Bilal bin Rabbah pernah disiksa secara kejam oleh Umayah bin
Khalaf al-Jamhi. Bilal dibaringkan di bawah terik matahari dalam kelaparan,
kemudian sebuah batu besar diletakkan di dadanya.
Hal yang sama menimpa keluarga Yasir ra., bahkan lebih
tragis. Abu Jahal menyeret mereka ke tengah padang pasir yang panas membara dan
menyiksa mereka dengan kejam. Yasir ra. meninggal dunia ketika disiksa.
Istrinya, Sumayyah (ibu 'Ammar), juga menjadi syahidah. Siksaan terhadap Ammar
bin Yasir juga semakin keras. (Ibn Hisyam, Sîrah
Ibn Hisyam, 1/319; Muhammad al-Ghazaliy, Fiqh
as-Sîrah hlm. 82)
Dakwah Islamnya Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat ra.
mengalami berbagai ujian, penindasan, stigmatisasi negatif, hingga pemboikotan.
Beliau “hanya” menyampaikan saja dengan lisan, tanpa kekerasan (lâ mâaddiyah); menyampaikan akidah dan syariah
Islam; menyampaikan apa yang harus diyakini dan apa yang harus diingkari;
menyampaikan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Beliau
menyerukan La ilaha illaLlah Muhammadur
rasuluLlah. Mayoritas tokoh dan masyarakat Makkah tidak mau mendukung
dakwahnya Nabi Muhammad Saw. dan para Sahabat ra.
Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan peperangan sama sekali
sebelum berdirinya negara Islam, yakni Nabi Saw. tidak menjadikan perang
sebagai cara untuk mendirikan negara, bahkan Nabi Saw. melarang hal itu dengan
sangat keras.
Disebutkan dalam Shahīh
Al-Bukhāri dari Khabbab bin Al-Arat yang berkata: “Kami pernah mengadu kepada Rasulullah Saw., ketika
itu Beliau sedang berada di bawah naungan Ka’bah dengan berbantalkan kain
selimut Beliau. Kami berkata: “Apakah tidak sebaiknya Engkau memohonkan
pertolongan buat kami? Apakah tidak sebaiknya engkau berdo’a memohon kepada
Allah untuk kami?”
Beliau
bersabda: “Dahulu
ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, dibuatkan lubang di tanah
untuknya lalu ia dimasukkan di dalamnya, lalu diambilkan gergaji, kemudian
gergaji itu diletakkan di kepalanya lalu ia dibelah menjadi dua, namun hal itu
tidak menghalanginya dari agamanya. Dan ada lagi yang disisir dengan sisir dari
besi mengenai tulang dan urat di bawah dagingnya, namun hal itu tidak
menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (sistem Islam) ini
akan sempurna sehingga orang yang mengendarai unta berjalan dari Shan’a ke
Hadhramaut, tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah, atau terhadap serigala
atas kambing-kambingnya, akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa.”
Juga disebutkan dalam Tafsīr
Ibnu Katsīr dari Ibnu Abbas bahwa Abdul Rahman bin Auf dan para
sahabatnya datang kepada Nabi Saw. di Makkah dan berkata: “Wahai Rasulullah,
kami dahulu berada dalam kemuliaan padahal kami orang-orang musyrik, kemudian
tatkala kami beriman kami menjadi hina.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memberi maaf,
maka janganlah memerangi mereka.”
Di zaman itu problem sosial-ekonomi sama seperti sekarang.
Kaum Muslim saat itu bahkan pernah diboikot oleh kafir Qurays selama sekitar
tiga tahun lamanya. Namun, Nabi Saw. tidak mengubah aktivitas dakwahnya dengan
bermanis muka, memberantas kemiskinan terlebih dahulu, memberantas buta huruf
terlebih dahulu, tidak menyinggung sistem kufur, berbasa-basi, berpura-pura,
berkompromi demi mendapat ridhanya para pembesar kafir Qurays. Sama sekali
Rasulullah Saw. tidak pernah terlibat dalam musyawarah para pejabat musyrik
Quraisy di Darun-Nadwah. Beliau juga tidak pernah mengkompromikan risalah Islam
dengan keinginan mereka. Syara’ memang tidak membolehkan mengambil sarana yang
haram untuk memenuhi suatu kewajiban. Beliau tidak menoleh sedikitpun, kecuali
kepada risalah Islam, tanpa senjata apapun kecuali keyakinannya yang amat
mendalam terhadap risalah Islam yang dibawanya.
Patut dicatat, bahwa Beliau Saw. tetap teguh tidak mau
sedikitpun berkompromi dengan sistem kufurnya para petinggi Makkah meskipun
dengan begitu akibatnya Beliau dan para Sahabat menghadapi penindasan, syariah
Islam sedikitpun tidak bisa diberlakukan dalam pemerintahan, jajaran penguasa
musyrik terus menjalankan hukum-hukum kufur, dan mayoritas penduduk Makkah
tetap musyrik.
Jika umat Islam tidak bersabar dengan metode yang sahih maka
perjuangan dakwah Islam tidak akan berhasil menang dengan pertolongan Allah
Swt.
“Jika mereka mendurhakaimu maka
katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Asy-Syu’araa:
216)
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:
"Datangkanlah al-Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia."
Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri.
Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut
jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).” (QS. Yunus:
15)
“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa
yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong
terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi
sahabat yang setia.” (QS. Al-Isra’: 73)
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)
rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah
kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu.” (QS.
Al-An’am: 34)
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Hud: 112)
“Mereka memikirkan tipudaya. Allah menggagalkan tipudaya itu.
Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipudaya.” (QS. al-Anfal [8]: 30)
….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar