Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 09 September 2017

Dalil Wanita Haid Tidak Boleh Puasa



Tiga Perkara yang Membedakan Wanita Haid Dengan Orang Junub

Tiga perkara tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Wanita haid tidak wajib dan tidak halal berpuasa. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Mu’adzah, dia berkata:

“Aku bertanya kepada Aisyah. Aku berkata: Mengapa wanita haid harus mengqadha puasanya, tetapi tidak wajib mengqadha shalatnya? Aisyah bertanya: Apakah engkau seorang Haruriyah? Aku berkata: Aku bukan seorang Haruriyah, tetapi aku hanya bertanya saja. Aisyah berkata: Hal itu menimpa kami juga, lalu kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. Muslim, Bukhari, Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan)

Ucapan Aisyah: Apakah engkau seorang Hamriyah? Maksudnya, apakah engkau seorang Khawarij? Khawarij mengatakan wajibnya mengulang shalat bagi seorang wanita haid.

Dilalah hadits ini memberi pengertian bahwa seorang wanita tidak berpuasa selama menjalani masa haidnya. Dia harus mengqadha puasanya setelah suci dari haidnya. Seandainya seorang wanita haid boleh berpuasa, niscaya tidak akan keluar pernyataan Aisyah tentang kewajiban mengqadha puasa bagi wanita haid.

Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan Hamnah binti Jahsy, ia berkata:

“Aku mengeluarkan darah istihadhah yang banyak sekali, lalu aku menemui Rasulullah Saw. untuk meminta fatwa dan memberitahukan hal itu padanya. Aku menemukan beliau Saw. berada di rumah saudariku, Zainab binti Jahsy. Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku perempuan yang mengeluarkan darah yang banyak sekali, bagaimana pendapatmu perihal itu. Keluarnya darah tersebut telah menghalangiku dari melaksanakan shalat dan puasa. Aku sarankan engkau memakai kapas, karena ia dapat menghilangkan darah.” (HR. Abu Dawud)

Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dan menshahihkan hadits ini.

Al-Kursuf itu maksudnya adalah al-quthnu (kapas). Ucapan:

“Keluarnya darah tersebut telah menghalangiku melaksanakan shalat dan puasa.”

Ketika Rasulullah Saw. tidak membantah ucapan Hamnah binti Jahsy seperti itu, dan justru memberikan petunjuk padanya apa yang harus dilakukannya, ini merupakan pengakuan beliau Saw. atas hal itu, dan menjadi dalil bahwa seorang wanita haid itu tidak berpuasa.

Hadits yang paling jelas dibandingkan dengan dua hadits tersebut adalah yang diriwayatkan Abu Said ra., bahwasanya Rasulullah Saw. berkata kepada kaum wanita:

“Bukankah kesaksian seorang wanita itu setengah dari kesaksian seorang lelaki?” Mereka berkata: Iya. Beliau Saw. bersabda: “Hal itu merupakan salah satu dari kekurangan akalnya. Bukankah jika dia haid dia tidak shalat dan tidak puasa.” Mereka berkata: Iya. Beliau Saw. berkata: “Itulah salah satu dari kekurangan agamanya.” (HR. Bukhari)

Sumber: Tuntunan Thaharah Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam