Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 17 Januari 2018

Pribadi Muhammad SAW Sebelum Kenabian



B. Menyoroti Pribadi Muhammad SAW

Pribadi Muhammad bin Abdillah sejak kecil dipotensikan untuk menjadi orang laki-laki yang layak akan dibebankan kepadanya misi kepemimpinan umat ini.

1. Nasabnya yang Terhormat

Beliau adalah Muhammad bin Abdillah (Syaibatul Hamdi) bin Abdil Muththalib bin Hasyim (‘Amrul 'Ula) bin Abdi Manaf (al-Mughirah) bin Qushai (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu'ad bin ‘Adnan.
Demikian itulah komposisi silsilah yang benar tentang nasab beliau yang agung, sedang selain dari itu masih diperselisihkan. Dan tidak ada perbedaan bahwa ‘Adnan adalah putra Ismail bin Ibrahim al-Khalil a.s.
Sayyidah Aisyah ra. berkata:

“Kami tidak mendapati seorangpun yang mengetahui nasab Muhammad setelah ‘Adnan, dan tidak pula Qahthan, kecuali kalau dia mereka-reka.”

Ini adalah nasab Rasulullah Saw. dari jalur ayah.

Sedangkan nasab beliau dari jalur ibu yaitu Muhammad bin Aminah binti Wahhab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.

Kedua orangtua Rasulullah Saw. merupakan keturunan Adam yang paling mulia kebangsawanannya dan paling terhormat nasabnya. Nasab yang terhormat ini sangat berpengaruh terhadap diri Rasulullah Saw., juga berpengaruh kepada siapa saja yang Rasulullah Saw. sampaikan syariat Allah kepadanya. Pengaruhnya terhadap Rasulullah Saw. adalah beliau tumbuh secara normal, meski beliau seorang yatim. Beliau tidak merasa rendah dan hina, berani mengungkapkan pendapatnya, dan penuh percaya diri.
Sedangkan, pengaruhnya terhadap orang-orang yang diseru oleh Rasulullah Saw. agar beriman dan bergabung di bawah bendera Islam adalah bahwa mayoritas masyarakat Arab tidak menemukan cacat pada nasab Rasulullah Saw. dan sesungguhnya pantas diterima sebagai pemimpin, sebab beliau bagian dari (keluarga) tokoh Quraisy yang terbesar dan tertinggi nasab-nya.
Sehingga hal itu membantu menciptakan kepercayaan masyarakat kepadanya dan merasa puas menjadi pendukungnya.

Sungguh, kita sering melihat dengan mata kita sendiri, bagaimana harta-harta rakyat dirampas, mereka dicerai-beraikan, dan diciptakannya kesulitan, ketika orang-orang yang fakir dan jiwanya miskin menjadi penguasa.


3. Pernikahan Abdullah dengan Aminah

Abdullah selamat dari penyembelihan, akhirnya dia tumbuh besar menjadi remaja. Abdullah pemuda tertampan di antara pemuda-pemuda Quraisy, sehingga banyak gadis Quraisy yang berangan-angan menjadi istrinya, bahkan ada beberapa gadis yang tidak sabar untuk menawarkan dirinya, namun Abdullah menolaknya.
Abdul Muththalib melamar Aminah binti Wahhab bin Abdi Manaf bin Zuhrah untuk istri Abdullah. Aminah saat itu merupakan gadis tertua dan termulya di Bani Zuhrah, kemudian Abdul Muththalib menikahkan Abdullah dengan Aminah. Sedangkan umur Abdullah saat berlangsungnya prosesi pernikahan itu adalah 18 tahun.

4. Aminah Mengandung Muhammad Saw.

Ketika Aminah mengandung Muhammad Saw., dia tidak merasakan adanya beban dengan adanya kandungan itu, dan dia tidak mengalami kejadian-kejadian seperti ngidam yang biasa dialami oleh para wanita di saat hamil. Orang-orang berkata -tentang sesuatu yang masyhur dibincangkan oleh mereka, namun hanya Allah yang tahu sebenarnya- bahwa Aminah binti Wahhab, ibu Muhammad Saw. berbicara tentang dirinya sendiri bahwa ada yang berkata kepadanya, “Sungguh kamu sedang mengandung pemimpin umat ini, maka ketika kelak dia telah lahir, katakanlah, “Aku berlindung untuknya kepada Dzat Yang Maha Esa dari kejahatan setiap yang dengki.” Kemudian berilah dia nama Muhammad.”
Dan juga, ketika Aminah mengandung Muhammad Saw., dia melihat cahaya keluar dari dirinya, sehingga dengan cahaya itu dia dapat melihat Istana Bushra di wilayah Syam.

5. Ayah Muhammad Saw. Wafat

Abdullah pergi bersama rombongan pedagang Quraisy ke negeri Syam. Ketika dia hendak pulang ke Makkah, dia wafat di Madinah al-Munawwarah dan dimakamkan di sana di samping makam paman-pamannya dari Bani ‘Adi bin Najjar. Abdullah wafat ketika Muhammad dalam kandungan Aminah baru berumur dua bulan.

6. Persalinan Rasulullah Tidak Terasa Sakit

Rasulullah Saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Setelah Aminah melahirkannya, dia menemui Abdul Muththalib, kakek dari bayi itu, dan dia berkata, “Telah lahir anak lelaki untukmu, untuk itu datang dan lihatlah dia.” Ketika Abdul Muththalib datang dan melihatnya, maka Aminah bercerita kepada Abdul Muththalib tentang apa yang dialaminya di saat mengandung Muhammad Saw., serta apa yang dikatakan dan diperintahkan kepada dirinya, yakni agar dia memberi nama bayinya Muhammad.

Allah Swt. menjaga nama Muhammad ini dari menjadi nama yang populer ketika itu. Sehingga tidak satupun orang yang bernama Muhammad, kecuali beberapa orang di saat menjelang lahirnya Nabi Saw. Pada saat itu ada enam orang anak yang bernama Muhammad, yaitu: Muhammad bin Ashbahah, Muhammad bin Maslamah, Muhammad bin Barra’, Muhammad bin Sufyan, Muhammad bin Hamran, dan Muhammad bin Khuza’ah. Sebab, di dalam kitab-kitab samawi dikabarkan bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu bernama Muhammad. Sehingga mereka oleh orangtuanya dinamai Muhammad agar anaknya kelak menjadi nabi yang selama ini mereka tunggu. Allah menjaga setiap anak yang bernama Muhammad untuk tidak mengaku sebagai nabi. Dengan demikian, nama yang jarang dipakai ini sangat berperan dalam upaya menarik perhatian manusia sejak dini terhadap anak manusia yang Allah pilih sebagai pemimpin umat ini. Selanjutnya, dia akan membangun istana moralitas umat ini, dan dalam membangunnya dia selalu berdasarkan wahyu dari Allah Swt.

Abdul Muththalib mengambil bayi yang baru lahir itu, lalu dia masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah dia berdiri sambil berdo’a dan bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Tidak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya. Kemudian, Muhammad disusukan kepada dari Bani Sa’ad bin Bakar. Sedang nama wanita yang menyusui Rasulullah Saw. adalah Halimah binti Abi Duaib.





9. Aminah Wafat, Muhammad Diasuh Kakeknya, Lalu Pamannya

Muhammad Saw. ketika bersama ibunya Aminah binti Wahhab dan kakeknya Abdul Muththalib berada dalam pemeliharaan dan penjagaan Allah, sehingga beliau tumbuh dengan baik penuh kehormatan. Ketika beliau berumur enam tahun, ibunya wafat di Abwa’, yaitu tempat antara Makkah dan Madinah. Aminah wafat di saat dia hendak pulang ke Makkah sehabis mengunjungi para paman Rasulullah Saw. dari Bani ‘Adi bin an-Najjar.

Wafatnya kedua orang tua Rasulullah Saw. -di saat beliau masih anak-anak- merupakan sorotan tersendiri atas pribadi Muhammad Saw. sebelum beliau menerima kendali kepemimpinan.
Setelah ibunya wafat, Muhammad Saw. menjadi anggota keluarga kakeknya Abdul Muththalib. Selama beliau tinggal di rumah kakeknya, beliau diperlakukan dengan penuh hormat.
Abdul Muththalib memiliki tilam yang ditaruh di bawah Ka’bah, anak-anaknya selalu duduk di sekeliling tilam tersebut hingga Abdul Muththalib meninggalkannya, dan tidak satupun anaknya yang berani duduk di tilam tersebut, karena rasa hormatnya kepada Abdul Muththalib.
Ketika Rasulullah Saw. datang, lalu beliau duduk di atas tilam tersebut, maka para pamannya menarik beliau ke belakang. Melihat itu, Abdul Muththalib berkata, “Biarkanlah anakku, demi Allah, dia akan menduduki kedudukan yang tinggi.” Lalu Abdul Muththalib mendudukkannya di tilam bersamanya sambil mengelus-elus punggungnya.
Ketika Rasulullah Saw. berumur delapan tahun, Abdul Muththalib wafat, selanjutnya Rasulullah Saw. pindah ke rumah pamannya Abu Thalib. Di rumah pamannya, Rasulullah Saw. juga diperlakukan dengan penuh hormat.
Di sini ada dua perkara yang menarik perhatian:

Pertama, status yatimnya Rasulullah Saw. menjadi lengkap dengan wafatnya kedua orangtua beliau, dan lalu kakeknya, sehingga Rasulullah Saw. menjadi perhatian dan curahan kasih sayang. Orang-orang di Makkah selalu mengingatnya, bukan saja karena beliau yatim, namun karena beliau juga cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki kepribadian yang kuat. Semua inilah yang menjadikan orang-orang kagum dan selalu mengingatnya.

Kedua, besarnya penghormatan Abdul Muththalib kepadanya, sehingga beliau diperkenankan bermain di atas tilam yang terhampar di bawah Ka’bah, ketika para pembesar dan tokoh Arab sedang berkumpul di situ. Padahal mereka semua tahu bahwa Abdul Muththalib tidak akan mengijinkan siapapun duduk di atasnya, sekalipun itu anaknya sendiri. Sungguh ini perkara yang menarik perhatian mereka, ketika keliau duduk di atas tilam menemani kakeknya di bawah Ka’bah, padahal beliau masih anak-anak.

10. Indikasi Kebesaran Pribadi Muhammad

Pertumbuhan fisik dan mental Rasulullah Saw. mengarah pada kebesarannya. Oleh karena itu, tidak satupun orang yang melihatnya, kecuali akan berpendapat bahwa Muhammad kelak akan memiliki kedudukan yang tinggi, seperti yang dikatakan oleh kakeknya Abdul Muththalib, pamannya Abu Thalib, dan para peramal kepribadian seseorang.

Ibnu Ishaq bercerita bahwa seseorang dari Bani Lahb ahli dalam hal meramal kepribadian. Ketika dia berada di Makkah dia mendatangi semua orang Quraisy yang memiliki anak untuk diramalnya, termasuk Muhammad yang sedang menjadi anggota keluarga pamannya, Abu Thalib, juga diramalnya, sesaat setelah meramal Muhammad, peramal itu berkata: “Berikan lagi anak itu (Muhammad) kepadaku.” Melihat antusiasnya yang berlebihan, maka Muhammad dijauhkan oleh Abu Thalib darinya. Sehingga terlontarlah perkataan emosional dari peramal Bani Lahb itu: “Celaka kalian, aku bilang berikan anak itu kepadaku, anak yang telah aku ramal tadi, sebab, demi Allah, dia kelak akan memiliki kedudukan yang tinggi.”


12. Muhammad Memperdagangkan Harta Khadijah, dan Prediksi Rahib Nasthura

Khadijah binti Khuwailid adalah pedagang yang berwibawa dan berharta. Dia mengupah banyak orang untuk memperdagangkan hartanya ke berbagai negeri yang jauh dengan cara bagi hasil. Ketika sampai berita kepadanya tentang kejujuran Rasulullah saw, besarnya rasa tanggung jawab beliau terhadap amanah, dan akhlaknya yang baik, maka Khadijah menawarkan hartanya kepada Rasulullah Saw. untuk diperdagangkan ke Syam dengan ditemani oleh pembantunya, Maisarah. Khadijah memberikan fasilitas yang lebih kepada Rasulullah Saw. dibandingkan para pedagang yang lain.
Rasulullah Saw. menerima tawaran itu, maka beliau pun pergi ke Syam dengan ditemani Maisarah (Maisarah seorang laki-laki). Di Syam Rasulullah Saw. singgah dan beristirahat di bawah pohon yang tidak jauh dari tempat pertapaan Rahib Nasthura.
Rahib mendekati Maisarah dan berkata, “Siapa lelaki yang beristirahat di bawah pohon itu?” “Dia itu orang Quraisy dari Ahlul Haram (keluarga terhormat),” jawab Maisarah. Lalu Rahib Nasthura berkata kepada Maisarah, “Tidak seorangpun yang beristirahat di bawah pohon itu, kecuali dia itu seorang Nabi.”

Di Syam, Rasulullah Saw. menjual barang dagangannya dan membeli apa saja yang ingin dibelinya. Kemudian beliau pulang kembali ke Makkah. Di siang hari, ketika suhu sangat panas, Maisarah selalu melihat dua malaikat yang menaungi Rasulullah Saw. dari panasnya sinar matahari.
Sesampainya di Makkah, Rasulullah Saw. langsung menemui Khadijah dan memberitahukan bahwa barang dagangannya laku banyak serta mendapatkan keuntungan yang besar. Maisarah juga memberitahukan kepada Khadijah tentang akhlaknya, kedua malaikat yang selalu mengikuti dan menaungi Rasulullah Saw. dari panasnya sinar matahari, serta tentang apa yang dia dengar dari Rahib Nasthura. Sehingga hal itu membuat Khadijah jatuh cinta kepada Rasulullah Saw.

13. Prediksi Waraqah Tentang Kenabian Muhammad

Khadijah menyampaikan apa yang dia dengar dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sepupu Khadijah. Waraqah adalah penganut agama Nasrani yang rajin mendalami berbagai kitab, sehingga dia menjadi orang yang terpandai.
Waraqah berkata, “Wahai Khadijah, jika semua itu benar, sesungguhnya Muhammad adalah Nabi bagi umat ini. Sekarang saya tahu bahwa dialah Nabi yang sedang ditunggu oleh umat ini.” Pernyataan Waraqah ini merupakan perhatian baru atas diri Muhammad Saw. yang sebentar lagi dia akan mengendalikan kepemimpinan umat ini.

14. Muhammad Menikah Dengan Khadijah

Berita yang disampaikan Maisarah, ditambah pernyataan Waraqah bin Naufal membuat Khadijah jatuh cinta kepada Muhammad. Khadijah seorang wanita yang cerdas, bijaksana, dan mulya itu sangat berhasrat menjadi istri yang ikhlas bagi lelaki yang agung.
Khadijah meminta Muhammad untuk menemuinya, ketika Muhammad menemuinya, Khadijah berkata, “Hai anak paman, sungguh aku sangat mencintaimu karena keluargamu, kemuliaanmu, rasa tanggungjawabmu, akhlakmu yang baik, dan kejujuranmu.” Selanjutnya, Khadijah menawarkan diri untuk menjadi istrinya. Waktu itu, Khadijah adalah wanita Quraisy yang termulya nasabnya, dan yang terkaya di antara sesama wanita, sehingga banyak lelaki dari bangsanya yang berhasrat untuk menikahinya, namun mereka tidak mampu melakukannya.

Seorang wanita menawarkan diri untuk menjadi istri bagi lelaki yang sepadan dan terhormat tidak dianggap buruk oleh orang-orang Arab, baik sebelum datangnya Islam ataupun sesudahnya. Khadijah di antara wanita-wanita yang menawarkan dirinya untuk Rasulullah Saw. Umar ra. pernah menawarkan putrinya Hafshah kepada Abu Bakar ra., kemudian kepada Utsman ra.

Setelah Khadijah ra. menawarkan dirinya untuk menjadi istri Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. segera memberitahukan hal itu pada paman-pamannya. Selanjutnya Rasulullah Saw. pergi bersama pamannya Hamzah menemui Khuwailid bin Asad untuk meminang Khadijah. Kemudian Rasulullah Saw. dinikahkan dengan Khadijah dengan mas kawin dua puluh ekor unta.
Khadijah adalah wanita pertama yang menjadi istri Rasulullah Saw. Umur Khadijah waktu itu sudah empat puluh tahun, sedang umur Rasulullah Saw. dua puluh lima tahun. Semua keturunan Rasulullah Saw., baik yang laki-laki maupun yang wanita merupakan buah dari pernikahannya dengan Khadijah, kecuali Ibrahim buah dari pernikahannya dengan Mariyah al-Qibthiyah.

Kalau kita mau mencermati hikmah di balik pernikahan ini, niscaya kita akan menemukan bahwa seorang yang hendak memasuki ganasnya perang ketika melawan musuh-musuhnya, maka ia perlu kekuatan fisik dan mental, untuk itu, ia perlu ditemani istri yang mampu memperkuat tekadnya, dan mendukung setiap usahanya dalam mencapai cita-cita masa depannya yang tinggal selangkah lagi, bukan istri yang justru membuatnya lemah dan tidak bersemangat.
Rasulullah Saw. tidak pernah menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup. Rasulullah Saw. melakukan itu karena dua hal: Pertama, sebagai penghargaan Rasulullah Saw. atas semangat jihad Khadijah dalam menciptakan ghirah (semangat) dan keteguhan pada diri Rasulullah Saw. Kedua, dakwah Islam ketika itu kondisinya tidak menuntut Rasulullah Saw. untuk berpoligami. Sebab, al-marhalah at-tasyri’iyah? (periode perundang-undangan) yang menuntut Rasulullah Saw. mensosialisasikannya sendiri kepada masyarakat, dan sebagian besar dari undang-undang tersebut diterapkan Rasulullah Saw. di dalam rumahnya, maka penyampai dan penerjemah terbaik atas undang-undang tersebut adalah para istri Rasulullah Saw., karena merekalah yang secara langsung hidup bersamanya, dan yang paling tahu tentang hal-ihwalnya. Ketika Rasulullah Saw. menikah dengan Khadijah periode ini belum dimulai, dan musuh Rasulullah Saw. ketika itu masih terbatas pada orang-orang Quraisy, tidak meliputi semua suku di Arab.





17. Kabar dari Para Pendeta, Rahib dan Paranormal Tentang Dekatnya Masa Datangnya Nabi Saw.

Para pendeta Yahudi dan rahib Nasrani, sebagaimana kabar yang diterima dari Buhaira dan Nasthura, serta para paranormal bangsa Arab, mereka telah membicarakan tentang Rasulullah Saw. sebelum tiba waktu kerasulannya, dengan melihat dekatnya masa kerasulan Nabi Saw. Adapun para pendeta Yahudi dan rahib Nasrani mereka menyandarkan penjelasan tentang nama Nabi yang ditunggu, sifat-sifatnya, masa kerasulannya, dan tempat diutusnya pada kitab-kitab suci mereka dan syarahnya. Penjelasan tentang hal itu sangatlah sempurna, sebab Allah Swt. telah mengambil perjanjian atas para Nabi dan para pengikutnya, yaitu apabila telah datang Nabi yang ditunggu (Muhammad Saw.), mereka wajib beriman kepadanya dan membantu dakwahnya. Allah Swt. berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: “Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” (TQS. Ali Imran [3]: 81)

Oleh karena itu, penjelasan ini harus disampaikan kepada mereka. Sehingga mereka para pengikut nabi tidak mengabaikan kewajiban mereka terhadap nabi yang mereka tunggu ini.
Sedang berita yang disampaikan oleh para paranormal Arab, maka sandarannya adalah apa yang datang dari pendeta Yahudi dan rahib Nasrani, ditambah dengan apa yang mereka ceritakan tentang terhentinya bantuan informasi dari setan, sebab para setan selalu dilempar dengan bintang, setiap kali para setan itu berusaha menyadap informasi dari malaikat.

Kesimpulan

Sesungguhnya Allah Swt. menjadikan Muhammad Saw. sorotan masyarakat sejak kecil, sebab Muhammad Saw. adalah orang yang memang disiapkan untuk menjadi pemimpin.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam