Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 16 Januari 2018

Dunia Sebelum Kekuasaan Islam: Dominasi Kezhaliman Dan Kesesatan



A. Dunia Sebelum Islam Dominasi Kezhaliman dan Kesesatan-Kesesatan Di Dalamnya

Sesungguhnya, siapa saja yang dengan cermat mengamati keadaan dunia sebelum diutusnya Muhammad Saw. maka dia akan menemukan dunia berlalu dengan diwarnai berbagai kerusakan, dominasi kezhaliman, dan tenggelamnya dalam kesesatan-kesesatan.

1. Kezhaliman Politik

Mengingat kekuasaan terhadap manusia dimonopoli oleh komunitas yang senang memaksakan kehendak hawa nafsunya kepada rakyat, tanpa mengindahkan hukum yang adil. Keadaan seperti itulah yang terjadi di negara Romawi dan Persia, di negeri-negeri bawahan mereka, dan begitu juga halnya di negeri-negeri yang ada waktu itu.

2. Kezhaliman Sosial

Mengingat hanya kelas sosial tertentu yang dapat menjadi pemimpin di suatu masyarakat. Di Romawi masyarakat dibagi menjadi dua kelas sosial, yaitu tuan dan hamba, bangsawan dan rakyat jelata. Sehingga di negara Romawi ada dua jenis undang-undang. Undang-undang untuk kalangan bangsawan disebut undang-undang Romawi, sedang undang-undang untuk daerah kolonial dan rakyat disebut undang-undang proletariat. Antara kedua undang-undang tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat besar. Padahal waktu itu negara Romawi merupakan negara yang paling besar perhatiannya terhadap masalah perundang-undangan.
Negara Persia, penguasa dan rakyatnya menganut paganisme, apa undang-undang yang dihasilkan darinya? Bangsa Arab tidak memiliki undang-undang dan peraturan yang rinci dan tetap, selain menuruti kata para penguasanya yang juga musyrik, mereka hanya memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda antara suku (etnik) dengan suku yang lainnya.
Selain itu, masyarakat-masyarakat yang ada sebelum datangnya misi kenabian (Muhammad Saw.), ikatan antara individu-individunya hanyalah ikatan kesukuan yang tegak di atas asas ‘ashabiyah (fanatisme jahiliyah).

3. Kezhaliman Ekonomi

Selama masyarakat-masyarakat dan negara-negara berpikir dengan akalnya semata dalam hal sistem ekonomi, maka akan lahir kelas sosial yang memiliki kekayaan melimpah ruah, sedang di sisi lain ada kelas sosial yang tidak memiliki kekayaan sama sekali. Sehingga secara alami (pasti) kekuasaan akan dipegang oleh kelas sosial yang memiliki kekayaan (kapital). Oleh karena itu, mereka dengan leluasa membuat berbagai cara yang dapat memuaskan sifat rakusnya, tetapi mereka tidak pernah merasakan puas, kecuali bertambah rakus. Dengan demikian, mereka lebih bersemangat lagi dalam bertransaksi bisnis dengan cara riba, bahkan pemberian pinjaman dengan cara riba yang berlipat ganda telah menjadi adat-istiadat, sehingga tidak ada seorangpun yang mengingkarinya.

4. Kesesatan-Kesesatan Akidah

Sebagaimana masyarakat lain yang musyrik, orang-orang Romawi yang beragama Nasrani juga berkeyakinan bahwa Allah adalah salah satu di antara yang tiga, Isa dianggap anak Allah dan dalam diri Isa ada dua sifat: Lahut (sifat ketuhanan) dan Nasut (sifat kemanusiaan).
Sedangkan orang-orang Persia berkeyakinan bahwa tuhan itu ada dua: Ahuramazda (tuhan kebaikan) dan Ahriman (tuhan kegelapan).
Orang-orang bangsa Arab berkeyakinan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu:

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah" (TQS. Luqman [31]: 25)

Di samping Allah, orang-orang Arab percaya dan menyembah banyak Tuhan (polytheisme). Apabila kalian bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian harapkan dari patung-patung ini?” Mereka akan menjawab: “Dia mendekatkan kami kepada Allah yang ada di langit.” Kesesatan-kesesatan akidah ini pasti berdampak pada terjadinya penyimpangan dalam beribadah, bahkan sering peribadatan mereka itu kelihatan lucu. Misalnya, sembahyang orang-orang Arab yang paganisme berupa siulan dan tepukan tangan, keduanya tidak memiliki arti dan tujuan. Haji mereka dipisahkan antara penduduk Makkah asli dengan para pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal. Orang Makkah ketika thawaf di Ka’bah tetap memakai pakaiannya, sedang orang pendatang ketika thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang. Ketika musim haji orang Makkah kalau memasuki rumah lewat pintu depan, sedang orang pendatang lewat pintu belakang.

5. Kesesatan-Kesesatan Pemikiran

Mengingat akal dibelenggu dan ditutupi kain hitam, maka tidak dapat melihat dengan jelas, tidak mampu membedakan warna dengan tepat, dan pikiran menjadi lemah tidak mengerti bahwa batu tidak bisa mendekatkan seseorang kepada Allah, sebab yang bisa mendekatkan kepada Allah adalah ikhlash dan amal yang saleh (sesuai ketentuan dari Allah).
Bahkan pemikiran sampai pada tingkat pemahaman substansial yang terbalik, sehingga ada pikiran bahwa kezhaliman merupakan sarana terbaik untuk menjaga kebenaran (ini merupakan logika Machiavelli yang telah diulas dalam buku Prof. Rawwas: Amiruna Wa Amiruhum).

Gunakan kamu punya senjata
Jika kamu tidak ingin binasa
Berbuatlah zhalim kepada manusia
Sebelum manusia menzhalimi kita

Jika petunjuk dari Allah Swt. tidak digunakan untuk menghilangkan kain penutup hitam itu, maka kekuasaan akan senantiasa dimonopoli oleh mereka yang loyal dengan kezhaliman dan kebodohan tetap mewarnai manusia. Mereka juga menggunakan khurafat (tahayul) untuk memperkuat kedudukannya di tengah-tengah manusia.

6. Kesesatan-Kesesatan Dalam Jiwa

Masyarakat-masyarakat yang ada waktu itu tidak dibangun di atas asas ideologi yang shahih. Dan inilah yang menyebabkan hilangnya kejernihan jiwa mereka. Bahkan, masyarakat-masyarakat tersebut dibangun di atas dua asas berikut ini:

a. Pemaksaan, yakni yang kuat memaksa yang lemah. Inilah yang membakar jiwa dengan kebencian, yang akhirnya jiwa manusia menjadi gelap.
b. Manfaat dan kepentingan sepihak, asas inilah yang menumbuhkan sifat egoistis dalam jiwa dan menghinakan orang lain.

Sungguh, ulasan ringkas tentang kondisi dunia ini membuat hati (perasaan) manusia berteriak memohon pertolongan. Ketika sang penolong membawa cahaya maka kegelapan pun terbelah, namun pemimpin zhalim senantiasa berusaha memelihara kegelapan. Untuk itu, sang penolong harus memiliki pedang (kekuatan) yang dapat menghancurkan dan menumbangkan kesombongan para pemimpin tiran dan zhalim, sehingga kezhalimannya hilang dari masyarakat.
Agar cahaya tidak terus terhambat oleh penghalang-penghalang kokoh, maka Muhammad Rasulullah Saw. pendiri Negara Islam mengupayakan pedang dan membawanya.
Ketika beliau menumbangkan para penguasa penyebar kezhaliman dan kegelapan dengan pedang Negara Islam, menghilangkan mimpi buruk yang menyelimuti masyarakat, dan menyingkirkan penghalang-penghalang yang menghalangi tersebarnya cahaya (Islam) dari Allah Swt. yang diembannya, maka beliau melakukan semua itu demi menyelamatkan manusia dari berbagai bentuk kezhaliman dan kegelapan.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam