Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 02 Juli 2016

Jamaah Ideologi Islam


 


Jama’ah ideologi Islam harus menghadapi dua bahaya: pertama, adanya bahaya internal di dalam jama’ah karena lemahnya cita-cita dan semangat para anggotanya; dan yang kedua, adanya bahaya eksternal yang berasal dari adanya resistensi terhadap ide-ide perubahan Islami secara total.

Berdasarkan pembahasan ini dapat dipahami bahwa pemikiran Islam yang bersifat ideologis dan benar membutuhkan jama’ah atau partai yang bersifat ideologis pula. Para pemimpin dan para anggotanya harus memiliki keterikatan yang kuat berdasarkan syara’, sehingga menjadikannya sebagai yang tertinggi. Selalu berusaha keras untuk memelihara kejernihan, kecemerlangan , kesucian dan kesabaran, siap berkorban dan mementingkan kepentingan jama’ah ideologi Islam, melawan keinginan diri sendiri, mengosongkan diri dari mementingkan diri sendiri. Semua itu bertujuan agar penyelewengan tidak berkembang dan cita-cita tidak melemah. Agar partai ideologi Islam tetap bisa berjalan dengan tetap memelihara aktivitasnya serta terjauh dari perubahan dan permainan, maka wajib baginya untuk mengikatkan dengan kuat setiap simpul pemikiran dan setiap hukum syara’ dengan akidah Islam.

Apabila terjadi benturan antara kepentingan pribadi pengemban dakwah (yang bersifat temporer) dengan ketegaran dan kesabaran dalam mengemban dakwah untuk mencapai tujuannya yang syar’iy, maka yang dimenangkan adalah kepentingan dakwah. Ikatan ini merupakan penghalang yang sangat kuat terhadap bisikan setan dan kata hati yang memerintahkan kepada keburukan.

Agar perahu jama’ah atau partai ideologi Islam selamat dari bahaya karam dan tenggelam di tengah-tengah lumpur realitas yang buruk, maka harus ada dasar-dasar yang bersifat baku yang mengikat pemikiran dan metode berpikirnya. Hal ini yang akan mengikat partai ideologi Islam, karena tidak boleh bagi partai ideologi Islam untuk keluar dari ushûl-nya berdasarkan takwil dan justifikasi meskipun sekejap.

Visi yang bagus, keteladanan yang baik, dan pemahaman yang sempurna akan membersihkan partai ideologi Islam dari segala kotoran yang seringkali melekat. Dengan demikian mereka mampu mensucikan jiwa dan memperkuat iman.

Tidak ada yang mampu bersabar menghadapi jalan yang sulit ini kecuali orang-orang beriman yang memiliki ‘azam yang kuat. Fitnah yang mereka hadapi dengan kesabaran justru akan semakin mensucikan mereka, layaknya api yang bisa membersihkan emas dari kotoran-kotorannya.

Sebaliknya, jika dasar-dasar yang menjadi pengikatnya telah hilang dari sebuah jama’ah, maka kemunduran, penggantian dan pengaruhlah yang akan mewarnai dan mengarahkan jama’ah. Jalan yang akan ditempuh diliputi kesamaran, tujuannya tidak jelas, dan tidak terkristalnya pemikiran-pemikiran yang ada pada jama’ah bisa menyeret jama’ah untuk menggantinya tatkala berhadapan dengan kesulitan. Kemudian dia akan memaksakan diri dengan menta’wilkan dan mencari-cari justifikasi tatkala dituntut menyebutkan dalilnya.

Tatkala sebuah jama’ah menerima kompromi, atau menerima kebenaran secara parsial, lalu berlepas diri dari dakwahnya yang mengakar maka kekuatan satu-satunya yang dimiliki jama’ah akan hilang. Jama’ah tersebut akan kehilangan sifat istimewanya dan tidak lagi menarik perhatian manusia secara khusus. Pada akhirnya jama’ah tersebut jatuh tersungkur di medan pergulatan pemikiran.

Kemenanganpun diraih musuh-musuhnya, meskipun dia masih menyerukan dan melontarkan (pemikiran) Islam. Sebab, lontarannya telah terdistorsi dan beralih fungsi untuk mendukung kepentingan sistem keliru yang sedang berkuasa. Jika demikian keadaannya maka jama’ah itu menjadi batu penghalang (proses) perubahan yang sebenarnya, bukan sebaliknya. Hal ini telah diperingatkan Allah Swt ketika berfirman kepada Rasul-Nya dan kepada umatnya:
“Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (TQS. al-Maidah [5]: 49)
Juga seperti perkataan Umar ra kepada qâdhi Syuraih:
‘Jangan sampai orang-orang memalingkanmu dari (syari’at Allah)’

Senjata paling ampuh yang dimiliki oleh sebuah jama’ah adalah pemikiran Islamnya. Apabila partai ideologi Islam itu mampu menjaganya dan mengeluarkannya dari lingkaran kompromi, kemudian mampu bersabar bagaimanapun situasi yang mengungkungnya dan tetap berjalan di jalan yang pernah dilewati oleh Rasulullah Saw., maka partai ideologi Islam itu akan mampu -setelah beberapa waktu- untuk mempersiapkan perkara yang pernah Rasulullah Saw. persiapkan; yaitu berupa sekelompok orang-orang yang beriman, dan mempersiapkan umat untuk menerima (sistem) pemerintahan yang akan menerapkan seluruh perkara (hukum) yang Allah turunkan. Setelah itu akan mampu membalikkan keadaan untuk kepentingan dakwah dan mendirikan daulah Islam.

Pengemban dakwah yang benar dengan berhiaskan pemikiran Islam menuntut mereka untuk selalu siap menghadapi berbagai tekanan terhadap pemikiran Islam yang sejalan dengan pemikiran yang pokok dan asasi. Berdasarkan hal ini tidak layak jika jama’ah itu menghadapinya dengan logika khudz wa thâlib (ambil -yang ada- dan tuntut lagi –yang lainnya-) atau logika ‘lontarkan perkara agar sesuai dengan realitas’ atau logika ‘lontarkan sebagian tuntutan’ atau logika ‘menerima win-win solution’.

Pemikiran-pemikiran seperti ini justru yang harus dirubah oleh partai ideologi Islam, bukan malah mempraktekannya. Itu adalah berbagai bentuk pemikiran Barat yang telah menyerang akal pikiran kita. Pemikiran-pemikiran tersebut berbeda secara mendasar dengan tabi’at Islam yang menolak semua penyataan itu. Bahkan kewajiban partai ideologi Islam itu untuk berusaha mencopotnya, lalu berusaha untuk mengokohkan Islam maupun metode berpikirnya. Siapapun yang ingin melibatkan diri dalam aktivitas perubahan, wajib memulainya dari dirinya sendiri.

Berdasarkan pemaparan di atas jelas tentang wajibnya sebuah partai ideologi Islam membekali diri dengan menjaga pemikiran Islam dan kejelasannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam