Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 27 Desember 2017

Nabi SAW Memproklamirkan Berdirinya Negara Islam



B. Memproklamirkan Berdirinya Negara Islam Secara Politik

Setelah Rasulullah Saw. membangun pusat Negara Islam secara resmi, memperbaiki situasi dan kondisi internal, orang-orang telah banyak yang berpihak kepada Rasulullah Saw., kepemimpinan dan kekuasaan ada dalam genggamannya, dan mereka semua mentaati Rasulullah Saw., maka kami dapat mengatakan bahwa Negara Islam secara de facto telah berdiri, sehingga tidak ada keperluan lain, kecuali melakukan langkah berikut, yaitu memproklamirkan secara resmi berdirinya Negara Islam.

Para penulis Sirah menuturkan bahwa setelah Rasulullah Saw. merasa puas dengan Madinah, saudara-saudara beliau dari orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar telah berkumpul semuanya di sekitar beliau, urusan Islam telah solid, shalat telah dijalankan, zakat dan puasa telah diperintahkan, hudud telah ditegakkan, yang halal telah dihalalkan, yang haram telah diharamkan, Islam di hadapan banyak orang diposisikan pada tempat yang penting, maka mulailah Rasulullah Saw. berpikir tentang metode yang akan digunakan untuk menyeru orang-orang agar menunaikan shalat.
Orang-orang hingga saat itu datang untuk menunaikan shalat ketika tiba waktunya tanpa ada seruan sebelumnya. Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah ra. melihat Rasulullah Saw. sangat berkonsentrasi dengan permasalahannya ini. Akhirnya dia ikut berkonsentrasi sebagaimana Rasulullah Saw., ketika dia tidur di waktu malam, dia tetap dalam kondisi berpikir tentang permasalahan Rasulullah Saw. ini, kemudian dia pergi dengan tergesa-gesa menemui Rasulullah Saw., setelah bertemu berkata kepada Rasulullah Saw.:

“Wahai Rasulullah, malam ini aku bermimpi. Seseorang memakai dua pakaian berwarna hijau melintasi aku, sedang di tangannya memegang kelintingan (genta kecil), aku bertanya kepadanya: “Wahai Abdullah, apakah kamu akan menjual kelintingan ini? ” “Apa yang akan kamu perbuat dengan kelintingan ini?” dia balik bertanya. Aku berkata: “Dengannya aku akan menyeru orang agar melaksanakan shalat.” Dia berkata: “Bagaimana kalau aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari itu?” “Apa itu?” tanyaku. Dia berkata: “Kamu berkata: “Allahu Akbar Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar. Asyhadu alla Ilaha Illallah, Asyhadu alla Ilaha Illallah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayya ‘alash Shalah. Hayya ‘alash Shalah. Hayya ‘alal Falah, Hayya ‘alal Falah. Allahu Akbar Allahu Akbar. La Ilaha Illallah.”
Setelah dia memberitahukan hal itu kepada Rasulullah Saw., Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh ia adalah mimpi yang haq, insya Allah. Berdirilah dengan Bilal, ajarkan ia pada Bilal, lalu suruhlah Bilal azan dengan kalimat itu, sebab suara Bilal lebih keras dibanding suaramu.”
Ketika Bilal azan dengan kalimat itu, Umar bin Khaththab mendengarnya ketika dia sedang di rumahnya, lalu dia pergi menemui Rasulullah Saw. sambil menarik selendangnya, setelah bertemu dia berkata: “Wahai Nabiyullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh aku benar-benar bermimpi persis seperti mimpinya.” Rasulullah Saw. bersabda: “Hanya kepada Allah segala puji atas semuanya itu.”
Akhirnya, masalah seruan shalat diputuskan dengan menggunakan azan ini.

Kami, dengan menetapkan ini semua, mengakui dan mempercayai bahwa azan merupakan seruan untuk shalat, namun kami dengan telinga yang dalam mendengar suara hatiku berkata bahwa azan memiliki makna lain dan fungsi lain di samping fungsi sebagai seruan untuk shalat, yakni azan sebagai seruan resmi yang dikeluarkan dari pusat resmi negara -masjid- dengan menggunakan media informasi yang resmi -yaitu juru azan yang telah diangkat oleh Rasulullah Saw., sebagai kepala negara- melalui berdirinya negara Allah di bumi, di bawah kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw.
Semua itu terjadi, setelah Rasulullah Saw. berhasil melewati setiap rintangan yang dipasang oleh para pemuja kegelapan di jalan menuju tegaknya Negara Islam. Ternyata rencana Allah di atas rencana siapapun, dan kekuatan Allah di atas kekuatan siapapun. Kalau saja Anda mau merenungkan kalimat-kalimat azan yang pertama “Allahu Akbar Allahu Akbar” maka Anda akan mengerti bahwa Allah Swt. lebih besar daripada mereka para thaghut, sehingga otomatis Allah lebih besar dalam membuat rintangan, dan Dia Maha Memenangkan semua urusan-Nya.
Asyhadu alla Ilaha Illallah” ini artinya bahwa tidak ada kedaulatan dalam negara Islam kepada selain Allah, dan tidak ada hukum selain hukum Allah:

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (TQS. al-An'am [6]: 57)

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” artinya bahwa Allah Swt. telah menyerahkan kepemimpinan kepada Muhammad, sehingga tidak ada seorangpun yang berhak merampas kepemimpinan darinya. Beliau tetap dengan kepemimpinannya hingga Allah menyempurnakan agama-Nya melalui al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan juga melalui as-Sunnah yang diilhamkan Allah kepada Rasul-Nya.
Hayya ‘alash Shalah. Hayya ‘alal Falah” artinya bahwa bersegeralah, wahai manusia, untuk bergabung di bawah bendera negara Islam yang murni karena Allah ini, dan telah menetapkan bahwa di antara tujuannya adalah memperkokoh hubungan manusia dengan Tuhannya, memperkokoh hubungan manusia dengan sesamanya berdasarkan ajaran Islam yang sangat tinggi.
Qad Qamatish Shalat” artinya bahwa shalat itu benar-benar telah ditegakkan dengan berdirinya negara Islam ini, dan seandainya negara Islam ini tidak berdiri, niscaya orang-orang tidak akan berani beribadah kepada Allah. “Allahu Akbar Allahu Akbar. La Ilaha Illallah” kemudian di akhir azan dipertegas kembali bahwa kedaulatan dalam Negara Islam hanya milik Allah semata, dan hukum yang ada dalam Negara Islam hanya syari'at-Nya saja.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam