Para elit politik kota Makkah dan sistem hidup mereka
terguncang atas perjuangan Muhammad Saw. dan kelompoknya.
“Para utusan Quraisy masuk ke rumahnya (Abu Thalib), di
antara mereka terdapat Abu Jahal. Mereka mengatakan: “Wahai Abu Thalib,
keponakanmu telah mencela tuhan-tuhan kami, ia mengatakan begini dan begitu,
serta berbuat seperti ini dan seperti itu, maka panggil dan laranglah ia!” …
“Abu Thalib berkata: “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu mengadukanmu,
mereka menuduh bila dirimu telah mencela tuhan-tuhan mereka sambil mengatakan
begini dan begini, serta berbuat seperti ini dan ini.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai
pamanku, aku hanya menginginkan dari mereka satu kalimat saja, yang dengannya
orang-orang Arab beragama dan dengannya orang-orang asing (kafir) mengeluarkan
jizyah pada mereka.” Mereka berkata; “Kalimat apakah itu?” Beliau bersabda: “Laa ilaaha illallah.” (HR. Ahmad no.3244)
Juga disebutkan: “Abu Thalib berkata: "Wahai
keponakanku, kau ada perlu dengan kaummu? Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku
menginginkan satu kalimat mereka yang dijadikan agama oleh bangsa arab, dan
orang non-arab (yang kafir) akan membayar jizyah kepada mereka." Abu
Thalib bertanya: “Satu kalimat?” Beliau menjawab: "Satu kalimat."
Beliau bersabda: "Wahai paman, ucapkan: Laa
ilaaha illallah,” Abu Isa berkata: Hadits ini hasan shahih.” (HR.
Tirmidzi no.3156)
Kaum musyrik menganggap Islam aneh, tidak sesuai keumuman.
“Mengapa
ia (Muhammad) menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad: 5)
“Dan
pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan
tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu,” (QS. Shaad: 6)
“Maka
mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?"
Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama."
Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata:
"Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu
berbangkit itu dekat,” (QS. Al-Isra’: 51)
“Dan
mereka berkata: "Mengapa al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang
pembesar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?” (QS. Az-Zukhruf:
31)
“Mengapa
al-Qur’an itu diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya mereka
ragu-ragu terhadap al-Qur’an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan
azab-Ku.” (QS. Shaad: 8)
Beliau juga dituduh sebagai penyihir yang bisa memecah-belah
bangsa Arab. Tujuannya, agar orang-orang Arab tidak mendekati, apalagi
mendengarkan kata-kata Muhammad.
“Dan
mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir
yang banyak berdusta.” (QS. Shaad: 4)
“dan jika
kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan
sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini
tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (QS. Hud: 7)
“Bahkan
mereka berkata (pula): "(al-Qur’an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut,
malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia
mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah
lalu diutus.” (QS. Al-Anbiya’: 5)
“Maka
hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an itu jika mereka
orang-orang yang benar.” (QS. Ath-Thuur: 34)
Tuduhan-tuduhan semacam itulah jenis ujian yang ringan yang
dialami Baginda Rasulullah Saw. dan para Sahabat.
Tatkala
para pembesar Quraisy melihat bahwa Muhammad tidak berpaling sedikitpun dari
jalannya, para pengikutnya tetap menjadi penjaga yang terpercaya untuk Islam,
tidak takut di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela;
mereka lalu berpikir keras untuk membenamkan dakwah Muhammad Saw. dengan
berbagai cara. Secara ringkas ada empat cara yang mereka lakukan:
mengolok-olok, mendustakan dan melecehkan Rasul; membangkitkan keragu-raguan
terhadap ajaran Rasul dan melancarkan propaganda dusta; menentang al-Qur’an dan
mendorong manusia untuk menyibukkan diri menentang ayat-ayat al-Qur’an;
menyodorkan beberapa bentuk penawaran agar Rasul mau berkompromi, yang tujuan
akhirnya adalah menyimpangkan bahkan menghentikan perjuangan Beliau. (lihat: Syaikh
Shafiy ar-Rahman al-Mubarakfuri, ar-Rahîq
al-Makhtûm)
Para elit politik Makkah mendatangi Rasul dan menawarkan
kepadanya dunia, harta dan kekuasaan agar Rasul Saw. bersedia meninggalkan
seruannya. Dan mereka gagal.
“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat
Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka
bersikap lunak (pula kepadamu). (QS. al-Qalam: 8-9)
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dzalim, yang
menyebabkan kamu disentuh api Neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai
seorang penolongpun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”
(TQS. Hud [11]: 113)
....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar