinya menekan dan mengintimidasi kaum muslimin.
Maka untuk kedua kalinya Rasulullah Saw. memerintahkan kaum muslimin pergi ke Habasyi dengan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Sebab, kaum muslimin tidak boleh berada di suatu tempat tanpa memiliki pemimpin yang menyatukan sikap dan langkah-langkahnya. Mereka keluar dari Makkah dengan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib ra. Mereka berangkat dengan penuh semangat hingga mereka bertemu kaum muslimin yang lebih dahulu pergi ke Habasyi. Di antara mereka ada yang hijrah dengan diikuti sanak keluarganya, dan ada juga yang sanak keluarganya tidak satupun yang ikut. Jumlah kaum muslimin yang menyusul hijrah ke Habasyi -selain anak-anak kecil yang turut bersama mereka- berjumlah delapan puluh orang.
Mereka tinggal di Habasyi dalam keadaan damai, dan aman menyeru kepada Allah dengan terang-terangan, sehingga seluruh dunia menjadi saksi bahwa Islam telah mengubah mereka dengan karakter yang lain yang sangat berbeda dengan sebelumnya.

Wahai saudaraku seagama, tidakkah kamu melihat bagaimana mereka meninggalkan keluarga dan tanah air mereka tercinta? Mereka meninggalkan harta benda dan kesenangan dunia demi ketundukannya terhadap aqidah dan syariah (ideologi) Islam. Tindakan mereka sebagai gambaran yang sebenarnya akan sikap kemanusiaannya. Mereka mengerti betul bahwa di balik dunia dan seisinya ada sesuatu yang nilai kesenangannya lebih tinggi dari harta benda, istri dan kesenangan dunia lainnya.
Sungguh, tidak ada yang lebih manis dan lebih indah daripada aqidah (ideologi) yang telah mengisi dada mereka dengan keyakinan. Mereka lari dari Makkah, negara kufur yang memberi mereka berbagai siksaan, menuju Habasyi, negara kufur yang memberi mereka harapan untuk mendapat keamanan dan kedamaian yang memungkinkan mereka menegakkan syiar-syiar agamanya.
Dari sinilah para ahli fiqih (pakar hukum Islam) membolehkan orang Islam minta suaka kepada orang kafir agar melindunginya dari penyiksaan orang kafir yang lain, dengan syarat dalam meminta suaka itu tidak ada bargaining agama (ideologi).

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam