Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 15 Juli 2017

Dalil Sunnah Doa Dan Ta’awudz Sebelum Salam Dalam Shalat



Doa dan Ta'awwudz Di akhir Shalat

Jika seorang mushalli selesai dari tasyahud dalam duduknya yang terakhir sebelum dia bersalam, maka disunahkan baginya untuk bershalawat kepada Rasulullah Saw. Disunahkan pula baginya untuk berdoa dengan doa apa saja, dan meminta perlindungan kepada Allah Swt. (ta’awwudz). Duduk terakhir ini dilapangkan baginya untuk berdoa dan berdzikir. Dia boleh memilih doa dan bentuk ta'awwudz yang diinginkannya, tetapi yang paling utama adalah apa yang dinukil dari Rasulullah Saw. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata:


“Adalah Rasulullah Saw. berdoa dan mengucapkan: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa Neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan hadits ini juga. Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:


“Jika salah seorang dari kalian selesai dari tasyahud akhir maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah Swt. dari empat hal: dari siksa jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-masih al-dajjal.”

Dalam riwayat Ahmad, Abu Dawud, Muslim, an-Nasai dan ad-Darimi terdapat kalimat:


“...dan dari keburukan al-masih al-dajjal.”

Kedua doa tersebut boleh digunakan dan merupakan do’a yang ma'tsur, sehingga sah-sah saja Anda berdoa dan berta'awwudz dengan salah satu dari keduanya. Dari Aisyah istri Nabi Saw., bahwa Rasulullah Saw. suka berdoa dalam shalat:


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-masih ad-dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, dan aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan kemaksiatan. Maka seseorang bertanya kepadanya: Banyak sekali engkau berlindung kepada Allah dari kemaksiatan. Beliau berkata: Sesungguhnya seseorang itu jika berdosa, dia berbicara maka dia berdusta, dan jika berjanji maka dia ingkar.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, an-Nasai, dengan tambahan berta’awwudz dari dosa dan kerugian, tetapi meniadakan ta'awwudz dari siksa Neraka).

Ibnu Hibban telah menghimpun semua itu dalam satu riwayat dari jalur Aisyah ra.:


“Bahwa Rasulullah Saw. suka berdo’a dalam shalat: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Neraka, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-masih ad-dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, dan aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan kemaksiatan. Dia berkata: seseorang bertanya kepadanya: Banyak sekali engkau berlindung kepada Allah dari kemaksiatan. Beliau berkata: “Sesungguhnya seseorang itu jika merugi, berbicara maka dia berdusta, berjanji maka dia ingkar.”

Ini bentuk ta’awwudz yang paling lengkap, sehingga bisa diambil dan didahulukan dari bentuk-bentuk ta'awwudz sebelumnya.

Adapun doa-doa ma’tsur setelah tasyahud dan sebelum mengucap salam itu banyak sekali. Saya sebutkan sebagiannya, mulai dari yang pendek hingga yang panjang:

a. Ya Allah, sesungguhnya aku banyak sekali mendzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang bisa mengampuni dosaku selain Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu akan sesuatu yang tersembunyi, dan kekuasaan-Mu atas segenap mahluk, hidupkanlah aku jika Engkau tahu bahwa kehidupan ini lebih baik untukku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu bahwa kematian itu lebih baik untukku. Ya Allah, aku memohon kepadamu tumbuhkan rasa takut kepada-Mu ketika tersembunyi dan terang-terangan, dan aku memohon kepada-Mu ucapan kebenaran ketika rela dan ketika marah, dan aku memohon kepada-Mu kesederhanaan ketika fakir dan ketika kaya, dan aku memohon kepada-Mu nikmat yang tidak hilang, dan aku memohon kepada-Mu penghibur mata yang tidak pernah putus, dan aku memohon kepada-Mu kerelaan setelah ada keputusan (qadha), dan aku memohon kepada-Mu sejuknya kehidupan setelah kematian, dan aku memohon kepada-Mu nikmatnya memandang wajah-Mu dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu, tidak dalam keadaan kesulitan yang membahayakan dan tidak juga dalam fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami pemberi petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk.”

Dari Abu Bakar Shiddiq ra., bahwa dia berkata kepada Rasulullah Saw.:


“Ajarilah aku satu doa yang bisa aku gunakan dalam shalatku. Beliau berkata: “katakanlah: Ya Allah, sesungguhnya aku banyak sekali mendzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang bisa mengampuni dosaku selain Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Bukhari, an-Nasai, Ahmad dan Tirmidzi)

Dari Saib ia berkata:


“Ammar bin Yasir shalat mengimami kami, lalu dia meringkasnya, maka sebagian kaum berkata: “Engkau telah meringankan atau meringkas shalat.” Dia berkata: "Mengenai hal itu, sesungguhnya aku berdoa di dalamnya dengan doa yang kami dengar dari Rasulullah Saw.” Ketika dia berdoa, seseorang dari kaum itu, yakni Ubay -dia tidak memiliki gelar sendiri- berdiri dan menanyakan doa itu, kemudian Ammar datang dan memberitahukan doa tersebut kepada kaum tadi: “Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu akan sesuatu yang tersembunyi, dan kekuasaan-Mu atas segenap mahluk, hidupkanlah aku jika Engkau tahu bahwa kehidupan ini lebih baik untukku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu bahwa kematian itu lebih baik untukku. Ya Allah, aku memohon kepadamu, tumbuhkan rasa takut kepada-Mu ketika tersembunyi dan terang-terangan, dan aku memohon kepada-Mu ucapan kebenaran ketika rela dan ketika marah, dan aku memohon kepada-Mu kesederhanaan ketika fakir dan ketika kaya, dan aku memohon kepada-Mu nikmat yang tidak hilang, dan aku memohon kepada-Mu penghibur mata yang tidak pernah putus, dan aku memohon kepada-Mu kerelaan setelah ada keputusan (qadha), dan aku memohon kepada-Mu sejuknya kehidupan setelah kematian, dan aku memohon kepada-Mu nikmatnya memandang wajah-Mu dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu, tidak dalam keadaan kesulitan yang membahayakan dan tidak juga dalam fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami pemberi petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk.” (HR. an-Nasai)

Ahmad meriwayatkan hadits ini tetapi dia menghilangkan beberapa kalimat. Bagi siapa saja yang ingin menelaah doa-doa yang lain, maka hendaknya dia membuka kitab-kitab hadits, niscaya akan mendapatinya dalam jumlah yang banyak.

Boleh saja seorang Muslim berdoa dengan doa selain yang ma’tsur ini terkait beberapa perkara yang diperlukannya. Dia boleh meminta kesembuhan untuk dirinya dari sakit yang menimpanya, atau keberhasilan melewati satu kesulitan hidup yang menghimpitnya, atau agar Allah menolongnya dalam mengemban dakwah, atau dalam melaksanakan satu aktivitas yang bermanfaat dan penuh kebaikan bagi kaum Muslim, atau berdoa kepada Tuhannya agar segera mengembalikan Negara Khilafah ar-Rasyidah, atau berdoa kepada Tuhannya agar dia dikaruniai kematian dalam keadaan syahid di jalan-Nya, atau doa apapun yang bisa mewujudkan kebaikan bagi dirinya, keluarganya, tetangganya, teman-temannya dan kaum Muslim pada umumnya. Jika doa yang dipanjatkan itu cakupannya lebih luas, maka hal itu lebih baik lagi.

Sumber: Tuntunan Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam