Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 20 Desember 2017

Mengubur Para Syuhada Perang Uhud



g. Mencari Mereka yang Hilang dan Mengubur Mereka yang Terbunuh

Kaum musyrikin pun mundur dari medan perang. Di medan perang itu mereka meninggalkan 70 syahid dari kalangan kaum muslimin, di antara mereka adalah orang Islam yang telah kuat dengan Islamnya; orang Yahudi yang adil yang meminta kaumnya orang-orang Yahudi agar membantu Muhammad, sebab dia Rasul yang dijanjikan, namun kaumnya menolak, maka akhirnya dia bergabung dengan kaum muslimin dan turut berperang hingga dia terbunuh, seperti “Mukhairik”; orang yang baru masuk Islam, yang belum menunaikan shalat serakaatpun, seperti Ushairim Bani Abdul Asyhal Amru bin Tsabit bin Waqqash; dan di antara mereka ada juga orang yang pincang yang kewajiban jihad digugurkan oleh Allah darinya, dia bertengkar dengan anak-anaknya dan mengadukan mereka pada Rasulullah Saw. bahwa mereka hendak membiarkannya tetap mengurusi para janda dan anak-anak yatim, seperti Amru bin Jumuh.
Setelah mundurnya pasukan kaum musyrikin dari medan peperangan dan mereka pergi menuju Makkah, maka kaum muslimin keluar mencari mereka yang terbunuh dan mereka yang hilang. Rasulullah Saw. mencari Sa'ad bin Rabi’ dan Hamzah bin Abdul Muththalib, namun beliau tidak berhasil menemukan keduanya.

Tentang Sa’ad bin Rabi’, maka Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya, Rasulullah Saw., berkata, “Siapakah orang yang mau membantuku untuk menemukan apa yang terjadi dengan Sa’ad bin Rabi’. Apakah dia berada di antara mereka yang masih hidup atau berada di antara mereka yang sudah mati?” Muhammad bin Maslamah al-Anshari berkata, “Wahai Rasulullah, aku yang akan membantumu untuk menemukan apa yang terjadi dengan Sa’ad.” Lalu, Muhammad bin Maslamah mencarinya dan menemukannya dalam keadaan terluka, bahkan sedang sekarat di antara orang orang yang terbunuh.
Muhammad bin Maslamah berkata kepada Sa’ad, “Rasulullah Saw. menyuruhku untuk menemukanmu. Apakah kamu berada di antara mereka yang masih hidup atau berada di antara mereka yang sudah mati.” Sa’ad berkata, “Aku berada di antara orang-orang yang sudah mati. Sampaikan salamku pada Rasulullah Saw. Katakan kepadanya bahwa Sa’ad bin Rabi’ berkata kepadamu: “Semoga Allah memberi kamu kebaikan sebagai pengganti kami.” Dan sampaikan salamku kepada kaummu. Katakan kepada mereka bahwa Sa’ad bin Rabi' berkata kepada kalian: “Sungguh tidak ada alasan bagi kalian di sisi Allah jika telah sampai pada Nabi kalian Saw., sedang hidup kalian hanya sebentar.” Muhammad bin Maslamah berkata, “Tidak lama kemudian, Sa'ad bin Rabi’ pun meninggal. Lalu, aku datang pada Rasulullah Saw. menyampaikan berita tentang Sa'ad.”

Adapun Hamzah, maka beliau pergi sendiri mencarinya, lalu beliau menemukannya berada di dasar lembah. Perutnya terbelah, hatinya diambil, dan lalu dijadikan pajangan. Hidung dan kedua telinganya dipotong. Ketika melihat apa yang dia lihat, beliau Saw. berkata, “Kalau saja tidak membuat Shofiah sedih, dan tidak menjadi sunnah sesudahku, nisceya aku biarkan dia sampai dimakan binatang buas dan burung. Sungguh jika Allah memenangkan aku atas kaum kafir Quraisy, maka aku akan buat hal yang sama terhadap 30 orang di antara mereka!”
Ketika kaum muslimin melihat kesedihan dan murka Rasulullah Saw. terhadap orang yang berbuat kejam terhadap pamannya, mereka berkata: “Demi Allah, sungguh jika pada suatu saat kami menang atas mereka, niscaya kami akan benar-benar membuat pelajaran untuk mereka, yaitu pelajaran yang belum pernah seorangpun di antara bangsa Arab mengalaminya.”
Itulah perkataan-perkataan yang keluar dari mereka, yang dipengaruhi gaya logika bangsa Arab sebelum Islam. Sehingga gaya logika ini harus dirubah di bawah naungan Islam. Sebab dendam dan kebencian tidak akan mampu membangun peradaban dan memimpin umat. Untuk itu, Allah Swt. menurunkan wahyu sebagai pengarahan dan bimbingan:

“Dan jika kamu memberi balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka, dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu-dayakan.” (TQS. An-Nahl [16]: 126-127)

Kemudian, Rasulullah Saw. memaafkan dan melarang untuk membalas dendam.

Rasulullah Saw. memerintahkan agar Hamzah dikafani dengan selimut. Lalu, beliau menshalatinya, beliau bertakbir sebanyak tujuh kali. Kemudian, orang-orang yang terbunuh dibawa dan diletakkan bersama-sama dengan Hamzah, lalu beliau menshalati mereka dan juga Hamzah dishalati bersama dengan mereka, sehingga Rasulullah Saw. menshalati Hamzah sebanyak 72 kali.

Shafiyah bintu Abdul Muththalib -saudara perempuan Hamzah- datang untuk melihat saudaranya dan mengantarkannya. Rasulullah Saw. berkata kepada anak Shafiyah, Zubair bin Awwam agar menemui ibunya dan menyuruhnya pulang, Shafiyah tidak boleh melihat apa yang terjadi dengan saudaranya.
Zubair berkata: “Wahai ibuku, Rasulullah Saw. meminta agar ibu pulang saja.” Shafiyah berkata: “Mengapa? Sungguh telah sampai kepadaku bahwa saudaraku dijadikan contoh. Sungguh, semua itu terjadi karena Allah. Sehingga, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak rela dengan semua itu. Insya Allah, aku akan benar-benar menerima dan akan benar-benar sabar.”
Ketika Zubair datang kepada Rasulullah Saw. dan menyampaikan semua itu, beliau berkata: “Beri jalan untuk Shafiyah.” Lalu, Shafiyah mendatanginya dan melihatnya. Shafiyah berkata: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Aku memohonkan ampunan untuknya.” Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar Hamzah dikebumikan.
Beberapa orang di antara kaum muslimin hendak membawa mereka yang terbunuh ke Madinah untuk dikebumikan di sana. Lalu Rasulullah Saw. melarang keinginan mereka itu. Beliau bersabda: “Kebumikan mereka di mana mereka meninggal.” Kemudian, Rasulullah Saw. mendekati mereka yang terbunuh, beliau berkata: “Aku menjadi saksi atas mereka. Sesungguhnya tidak seorangpun yang luka karena Allah, kecuali Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sedang lukanya tetap dalam keadaan berdarah, warnanya warna darah, dan baunya bau misik. Perhatikan bahwa mayoritas mereka mengumpulkan al-Qur'an maka jadikanlah al-Qur'an itu berada di hadapan pemiliknya di kuburan.” Mereka dikebumikan dalam satu kuburan diisi dua atau tiga orang.

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam